Tiga kelas kini terlihat penuh. Tak heran jika kelas sebelah kosong. Hari ini, hari dimana remedial Kimia berjamaah di laksanakan.
Benar kata orang, status boleh anak IPA, kelakuan lebih parah dari anak IPS. Bukan apa, ini lah faktanya. Tiga dari 10 kelas benar-benar full di tempati para langganan remedi.
Termasuk Raya,Seyna dan Jaslyn. Tiga sekawan ini sudah mem-boking tiga kursi bersebelahan. Sudah jadi hal biasa untuk mereka.
Kalau kata Jaslyn.
"Udah makanan sehari-hari gua ini mah."
Di sambut Seyna.
"Ibaratkan makan nasi padang tanpa rendang kalau ulangan ga remedian."
Dan Raya selaku pelengkap quotes hari ini be like :
"Remedi adalah ulangan sesungguhnya."
Tepuk tangan penuh kemenangan memeriahkan kelas 11 IPA 2. Sangat riuh menyoraki quotes sore hari ini.
Semua sorakan pupus kala pak Slamet tiba-tiba memasuki kelas.
Pria paruh baya itu nampak kesal, tak habis pikir dengan siswa-siswi di dalamnya. Meletakkan buku asal di atas meja. Mendengus lantas membenarkan kacamata persegi panjang yang bertengger kokoh di hidungnya.
Berkacak pinggang bersiap menyemburkan segala keluh kesahnya.
"Bapak, dulu belajar di sekolah saja sudah untung. Ingat! Banyak teman-teman kalian diluaran sana tidak bisa sekolah karena masalah ekonomi. Sedangkan kalian? Anak pejabat, anak dokter, anak guru, anak segala macam lainnya. Harus nya kalian bersyukur. Kalian harus giat belajar." Pak Slamet nampak mengambil napas sejenak.
"Anak tokoh masyarakat kok remedi." Sindir pak Slamet sarkas.
"Lah bapak, mantan Bupati kok nyogok." bisik Arthur di kursi belakang.
"Pfft." Kini Raka ikut menimpali.
"Masa jabatan abis rambut juga ikutan abis ya,Pak." Semakin lama semakin keras pula suara tawa sahut menyahut di dalam kelas. Wajah Pak Slamet bahkan sampai merah padam di buatnya.
Malu dengan ledekan siswa-siswi nya, pak Slamet memilih untuk langsung membagikan soal remedi. Setelahnya ia pamit undur diri. Mencari pengawas pengganti.
Sorak sorai di redam sedemikian rupa. Melakukan selebrasi kecil kecilan di tengah kelas.
Selanjutnya remedi di laksanakan dengan hikmat,penuh contek menyontek yang kian damai. Meja satu hingga meja 5 saling memberi kode.
Pengawas kini digantikan ketua OSIS jabatan tahun pertama. Tak lain dan tak bukan ialah Oktaviano Ziquel Alexander.
"Quel, yang ini jawaban nya apa? Aku ga tau ih, bantuin ya, please..." Rengek Angel di meja paling depan. Ziquel yang waktu itu tengah mengisi data siswa, hanya menghela napas pelan seolah tak melihat ataupun mendengar Angel di depan nya.
Alhasil gadis itu membuang muka, malu dengan dirinya sendiri.
Baik Raya, Seyna maupun Jaslyn kini tengah menatap Angel penuh kengerian.
"Anjir. Ziquel ga gedeg apa ya diganjenin Angel tiap hari?" Jaslyn menggelengkan kepala nya tak habis pikir.
"Engga lah orang fans dia 9999999,9% kelakuannya kaya gitu semua. Kalau kata gue mah, Ziquel si mental baja." Timpal seyna bangga.
Raya manggut-manggut.
"Lagian Ziquel punya doi."
Mendengar itu Seyna juga Jaslyn langsung melotot.

KAMU SEDANG MEMBACA
Araya
Teen FictionSeseorang perlu alasan untuk mencintai. "cinta ga perlu alasan." halah tai, kalau kalau cinta tak perlu alasan lantas mengapa engkau mencintai nya setengah mati? setidaknya ada satu alasan mengapa dia sangat tergila gila dengan sosok manusia berkara...