Lalu lalang orang-orang yang ada di pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta tak mengurangi antusiasme seorang wanita muda yang berusia 20 tahunan untuk berbelanja ia dengan semangat menenteng seluruh hasil belanjaannya. Baru saja ia keluar dari salah satu toko pakaian ternama ia langsung masuk ke toko baju yang lainnya tak main-main saat ia berbelanja tak hanya membeli satu atau dua baju saja ia akan memborong semua barang yang disukainya tak peduli berapa baju yang akan dibelidan yang akan dipakainya nanti. Tak lama setelah ia keluar dari toko baju itu telfonnya berdering dan menunjukkan nama ‘Ayah’ dilayarnya.
“Iya ayah, aku sedang berbelanja seperti biasanya” katanya“Tak apa nak, setelah kau selesai langsung saja kau ke kantor ayah karena ada hal penting yang harus ayah sampaikan” perintah ayahnya.
“Baiklah secepatnya aku akan pergi ke kantor,” Ia lalu menutup telfonnya sebenarnya ia penasaran kenapa ayahnya memanggilnya ke kantor tapi ia tak memikirkannya terlalu dalam lebih baik dia kembali berbelanja.
Sebelumnya perkenalkan puteri seorang milyarder asal Indonesia namanya Naomi Baskara puteri dari pengusaha ternama Romi Baskara, pemilik perusahaan furniture ternama dan istrinya Kang Seo-ra, pemilik perusahaan ternama asal Korea Selatan. Dia adalah puteri tunggal dari pengusaha itu jadi tak ada yang bisa mencampurinya dalam memakai harta kekayaan keluarganya. Ibu Naomi baru saja meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya sejak 3 tahun lalu.
Tak lama setelah ia melanjutkan ritual belanjanya Naomi pergi ke kantor ayahnya.
“Hai ayah ada apa tumben sekali memanggilku ke kantor?”“Begini Naomi sebenarnya tadi ayah telah melakukan rapat dengan para pemegang saham...” Kata ayahnya namun tak diteruskan entah karena apa tapi tampak keraguan diraut wajahnya.
“Ada apa yah? Katakan saja tak apa.”
“Begini, sebenarnya saham perusahaan kita sedang mengalami penurunan dan perusahaan kita pun mengalami kerugian yang cukup besar. Lalu apa kau ingat dengan proyek yang akan kita kerjakan di Ilsan?”
“Tentu saja, itukan proyek yang sangat ingin ibu selesaikan sebelum ibu meninggal.”
“Ya itulah masalahnya, perusahaan yang tadinya akan mensponsori pembangunan proyek itu satu per satu mundur karena tak mau menanggung kerugian karena bermitra dengan kita”
“Apa?! Astaga ayah kalau begitu kita harus secepatnya menemukan jalan keluarnya!!”
Naomi ikut panik karena proyek yang impian ibunya itu terancam gagal.“Naomi itulah yang ayah ingin katakan kepadamu.”
“Maksud ayah?” Ia tak tahu apa yang dimaksud ayahnya itu.
“Begini,..” Belum sempat ayahnya memberi tahu sesuatu yang dimaksudnya telfonnya berdering dan sepertinya itu dari klien proyek di Ilsan.
“Naomi kau tunggulah disini atau jika kau mau kau bisa pulang nanti kita lanjut pembicaraan tentang hal ini di rumah ya. Bye my daughter i love you.” Ayah Naomi langsung pergi begitu saja setelah mencium kepala Naomi.***
Naomi melihat jam ditangannya dan menunjukkan pukul sembilan malam tetapi ayahnya belum juga kembali. Tadinya ia berencana ingin pulang saja karena lelah namun ia urungkan karena penasaran dengan apa yang dimaksud ayahnya tadi.
“Baiklah akan kutunggu ayah sampai pukul sepuluh saja kalau belum juga kembali ke kantor akan kutunggu saja di rumah.” Katanya pada diri sendiri.
Waktu terus saja berlalu namun ayah Naomi belum juga kembali. Naomi yang kelelahan sampai ketiduran disofa sampai dibangunkan oleh satpam yang hendak mengunci gedung kantor. “Permisi bu, bangun bu”
“Ah iya ada apa?” tanyanya.“Begini saya mau mengunci kantor tapi ibu ada disini.”
“Astaga ini sudah pukul sepuluh malam. Ah maafkan aku ya aku ketiduran silakan kalau mau mengunci kantor aku akan pergi. Sekali lagi maaf.” Naomi akhirnya pulang.
Sesampainya di rumah ia mencari ayahnya namun kata pembantu ayahnya belum juga kembali akhirnya ia memutuskan untuk menelfon ayahnya.
“Halo ayah, kenapa belum pulang juga aku dari tadi sudah menunggu ayah di kantor tapi ayah nggak datang-datang akhirnya aku pulang tapi ayah ternyata belum juga pulang?” Cerocos Naomi mengungkapkan kekesalannya pada ayahnya.“Iya maaf sayang, ayah masih belum selesai meeting di luar. Lagian bukannya tadi ayah sudah memintamu untuk pulang juga kan.”
“Iya tapi aku keburu penasaran dengan apa yang mau ayah katakan padaku waktu di kantor tadi.”
“Baiklah besok saja ayah beritahu tentang hal itu sekarang kau pergilah tidur ini sudah malam dan ayah akan melanjutkan meeting ayah. Bye sweet dream sayang.” ayahnya memutuskan telfon secara sepihak.
“Hish lagi-lagi memutus telfonnya sebelum aku menjawab kata-katanya.” Ia melupakan kekesalannya dan memasukkan ponselnya kesaku lalu menuju kamarnya.
***
Sampai di kamar Naomi meletakkan tasnya dikasur lalu melemparkan dirinya ke kasur yang empuk itu ia memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan penatnya seharian ini karena belanja. Jam menunjukkan pukul 10.53 malam penatnya belum juga hilang bahkan setelah ia merebahkan dirinya akhirnya Naomi memutuskan untuk berendam dibathubnya sebentar.
“Astaga nikmat sekali berendam air hangat malam-malam begini.” Ucapnya seraya menikmati uap air yang bersamaan dengan menguapnya semua kepenatannya hari ini.
Selesai menikmati berendam air hangat Naomi kembali merebahkan dirinya di kasur sambil menatap langit-langit. Ia kembali terpikir dengan apa yang akan ayahnya katakan tadi.
“Ayah tadi mau mengatakan apa ya? Astagaa!! Apa ayah sedang mengidap penyakit serius dan akan secepatnya memberikan perusahaan kepadaku aishh bagaimana ini.” Naomi panik dan takut kalau terjadi apa-apa pada ayahnya karena ia tidak mempunyai orang lain lagi. Beragam pikiran aneh mulai hinggap dibenak Naomi mulai dari ayahnya yang terkena penyakit stadium akhir, kebenaran kalau sebenarnya dia anak angkat, dan yang paling buruk keluarganya benar-benar jatuh miskin. Banyak pikiran absurd yang mendatangi Naomi hingga tanpa sadar ia terlelap tidur.
***
Thanks from cheekaboo_ 💜
21 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED LOVE
Romancecover by © Pinterest [ON GOING] Pernah merasakan mencintai dua orang sekaligus? Bagaimana rasanya bingung? Rumit? Tak tahu mana yang sebenarnya dicintai dan mana yang hanya dianggap sebagai teman? Itulah yang dirasakan oleh seorang Naomi Baskara, p...