3. Kesempatan

14 4 12
                                    

Halllloooo
Selamat pagi, siang, sore, malam

Kalian baca jam berapa?

Absen pake nama kalian:))

Jangan lupa vote dan komen

Bantu aku kalau ada typo dan lainnya

Selamat membaca

🖤🖤🖤

Mungkin saja keajaiban akan selalu ada saat kita berhenti berharap

Firfialyna Aktrylfa


Aku melihatnya tapi entah dari mana keberanian ku, aku melawannya. Aku menendang salah satu dari mereka yang memegang kaki ku. Pisau nya. Itu jatuh tepat disamping ku. Tapi salah satu dari mereka masih memegang tangan ku. Disini aku dalam kondisi terbaring diantara semak semak. Gila.

Aku mengangkat kaki ku dan mengarahkan nya ke atas mengenai kepala lawan ku yang satu lagi. Dan terlepas. Aku mengambil pisau itu.

Sret.
Aku melemparnya tepat kebagian samping salah seorang pria itu. Dan berakhirlah keluar cairan merah dari tangan nya. Setelah itu aku mengambil segenggam tanah dan melemparkan kembali ke wajah pria yang aku tendang tadi.

Aku berlari sekuat tenaga mencari sebuah pertolongan. Tapi mereka masih mengejarku.

"Berhenti" teriak nya
" Sial kita bisa kena amukan si bos " bicaranya

Sibos? Jadi benar mereka ada yang menyuruh untuk melakukan ini kepadaku?
Kali ini aku tak ingin berharap sebuah pertolongan datang. Aku hanya ingin bisa lari sekencang mungkin untuk terlepas dari manusia itu.

Dalam keterdiaman ku, kaki ku bahkan sudah tak mampu menumpu tubuhku. Rasanya kebas. Oh tapi aku tak berhenti saat mereka masih setia dibelakangku.

Dengan sisa kemampuan yang ku miliki aku memerintahkan kaki ku untuk terus berlari. Demi apa pun tak ada yang aku minta selain aku bisa terlepas dari mereka.

Sial. Kali ini lagi. Kaki ku tersandung batu.

Brug.

"Udah lah gausah lari lari cantik" ucap pria dengan tubuh berisi itu.

Ya. Mereka mendekati ku. Tuhan, kali ini apa aku boleh meminta untuk tidak disakiti? Beri aku kesempatan untuk mengenal apa itu selamat dan bahagia. Apa serumit itu?

"stop, raak hem niet aan"
(Berhenti, jangan sentuh dia)

Suara itu. Suara yang kerap kali mengisi di satu taun terakhir ku. Fean. Tapi bagaimana bisa?

"Fia, pergilah" ucap laki laki itu. Dia terlihat marah.

Aku pun berusaha bangkit dengan menyeret kedua kaki ku yang mungkin sedikit keseleo. Oh yampun. Aku tak mengerti kondisi apa ini. Tapi aku ingin pulang. Apakah itu bisa?

Tak lama dari itu aku melihat kedua preman tadi lari namun yampun.

"Aaaaaaa" aku berteriak dengan kencang. Bertepatan dengan suara tubrukan diantara sesuatu. Memang. Mereka tertabrak mobil dengan naas.

Jantung ku berpacu dengan cepat. Dalam jarak sedekat ini aku melihat darah membanjiri jalan. Tidak. Bukan aku. Aku tak melakukan apapun. Tapi tunggu. Dimana Fean?

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang