three ¦ heart

523 84 51
                                    

"Wuih, tumben. Ngapain lo kesini?" Devan menepuk-nepukan tangan di udara melihat kehadiran Rendy di kelas nya. Begitupun Frian yang langsung berdiri dari bangku nya dan menahan tubuh Rendy tepat di dada nya.

"Gue nggak mau cari ribut, minggir gue mau ngomong sama Rean." Acuh Rendy kemudian menyelinap masuk menghampiri Rean yang tengah asik berkutat dengan game di ponsel nya.

"Eh woi! Siapa sih ini? Nggak anjing gue." Kata Rean menatap remeh Rendy.

"Sorry, gue nggak mau bikin ribut. Cuma mau ngasih tahu, Disya sakit dan sekarang dia di UKS." Jelas Rendy to the point.

Fokus Rean teralih. Dia mendongak melihat Rendy.

"Trus apa urusan nya sama gue? Lagian paling dia pura-pura."

Mendengar itu, rahang Rendy mengeras namun ia harus tetap bersikap santai di area ini. Area kelas Rean.

"Dia cewek lo bangsat!"

"Peduli apa lo? Oh, lo masih naksir cewek gue, iya?! Brengsek!" Rean bangkit dari duduk nya, hendak meninju wajah Rendy namun ditahan oleh Johan yang notabene nya paling bisa diandalkan disaat situasi seperti ini.

"Terserah! Intinya gue udah kasih tahu lo. Dan satu lagi, Jenna nggak sebaik yang lo kira!" Rendy menunjuk wajah Rean kemudian berlalu keluar kelas.

"Anjing! Tau apa lo tentang Jenna hah?!" Amuk Rean tak terima mendengar ucapan Rendy.

Johan ikut mengelus bahu sohib nya itu, kemudian. "Kayak nya Disya beneran sakit. Lo tengok dulu sana gih." Ujar nya.

.

.

.

.

"Sya, Sya. Ayo dong makan. Ngapain nunggu cowok babi kayak Rean sih? Nggak bakal dateng juga tuh cowok!" Kesal Jihan dengan bibir mengerucut. Pasalnya, sahabat nya itu tidak mau menerima sesuap saja makanan dari nya karena cowok itu!

Lisa menepuk lengan Jihan keras membuat gadis berambut pirang itu terlonjak. "Tuh congor." Per ingat nya dengan mata melebar.

"Ck, Sya ayo dong makan. Kita udah capek-capek ke kantin cuma mau beliin makan buat lo, masa lo nggak mau makan?" Bujuk Lisa lembut namun tetap, ditolak.

Disya menoleh, menatap kedua teman nya sendu. "Kalian nggak ikhlas? Yaudah, besok-besok nggak usah repot-repot khawatirin gue ya. Btw, makasih udah mau beliin gue makanan. Taruh disitu aja." Disya tersenyum di akhir kalimat membuat Jihan serta Lisa merasa bersalah.

Lisa meletakkan mangkuk bubur di nakas yang tersedia di UKS kemudian memeluk tubuh lemas Disya erat, begitupun Jihan.

"Nggak gitu Sya, kita ikhlas Sya. Lo nggak boleh ngomong gitu, hiks! Lo hiks- lo kan sahabat kita." Jihan menangis disana, begitupun Lisa. Entah mengapa ucapan Disya tadi terasa sedikit menyayat.

Disya tersenyum. Menundukkan pandangan nya menatap Jihan serta Lisa yang masih menangis dipelukan nya. "Makasih ya, gue nggak tahu siapa yang mau peduli sama gue selain kalian. Bahkan.. Rean aja nggak dateng sampe sekarang." Ujar nya sedih.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang