02. Amertya

210 157 79
                                    

02. Amertya


h a p p y  r e a d i n g !

Malam yang disinari dengan terangnya bintang yang indah, yang menyinari kamar seorang pemuda. Ya! Amertya Mahardika Dewa, itu orangnya. Amertya duduk di balkon kamarnya dengan gitarnya yang selalu menemaninya. Pemandangan kota jogja, serta angin malam membuat Amertya begitu dingin. Ia masuk dan mengambil salah satu hoodie, dan tentu saja seketika Amertya melamun lama dan memandangi hoodie itu dengan lama dan mengingat semua kenangan nya bersama teman kecilnya.

Apakah dia baik baik saja?

Hanya itu yang Amertya pikirkan. Setelah kejadian 1 bulan lalu, ia sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Renjana serta keluarga Renjana. Ia mengembalikan Hoodie itu lalu mengambil yang lain, lalu kembali ke balkon kamarnya. Hoodie yang ia beli setahun lalu dan kembar dengan Renjana, menjadi hoodie yang ia sayangi dan selalu menemaninya kemana mana. Tapi sangat di sayangkan waktu cepatlah berubah. “Setiap Masa ada orangnya, setiap orang ada masanya” Itu yang menjadi deskripsi hubungan Renjana dan Amertya.

Ia kembali keluar dan mengambil gitarnya, lalu mulai memetik sinar gitarnya. 'No surprises' ia memainkan lagu itu dengan gitarnya lalu meresapi bunyinya. Ia selalu teringat sosok gadis yang selalu menemaninya ketika ia bermain gitar. Balkon, tempat yang menjadi saksi dimana dua insan yang selalu bercanda, dan tertawa ria serta saling curhat, kini hanya diisi seorang pemuda yang terlihat lesuh. Sudah lama ia tidak menceritakan dan mendengar keluh kesah yang ia dapatkan di setiap harinya. Ia merasa sangat kesepian, karena tidak ada yang melarangnya ketika selalu begadang.

Setelah lirik terakhir ia mainkan, ia masuk dan menyimpan gitarnya, lalu mengambil handphone nya. Room chat yang memperlihatkan bahwa itu Renjana, dengan segala VN nya ke Amertya. Sangat lucu! tapi itu dulu. Kini Amertya mengirim kan sapaan pun harus berpikir beribu ribu kali.

Kini hubungannya sudah tak seperti dulu. Dimana ia selalu mengirim kan foto dirinya setiap hari ketika tidak sempat bertemu dengan Renjana, dan begitu pun sebaliknya.

ia tersenyum ketika memutar VN dari Renjana, yang dimana Renjana sedang kesal dengan Amertya. Suara indah serta lucu dari Renjana, membuat Amertya semakin bersalah dan membuat nya semakin rindu.

Setelah itu Amertya memandangi tombol telefon. Tetapi ia sadar bahwa mereka bukan lah mereka yang dulu. Ia kembali menutup layar handphone nya dan melihat isi galerinya yang dipenuhi oleh kenangannya bersama gadis itu. sudalah, semuanya sudah tidak bisa diperbaiki lagi? sepertinya.

Tidak lama setelah itu, ia terlelap dengan layar handphone yang masih menyala dan tampak gambar dirinya dengan gadis yang paling cantik.

•••••

Keesokan harinya, Ia bangun dan disapa oleh teriknya Matahari di pagi hari beserta udara yang sangat sejuk. Kicauan burung yang indah dan menenangkan, sehingga Amertya dengan semangat untuk kembali bersekolah.

Setelah sarapan, ia langsung berangkat. Ia berangkat sendiri, sarapan sendiri, serta berpamitan kepada rumah yang seperti tidak ada orang. Sepi. Orang Tuanya hanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing diluar sana dan pulang larut malam serta pergi pagi pagi buta. Itu yang membuat Amertya sangat kesepian.

Setelah menempuh perjalan kurang lebih 10 menit, akhirnya ia tiba.

SMA NUSA BANGSA

Sekolah yang ia tidak pernah impikan, karena tertolak dari sekolah yang di tempati Renjana. Ia selalu berharap bisa keluar dari sekolah ini.

Amertya yang sekarang duduk di bangku kelas 10, begitu tampak banyak perbedaan setelah ia masuk di pergaulan yang cukup salah. Ia sering berkelahi, juga menjadi langganan BK.

Ia berjalan dengan santai dengan lamunan yang terus membuat nya hampir celaka.

BRAKK!!

Baru saja, hal yang tidak diingankan terjadi.

“AMERRR!!!"

“sialan!” Ucap Amertya dengan kaget saat melihat siapa baru saja ia tabrak. Sekita lamunan itu menjadi derita sehari bagi amertya, bahkan 7 hari 7 malam? hal biasa bagi amertya.

'PAK TONO' Guru mata pelajaran olahraga itu yang terkenal dengan badannya yang besar, serta kepala nya yang botak membuat guru ini terlihat sangat galak. Tetapi itu memang fakta. Hanya guru ini yang di takuti oleh amertya, karena cubitannya yang tidak main main. Bahkan nama 'amer' yang pak tono pakai untuk memanggil amertya, membuat lelaki itu kesal.

Amertya kemudian tersenyum ke arah Pria yang perkasa, kemudian langsung lari kabur tanpa mengucapkan maaf. Itu yang dilakukan amertya ketika berhadapan dengan pak tono.

Amertya memasuki kelasnya yang seperti neraka. Panas, ribut, dan hawanya bikin kesal. Baru selangkah ia memasuki kelasnya, ia memandangi pemandangan yang membuat nya muak. Ya, hanya kelasnya yang di anggap kelas paling terburuk.

“Amertya!” Ya, lagi dan lagi ia kesal ketika baru meletakkan tasnya ke kursi, dan ingin menikmati udara pagi. Tetapi ternyata bendahara satu itu tidak membiarkan nya tenang di dalam tunggakan uang kas 2 bulan yang belum di bayar. Bagaimana tidak, ia menghabiskan uang sakunya untuk top up game.

“Lu bisa ga, ga ganggu gue pas baru masuk?“

“LAH! KALAU GA MAU, YA UDAH LU BAYAR SEKARANG SEMUA KAS LU! KALAU BISA SETAHUN!” Tegas Bendahara itu ke Amertya, dengan pasrah.

“besok” Ketika mengucap kalimat itu, ia langsung pergi. Tidak usah di tanya lagi ia akan kemana.

Ya benar saja! kantin. Tapi yang buat Arabel(bendahara kelas Amertya) menjadi semakin kesal, ketika Amertya mengajak dan mentraktir Adella.

Yap, Adella primaya sentosa! Teman Amertya sedari bangku menengah pertama. Gadis ini cukup akrab juga dengan Renjana, karena dulu Adella sering bermain ke rumah Amertya. Tapi tidak cukup dengan pertemanan. Ia berhasil meluluhkan hati lelaki yang seperti kulkas dua pintu. Dan semuanya bermula disitu.....




To be continued....

Thank you yang sudah mampir baca! Btw ini cerita fiksi ya jadi maklum kalau alurnya sulit di pahami;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjana AmertyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang