Things Definitely Just Got Worse

1.2K 113 8
                                    

Sasuke terlalu banyak bekerja, dan sayangnya, pekerjaannya selalu di jam shift sore. Aku hanya bisa menghibur diri dengan mengingat ucapannya, dia bilang dia akan libur selama enam hari berturut-turut pekan depan. Itu artinya enam hari penuh bungkusan Fire and Ice, dan aku benar-benar sudah tidak sabar lagi.

Aku hanya sesekali melihatnya di rumah sakit. Suatu hari, aku ditugaskan ke UGD, dan ternyata ia lebih sering menghabiskan waktu di sana daripada di lantai tempatku bekerja. Tapi, yang paling menggangguku adalah semua perawat wanita di sana secara terang-terangan menggodanya.

"Dr. Uchiha, aku sudah mempersiapkan semua yang kau butuhkan di central line," ucap seorang perawat muda padanya. Ya, itu memang sebuah ucapan sederhana, tapi suaranya terlalu sugestif, dan aku tidak suka itu. "Beri tahu aku kapan kau siap." Dia menggigit bibirnya dan tersenyum sebelum berjalan melenggak-lenggok pergi.

Oh, aku hampir muntah.

Aku tidak mengatakan apa-apa padanya tentang gadis-gadis itu—tidak saat kami bekerja—karena dalam pembelaannya, dia tidak balik menggoda mereka, dan aku adalah gadis yang menghangatkan tempat tidurnya tadi malam. Dia juga membawakanku kopi dari lounge dokter saat dia sampai di sini, jadi bagaimana mungkin aku bisa benar-benar marah? Dua orang perawat menatapku saat Sasuke menyerahkan secangkir kopi, tapi aku mengabaikan mereka. Aku tidak keberatan kalau Naruto dan Rin tahu tentang kami, dan aku juga sedikit senang menggosok hubungan baruku di wajah Karin, tapi, aku tidak mau membahas kehidupan pribadiku bersama orang asing. Sasuke sepertinya merasakan hal yang sama. Kami bicara, kadang-kadang saling menggoda, dan berbagi ciuman singkat saat tidak ada orang lain, kami juga bersifat profesional saat bekerja. Tidak ada sesi seks gila-gilaan di tandu di belakang UGD, meskipun aku sering membayangkannya.

Tidak, kami menyimpannya untuk ruangan tunggu piket.

Di malam yang luar biasa panjang, setelah pergantian shift, aku bertemu dengan Sasuke di lorong saat aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Dia masih harus bekerja selama beberapa jam lagi, dan meskipun dia tampak lelah, dia masih kelihatan senang saat bertemu denganku.

"Kau mau pulang?" tanyanya.

"Ya, tapi aku mau makan dulu. Apa kau, eh... mau kubawakan sesuatu?" tanyaku penuh harap. Ini menyedihkan, aku sudah menjadi seorang pecundang yang tidak bisa berhenti memikirkan seorang pria, dan bahkan rela mengantarkan makanan agar bisa melihatnya lagi selama lima menit.

"Tidak, terima kasih, aku akan makan nanti di kantin," jawabnya. Seorang perawat berjalan melewati kami. Sasuke tetap diam sampai perawat itu berlalu, kemudian dia bersandar ke arahku, suaranya dipelankan. "Apa kau... keberatan, um, tinggal di sini beberapa menit lagi?"

Aku tertarik mendengar ucapan Sasuke. "Tidak. Memangnya ada apa?"

"Lihat saja nanti. Ikut aku."

Kami naik lift sampai ke lantai delapan, kemudian menaiki tangga. Saat kami sendirian di tangga, aku bertanya, "Apa para dokter punya semacam ruangan mewah rahasia di sini?"

"Seperti itulah kira-kira," jawabnya sambil menyeringai. Kami sampai di lantai atas—lantai ini tidak dapat dijangkau lift—dan aku melihat sebuah pintu dengan sistem "gesekkan-lencana-doktermu" yang membuat kami, para perawat, tidak dapat masuk.

Saat kami mencapai pintu, Sasuke langsung berbalik dan menciumku. Ini mungkin ide buruk, karena aku sangat merindukannya dan sudah tertidur saat dia sampai di rumah tadi malam. Aku mengalungkan tanganku di lehernya, dan menciumnya dengan penuh semangat. Dia menarik diri sebelum aku bisa merobek semua pakaiannya, tapi dia menciumku dengan singkat sebanyak dua kali, tangannya berada di kedua sisi wajahku, dan aku tahu dia juga tidak ingin berhenti.

Sasuke kemudian berbalik untuk menggesek lencananya, lalu mendorong pintu sampai terbuka dan menyuruhku masuk, tangannya berada di punggungku.

Aku berjalan masuk ke sebuah apartemen. Ya, sebenarnya bukan apartemen sungguhan. Ini adalah sebuah ruangan besar, dan ada empat tempat tidur, dua diantaranya tertutup tirai, dan masing-masingnya terletak di sudut ruangan. Di sini juga terdapat sofa dan televisi berukuran sedang yang dipasang di dinding, di sebelah kiriku. Di sebelah kananku, terdapat dapur kecil dengan lemari es, wastafel, microwave, mesin pembuat kopi, dan mesin cuci piring, dan di pojok kiri ada sebuah pintu yang tertutup, aku kira itu mengarah ke kamar mandi.

Doctor's OrdersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang