1. Saran: Sembunyikan Calon Gebetan

6 2 0
                                    

"Marsha kenapa lewat sini sih kan kelas kita di sebrang sana? Muter nya jauh amat. Itu jembatan baru jadi ga fungsi kalau kita masih aja muter naik tangga! Capek gue. Lo pengen diet apa gimana sih? Sehari kita lewat sini udah 6 kali lho!"

Bodo amat aku ngomel-ngomel mau dilihatin kakak kelas sumpah aku capek. Ada aja alesan Marsha mengajakku keluar kelas dan selalu lewat lorong kelas 12 IPA 1-5 yang mana ada di lantai dua. Mana lagi yang diajak ngomong sibuk celingukan kanan kiri.

Aku curiga kalau dia punya hutang ke kakel tapi bingung mau ngembalikinnya gimana. Wajahnya tuh antara tegang dan grogi. Masyaallah Marsha kenapa malah ini lambat banget jalannya sambil Mesam-mesem ga jelas. Tadi jalannya cepet banget padahal. Mana lagi kakinya panjang kan aku susah ngikut nya.

"Sumpah deh Lo kenapa? Seminggu ini Lo tambah ga jelas deh Mar!"

"Gapapa Risa." Katanya sambil tetap tersenyum dan berjalan santai setelah melewati lorong kelas 12 tadi kek kecot.

" Kalau ada masalah cerita dong! Siapa tahu kan gue bisa bantu, doa misalnya." Dia hanya tertawa semakin membuatku gemas pengen mengglindingkanya dari tangga. Hell!

"Yaudah bantuin doa semoga doaku terkabulkan. Amin." Aku hanya memutar bola mata tidak puas dengan jawabannya.

"Udah yuks makan gue laper banget keburu istirahat nya selesai. Capek gue, tauk gasih." Katanya tanpa dosa berjalan cepat tanpa menungguku. Walau kita cuma beda 6 cm tetap saja ya kakinya lebih panjang dari gue!

"Marshaaa and the bear ngeselin!" Dia hanya tertawa dan bersenandung ria. Minta diapain sih nih anak kayaknya kurang sehat. Aku berlari mengejar Marsha dan bergelayut di lengannya. Memegangnya erat membebankan tubuhku pada nya. Pokoknya salah dia jadi dia harus menanggungnya xixi.

Aku baru melepaskan nya saat aku berpamitan ke toilet sendiri dan dia ke kelas duluan.

Sampainya di kelas aku melihat Marsha dan Vanilla sedang asik ghibah sambil makan. Bukan makan sambil ghibah Lho ya.

"Ya ampun Van lihat doang bikin gue melayang ga karuan. Apalagi sampe kalo gue sampe di senyumin rasanya kek mau pingsan. Masyaallah adem banget dia tuh."

" Deketi duluan Mar, Pepet biar gak lepas. Jangan ngintip doang. Bintitan mata Lo lama- lama wkwk." Marsha hanya menggelengkan kepala sambil meringis mendengar omongan Vanilla.

"Ada apa sih? Kok gue ga dikasih tahu." Aku bertanya saat sudah dekat dengan mereka.

" Itu si Marsha-
Omongan Vanilla terpotong karena Marsha buru-buru membekap mulutnya.

"Lagi bingung ngerjain kimia. Makanya nanya Vanilla hhe."

Vanilla memutar bola mata dan aku hanya mendengus. Marsha terlalu polos mana bisa dia berbohong. Sungguh alasan yang kurang kuat sekali.

" Oh kirain Lo lagi suka sama seseorang." Marsha melotot kaget mendengar ku. Semakin membuatku yakin dia sedang kasmaran.

"Lo tahu siapa orangnya?" Pertanyaan Marsha membuatku berpikir kalau Marsha tidak ingin aku mengetahuinya. Mungkin cemas aku bully or something yang tidak dia suka.

"Nggak tahu. Lo kan ga bisa bohong. Kayaknya gue kenal anak nya atau tahu lah paling tidak namanya doang or wajahnya doang."

"Wah hebat Lo Sa. Lo tahu kok orangnya. Yah walau kaget pas lo tahu siapa dia. Wkwk jauh dari perkiraan pokoknya." Kata Vanilla yang dihadiahi pukulan Marsha.

Dia melotot marah karena membocorkan rahasianya. Aku tidak marah karena Marsha menyembunyikan hal ini dari ku. Sedekat apapun kami. Karena aku sadar diri, aku orangnya tidak amanah. Suka ghibah dan yang lebih parah ikut campur dalam artian omongan wkwk.

"Jangan dengerin Vanilla ya Sha dia mah pengawuran. Aku ga suka siapa-siapa kok. Oke?"

Aku tertawa mendengar nada memelasnya Marsha. Dia nelangsa takut menjadi bahan ghibahan eh bullyan ku nanti. Haduh Marsha aku bakal mendukungmu tahu.

"Nanti aku cari tahu sendiri. Semangat Marsha Jangan mundur sebelum berperang." Aku memberinya tempukan di punggungnya.

"Yah kalo Lo udah tahu maka seantero sekolah bakal tahu juga. Apalagi di famous banyak fansnya di sekolah. Pasti ntar Lo Gak bisa Lo diem aja." Bukannya senang Marsha malah panik ga karuan.

"Tidak janji sayang." Marsha tambah nelangsa dong.

"Mampus Marisha beraksi kelar Lo Mar."
Marsha semakin nelangsa ga karuan. Aku dan Vanilla tertawa melihatnya.

Teet teet
"Saat jam kekejuh dimulai."

"Heeeeee!"

Mampus udah masuk dan aku belum jadi makan. Bodolah minum aja udah cukup. Pokoknya ini salah Marshaa.

Aku duduk di bangku sebelah Marsha setelah Vanilla kembali ke bangkunya. Aku mengambil buku paket kimia dan berniat menanyakan buku tulisku yang dipinjam Marsha kemarin. Belum sempat aku bertanya Marsha membuka suara lebih dulu.

"Sha jangan marah ya. Buku tulis kimia Lo ketinggalan lupa nggak aku bawa."

"Mampus! Mana ada tugas lagi kemaren." Marsha hanya meringis merasa bersalah. Aku hanya menghela napas. Mau gimana lagi.

" Tapi aku udah selesai nyalon tugasnya. Lo nulis aja nyalin punya gue." Aku memutar bola mata. Yah kalau cuma 5 soal aja gue mau. Lha ini 10 soal ada a b c pula kan males.

"Tuliskan lah!"

"Gue pulang aja ya ngambil buku?" Marsha panik dan itu malah membuatku bertambah bingung. Mana tega gue ngebiarin Marsha pulang. Kalo dia panik di jalan kan malah bahaya. Menghela nafas

" Jangan mending Lo kasih tau orang rumah aja minta tolong cariin tuh buku dan tanyakan kalau ada yang bisa nganter. Kalo ga ada gue  aja yang ngambil buku pulang.Ga papa Marsha jangan panik." Marsha menghela napas mengatur emosi nya kembali.

Dia melakukan apa yang kuminta. Untungnya ada orang di rumahnya yang mau mengantar buku ku. Alhamdulillah. Tapi tetep aja sih aku ngambil di pos satpam depan.

Pak Edi sudah masuk sejak 5 menit setelah bel. Dan perjalanan rumah Marsha ke sekolah sekitar 15 menit. Aku mengaku bahwa meninggal buku tugasku di rumah. Dan minta waktu 10 untuk menunggu buku ku di antarkan. Setelah itu pamit ke pos satpam menunggu buku datang. Marsha masih merasa tidak enak padaku. Aku hanya tersenyum untuk menenangkannya sebelum keluar dari kelas.

Dari pada nunggu di pos 10 menit lebih baik aku di something. Berpikir kenapa Marsha selalu mengajakku meliwati lorong kelas 12 IPA membuatku melangkah kaki lewat sana. Seperti orang goblok aku celingukan. Kelas mana yang selalu diintip Marsha ya. Lewati aja dulu wkwk

"Dih adik kelas suka caper. Ga ada kerjaan apa lewat sini sampe 7 kali sehari." Suara di belakang ku membuatku memelankan langkah. Jeli tuh matanya sampe bener ngitung jalanku xixiixi.

Aku memang baru melewati kelas 12 IPA 3. Yang kurasa sedang jam kosong karena ada 3 siswi yang duduk di sebelah pintu emperan kelas.

"Lewat kelas nya kakel ga ada sopan santunnya lagi." Ihh aku kan tadi dah senyum ke mereka. Mereka aja melengos.

"Sok cantik banget sih. Dasar kecentilan!"
Aku memutar tubuh melihat kakak kelas cantik yang duduk dibawah pintu sambil main handphone. Memutar bola mataku jengah melihat mereka yang sok berani.  Karena mereka tak kunjung menoleh ke arahku aku meneruskan langkah.

"Jangan ngintip Ganesha apalagi deketin dia. Dia lagi pdkt sama gue." Kata suara yang pertama.
Siswi paling cantik di antara mereka. Padahal wajahnya kalem bisa sinis juga ternyata. Aku hanya menggendikan bahu melanjutkan langkah. Kenal Ganesha aja tidak. Nyaampun mbak saya tahunya Dewa Ganesha xixi. Dah lah fokus ke tujuan.

Paling tidak aku tahu siapa yang diintip Marsha pas lewat sana. Well i have a candidate.
Tinggal investigasi besok.

EUFORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang