Teriknya matahari siang seakan membakar tubuh, ditambah suara mesin dan asap-asap kendaraan yang berlalu lalang. Hawa panas menyelimuti. Peluh pun tak henti-hentinya menetes, walaupun telah diusapnya berkali-kali.
Disinilah Hyunjae. Lelaki berparas cantik dengan umurnya yang mungkin terbilang cukup muda. Kerja kerasnya sudah melampaui orang yang berumur matang, tapi sayangnya nasib tak pernah berpihak padanya. Hyunjae seharusnya menghabiskan masa mudanya untuk menempuh pendidikannya dibangku kuliah, tapi apa boleh buat? Bahkan untuk makan sehari-hari saja Hyunjae pusing, ditambah lagi untuk membiayai sekolah adik satu-satunya. Mungkin jika orangtuanya tidak berpulang terlalu cepat, nasib Hyunjae tidak akan seburuk ini? Tapi mustahil jika menyalahkan nasib.
Benar kata orang, hidup itu serba butuh uang. Separuh masalah hidup mungkin akan terselesaikan dengan uang.
Hyunjae mengacak rambutnya gusar, karena detik ini pun ia belum mendapatkan pekerjaan padahal minggu depan adalah jadwalnya untuk membayar tagihan listrik dan juga biaya sekolah adiknya. Hyunjae sudah menaruh beberapa lamaran pekerjaan di toko, restoran, atau bahkan kantor tapi hingga kini ia belum mendapatkan panggilan kerja. Ia berharap, tuhan segera memberikannya titik terang.
Kakinya sedikit nyeri, belum sama sekali diistirahatkan setelah berjalan cukup jauh melamar pekerjaan tadi. Motornya sedang rusak, ingin sekali Hyunjae benarkan tapi ia tak memiliki cukup uang. Itupun Motor pemberian mendiang Ayahnya, jadi ia takkan memiliki niat secuil pun untuk menjualnya. Hyunjae juga hanya naik angkutan umum beberapa kali, tapi sisanya ia tetap berjalan kaki dengan alasan untuk mengehemat uangnya.
Hyunjae mendudukkan dirinya tepat di kursi panjang taman kota, penglihatannya benar-benar kabur karena berjam-jam terpapar sinar matahari. Dihembuskan nafasnya berkali-kali, rasa hausnya seperti mencekik tenggorokan. Hyunjae berniat pergi membeli seplastik es, tapi langkahnya terhenti karena matanya tak sengaja menangkap sosok gadis kecil yang terjongkok disamping mobil yang ntah milik siapa. Hyunjae mendekatkan langkahnya, badannya terjongkok untuk menyamakan posisinya dengan gadis kecil ini
"Hiks... papa, papa hiks"
Gadis kecil itu terisak, Hyunjae yang sedang berada dihadapannya pun mengernyit bingung. Sebab apa anak ini menangis? Dan tunggu, ia barusan memanggil papanya? Apa gadis kecil ini anak hilang?
"Anak manis, loh kok nangis? Kamu kenapa?" Tangan Hyunjae terangkat untuk mengusap lembut bahu gadis kecil ini.
Tak butuh beberapa menit, kepala kecilnya terangkat untuk melihat siapa lelaki berhati lembut yang menghampirinya. Saat mata mereka bertemu, wajah teduhnya dapat Hyunjae lihat dengan jelas. Anak yang cantik, batinnya.
Gadis kecil ini spontan memeluk tubuh Hyunjae, ntah dengan dasar apa.
Terkejut, tapi Hyunjae tetap memutuskan untuk mendekap tubuh kecil gadis ini. Pikirnya, siapatau pelukan singkatnya ini dapat membuat si kecil jauh lebih tenang. Gadis kecil yang masih tak diketahui namanya ini mendongakkan kepalanya untuk menatap Hyunjae, mata sembabnya masih jelas terlihat. Mungkin karena terlalu lama menangis?
"Kakak baik, Caca takut.. Caca ingin pulang hiks mau ketemu papa"
Hyunjae mengusap lembut surai hitam gadis kecil yang mengaku namanya Caca tadi
"Namamu Caca ya? Wah, cantik namanya sama seperti orangnya. Tapi tau gak? Kalau gak cengeng, Caca bisa makin cantik loh!" Seru Hyunjae, mencoba menenangkan gadis dipelukannya ini
Senyuman terukir di wajah Caca, ia tampak senang rupanya dengan bujukan sederhana Hyunjae.
Benar sekali, Hyunjae memang sangat mudah mendapatkan hati anak kecil. Ntah mungkin karena tutur katanya yang lembut, senyumannya yang tulus, atau karena ia pandai membujuk anak kecil dengan ide nya yang unik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy [Jujae]
AcakLee Juyeon, seorang single parent satu anak. Tentunya tak mudah baginya untuk membesarkan putri kecilnya sendirian. Sampai akhirnya sosok Hyunjae datang membawa perubahan besar pada hidupnya. ▪︎ Warning! ▪︎ - bxb (homophobic, go away) - fiction - ki...