Reincarnation

3 0 0
                                    

Story by: allnm1171
Inspired by a song called
ぼくらのレットイットビー by Harry

Enjoy.
.
.
.
.
.
.
.

"Hazel, kamu percaya reinkarnasi?"

"Hah? Reinkarnasi?"

"Iyaaa, kata buku ini, setelah orang meninggal, dia akan terlahir kembali."

Pria, ah tidak, tepatnya seorang anak lelaki dengan surai cokelat indah mengerjapkan kedua kelopak, mencoba mencerna perkataan sahabat mungilnya. Dia kemudian menggelengkan kepalanya.

"Hazel tidak paham, Hazel masih kecil." Cicitnya lucu.

Sedangkan lawan bicaranya, kini sedang menepuk jidatnya. Ya, bagaimana lagi, mereka masih sama-sama berumur enam tahun, wajar saja kalau Hazel tidak memahami hal seperti itu.

"Ya sudah, ayo lanjut main, nanti Riya yang jadi superheronya."

.
.
.
.
.
.
.

"Riya, aku cinta kamu."

Kedua insan itu berada tepat di belakang gedung olahraga, dengan sosok Riya yang terhimpit di antara tembok dan tubuh sosok yang lebih kekar darinya.

Terlihat yang lebih ringkih menggeleng pelan.

"Maaf." Lirihnya.

Namun yang dia dapatkan setelahnya adalah ciuman sepihak dari su kekar, Riya mencoba memberontak, namun tidak bisa. Dia memejamkan matanya takut.

Tapi, saat membuka matanya kembali, di belakang sosok yang menciumnya, terlihat seorang dengan isyarat mata terluka, memandanginya. Hazel berpaling setelah melihat Riya yang dipikirnya bercumbu dengan pria kekar itu.

Tunggu, Hazel salah paham, pasti. Riya segera mendorong pria di hadapannya, entah kekuatan dari mana, Riya tidak peduli.

Riya berlari bak orang kesetanan, dia kelabakan mencari sahabat sedari kecilnya itu, bak orang kesetanan tetap dia menyusuri setiap jalan yang dikiranya akan dilalui

Setelah lama mencari, Riya menemukan Hazel di seberang jalan, tepat di depannya. Hazel pun ikut melihatnya.

Riya segera berlari mendekati Hazel, secepat-cepatnya agar Hazel tidak pergi meninggalkannya.

Tetapi, tunggu dulu, mengapa wajah Hazel terlihat sangat panik? Mengapa Hazel melihat ke sebelah kanannya dan kemudian berlari mendekat?

Riya segera melihat ke arah kanan, kemudian membolakan mata terkejut. Sebuah truk berkecepatan tinggi sedang melaju ke arahnya.

Brakkk!

Riya memejamkan matanya di saat tubuhnya terpental lumayan jauh. Tapi tunggu, tidak ada yang sakit, hanya hangat, seperti didekap seseorang.

Riya memberanikan diri membuka matanya, ternyata benar, dia berada di pelukan seseorang. Sahabatnya, bersimbah darah, melindunginya dari maut.

"Ha.. zel.." Riya tidak mampu berkata-kata sekarang, walaupun orang-orang kini mengerubungi mereka, dia tidak peduli. Riya menangis sejadi-jadinya, sedangkan Hazel tertawa pelan.

"Hazel yang tertabrak, mengapa Riya yang menangis?" Hazel mengusap air mata Riya dan mendekapnya lebih erat. Namun usapannya tidak bermakna, malah kini mata Riya dipenuhi darah dari jarinya.

"Hazel sudah paham sekarang, Hazel akan reinkarnasi nanti, dan bertemu Riya lagi." Bisik Hazel pada Riya.

Dan saat Riya memandangi Hazel lagi, Hazel sudah memejamkan matanya tenang. Hazel sudah tidak bernyawa.

Tidak, ini tidak boleh, dia belum menjelaskan apa yang terjadi, Hazel juga belum mengetahui yang sesungguhnya. Riya berteriak sekuat-kuatnya setelahnya, teriakan pilu yang menyayat, kemudian pingsan di dekapan sang sahabat.

.
.
.
.
.
.
.

"Hazel akan kembali 'kan? Akan bereinkarnasi 'kan? Dia sudah berjanji." Ujar Riya lirih. Memandang seorang wanita bersanggul di hadapannya.

Wanita itu hanya tersenyum, setengah maklum, setengah iba. Pasalnya, sudah lima tahun selama dia bekerja di rumah sakit jiwa dia merawat Riya. Suster itu hanya menganggukkan kepalanya lirih.

"Iya, suatu hari, Hazel akan bereinkarnasi, kalaupun tidak, dia akan ada di hatimu."

Suster itu mengulum sebuah senyuman, membuat Riya ikut tersenyum.

"Sekarang, habiskan makananmu, lalu kita minum obat." Lanjut sang suster yang dibalas anggukan oleh Riya.

Sesuap nasi telah disodorkan Riya ke mulutnya, baru saja ingin ia makan. Tetapi, Riya memilih menatap dahulu depan ruangannya, entah mengapa. Sesosok lelaki familiar nampak di sana, membuat Riya membelalakkan matanya. Itu Hazel!

Riya segera berdiri, beranjak keluar dari ruangan. Suster terlihat panik dan berusaha menahan Riya untuk duduk kembali di bangsalnya.

"Suster! Jangan halangi aku! Itu Hazel di sana!" Teriak Riya menunjuk-nunjuk udara hampa di depan kamarnya.

Iya, Riya merupakan pasien skizofrenia.




˖𓊿──┈ ⊹
Ini apa sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Long Story ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang