"Risa tuh ngga bisa nangis. Bapak meninggal aja, dia ngga nangis." Kata-kata kakak terngiang dalam telingaku. Aku tak menangis karena aku tak ingin menodai ikhlasku, Kak, batinku.
Rembulan malam ini, begitu mempesona. Kulihat ia menyapa dari genting kaca. Tetapi, entah mengapa, kini aku tak sangat ingin memandangi rembulan kala purnamanya. Tak menunggu datangnya untuk mengadu kala aku sedang merindu. Aku lebih sering menangis lalu berdoa, untuk ketenanganmu. Semoga doa-doaku sampailah padamu.
Terkadang hatiku berubah sempit, ketika aku lelah dengan keadaan. Aku ingin memanggilmu, tetapi aku sadar bahwa kau tak akan menghampiriku. Rinduku tak kaudengar, layaknya ia yang tak pernah bersuara padamu. "Tuhan, mengapa Engkau ambil ia secepat itu? Huhu ...." Aku menangis. "Tuhan, maaf, aku mengeluh ...."
***
Tentang Penulis:
Dessy Rosita Dewi lahir di Gunungkidul pada tanggal 27 Februari 2001. Kini ia masih menempuh jenjang kuliah di UNY. Karya-karyanya dimuat di beberapa antologi, seperti Pustaka Cinta, Krakitha Kalah Wegig, dll. Kritik dan saran mengenai karnyanya bisa disampaikan melalui akun IG dessyrosita_d.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentigraf (Cerita Pendek Tiga Paragraf)
RandomDalam tiga paragraf ini, tidak menutupi moral yang bisa kita maknai darinya. :) Salam literasi