12. Deja Vu

172 30 21
                                    

Merasa ada pergerakan dari samping, Diyas langsung membuka matanya dan melihatnya, ternyata Guphita sedang tidur dengan posisi tak nyaman (lihat mulmed, tapi dibalik, Guphita yang duduk, Diyas yang tiduran).

Ia menatap lekat-lekat wajah gadis tersebut, sedikit senyum terukir di bibirnya, ia menyeka rambut yang menutupi wajah Guphita.

"Maafin saya." Kalimat itulah yang terucap.

Ia menarik tangannya dari genggaman dan langsung turun dari ranjang, mengangkat dan menidurkan Guphita ke atas kasur, mengusap wajah gadis tersebut, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya kecuali wajah.

Ia duduk di samping Guphita, meraih ponselnya di meja, mengabari Winar kalau besok ia mengambil libur dan menyuruh sekretarisnya itu untuk menggantikannya dirapat besok. Lalu meletakkan kembali ponselnya di nakas.

Mengambil libur sehari untuk me-refresh kembali pikirannya.

Setelahnya, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang masih kental dengan bau alkohol dan keringat.

Guphita tertidur sangat lelap disana, bahkan getaran ponselnya dan ponsel Diyas pun tak mengusiknya, walaupun berkali-kali.








🐰








Ayyu dan Bara, sangat khawatir mencari dimana keberadaan Guphita. Pasalnya sekarang sudah pukul tiga pagi, karena saat Ayyu mengecek ke kamar anak perempuannya tadi, ia tak menemukannya.

Ia yang mulai khawatir terjadi apa-apa dengan putrinya segera menghubunginya, dering pertama tak di angkat. Dering kedua pun sama. Bahkan berkali-kali ia menelponnya pun tak ada jawaban, lalu ia beralih ke Diyas, sama, tak ada jawaban satupun dari mereka.

"Ayah udah telfon kenalan ayah buat cari tahu?!" Tanya Ayyu ke Baraㅡsuaminya, dijawab dengan anggukkan.

Melihat gestur Ayyu yang semakin cemas, Bara langsung menuntun istrinya ke sofa, lalu meraih air putih di meja untuk diberikan ke Ayyu, tapi ia menolaknya.

"Kamu tenang, ya? Anak kita pasti ketemu, kok." Bara meyakinkan Ayyu.

"Gimana bisa tenang sih, Yah?! Anak kita ilang!! Tengah malem!" Sentak Ayyu dengan raut wajah yang sudah memerah menahan tangisnya.

Bara langsung membawa istrinya tersebut ke pelukannya, memenangkannya disana. Tangisnya pecah seketika, tangannya mencengkram erat baju tidur Bara.

Setelah lebih tenang, Ayyu bangkit dari pelukannya, lalu mengusap air matanya, dibantu Bara. "Tenang, ya? Anak kita pasti ketemu, Bun." Ucapnya dengan santai. Lalu ia kembali mengambil gelas yang berisi air putih tadi, kali ini istrinya meminumnya, walaupun sedikit sudah melegakan bagi Bara.

"Tata udah tahu alasan dia dijodohkan, Yah." Ucap Ayyu, membuat Bara menghela napasnya, lalu menatap manik istrinya dalam.

"Nggak apa-apa, ini semua juga demi kebaikan kita, 'kan? Demi dia juga." Jawab Bara setenang mungkin.

"Nggak apa-apa gimana sih, Yah?! Gimana kalau Tata ngelakuin yang enggak-enggak?!! Kemarin Ayah juga lihat sayatan di lengannya juga 'kan?!! Anak itu nggak se-innocent yang kita kira, Yah!!" Serunya. "Bunda khawatir!!" Ucap Ayyu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Nanti kalau udah pulang, kita bawa ke Psikiater, Tatanya. Bunda jangan khawatir."

"Tata... Kamu dimana sayang??!"



🐰



Selesai dengan ritual mandinya, dan merasa badannya sudah segar, Diyas menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk. Lalu ia mendekat kearah Guphita, melihat gadis itu yang ternyata masih tertidur pulas.

HURT 💢 KDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang