Bang Jepran

14 4 2
                                    


Kalau boleh di ceritakan, Araya Kayla Santoso ingin mengutarakan mengapa ia begitu mencintai hujan. Berbanding terbalik dengan tokoh Sastra yang tidak menyukai hujan dalam novel Tulisan Sastra, Raya sangat,sangat mencintai hujan.

Alasan klasik mengapa gadis ini menyukai hujan hanya satu.

"Alhamdulillah hujan, manusia ga berbuat zina lagi. NGAHAHAHAHA!!! "
-Araya,hujan di bulan may.

Layaknya ngenes pada umumnya, Raya cemburu melihat sepasang manusia berkeliaran, memadu kasih di luar sana, sedangkan ia terduduk lemas,letih,lesu di dalam kamar.

Kalau sudah begini gadis itu biasanya akan berlarian ke sana kemari menaburkan kertas ulangan yang sudah di potong kecil-kecil.

"Nilai ulangan kecil ya di potong kecil-keci,kalo nilai nya gede, ya ga mungkin juga sih kan gua bego." Jawabnya enteng setiap kali ditanya mengapa gadis itu menghamburkan kertas.

Raya tipikal cewek random yang setiap gerak geriknya harus di waspadai, bisa saja gadis itu menargetkan mu sebagai-- kelinci percobaan nya.

Pernah sekali, Seyna Tanaka, gadis berdarah Jepang Jakarta, dibuat mati kutu hanya karna rasa penasarannya.

"Kalau gua kasi cicak ke manusia, manusia itu bakal temenan sama cicaknya ga ya?" Monolog nya kala itu.

Mendapati target nya sedang lengah, Raya langsung menyeludupkan seekor cicak kedalam baju Seyna. Alhasil gadis itu kaget hingga pingsan di tempat. Keesokan harinya Seyna menyumpahi Agar gadis berambut sebahu yang mengerjai nya kemarin jatuh ke selokan.

Ajaib nya, do'a Seyna langsung di jabah yang maha Kuasa, Raya terpeleset setelah tak sengaja menginjak bungkus batagor di pinggir selokan. Tentu saja gadis itu masuk selokan. Roknya bahkan robek sampai pantat. Untung saja waktu itu jam olahraga, sedari rumah Raya sudah memakai celana olahraga sebagai dalaman rok nya.

Jangan ditanya bagaimana reaksi gadis itu, tentu tak malu sedikitpun. Ia malah menertawakan betapa bodohnya dirinya sampai-sampai menginjak bungkus batagor bekasnya sendiri.

•••

Pagi itu pukul 07.50. Raya sudah lengkap dengan seragam sekolah nya. Menunggu sang kakak Jevran Zivero Santoso, a.k.a Don Juan versi playboy badas di sekolah nya.

Jevran anak sulung dari bapak Santoso. Menurunkan iris wajah tampan sang bapak. Berhati lembut,selembut 'BATU'. Jangankan bersikap lembut pada orang lain, dengan adik kandung nya saja laki-laki ini enggan.

Kalau,kalau Raya dan Jevran di kunci dalam satu ruangan yang akan terjadi tentu sangat membagongkan. Jambakan maut disertai tendangan si Madun tentu jadi jurus andalan masing-masing.

Setidaknya itulah yang orang lain pikirkan tentang persaudaraan mereka.

"JEPRAN! TELAT NIHH! " Teriak Raya saat tak kunjung melihat tubuh bongsor sang kakak.

Di sisi lain, Jevran tengah memakaikan pomed rambut. Berpose layaknya model. Memuji ketampanan wajah nya sendiri.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Jevran lantas turun dari lantai dua. Menyambar meja makan yang sudah menyediakan dua roti isi lengkap dengan segelas susu coklat untuk masing-masing.

"SARAPAN DULU BARU BERANGKAT!" Kali ini Jevran yang berteriak. Kebiasaan buruk Araya memang, sarapan harus di paksa.

Dengan wajah kesalnya, Raya menghampiri sang kakak di meja makan. Menghentak-hentakkan kaki sebagai bentuk protes.

"Masih pagi ga usah kusut n
tu muka." Ledek Jevran.

Raya mendengus geram.

"Lo,kalo pagi tuh,bisa ga sih ga usah mete mete!" Hardiknya langsung melahap roti. Jevran terkekeh lantas mengacak rambut adik perempuan nya itu.

ArayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang