Promise (1)

1.9K 19 3
                                    

#DRC2021
#DomesticRomanceCompetition2021

Judul: 21+
Penulis: Salwa Sabila

Kegiatan padat pasca menikah benar-benar membuat badan terasa remuk. Pagi ini, mataku baru mau terbuka lebar tepat setelah mendapati angka sepuluh ditunjuk oleh jarum jam. Sementara itu, kulihat ranjang di sisiku juga sudah tampak kosong. Suara air yang terdengar dari arah kamar mandi, cukup membuatku mengambil kesimpulan kalau Okta kini tengah berada di dalam sana.

Aku beringsut dari ranjang untuk memunguti pakaian yang berserak di atas lantai. Sebelum Okta menyelesaikan ritual mandinya, helai selimut sudah harus dirapikan dan tubuhku sudah harus berbalut baju.

"Sudah bangun?" Okta bertanya tepat setelah dia membuka pintu kamar mandi.

Seulas senyum kuberikan kepadanya.

"Mandi, ya, setelah itu kita turun ke restoran untuk sarapan. Atau kamu mau kita sarapan di kamar saja?"

"Di restoran saja. Aku mandi dulu." Gegas aku memasuki kamar mandi tanpa bicara terlalu lama dengan Okta. Ada perasaan malu saat aku harus bertatapan dengannya pagi ini setelah apa yang terjadi tadi malam. Ya, malam yang seakan-akan jadi candu bagi kami usai berlangsungnya acara resepsi.

Best Western Premier The Hive menyuguhkan pelayanan terbaiknya bagi kami pagi ini. Tempat makan yang menjadikan kolam renang andalan hotel sebagai pemandangannya, membuat kami seolah-olah dimanjakan dengan kenyamanan ala hunian sendiri. Di hadapanku, Okta tampak santai menikmati roti panggang berisi telur dan secangkir kopi hitam. Sementara aku, lebih memilih salad buah dan jus jeruk untuk disantap pada awal hari ini.

Di sela sarapan, pria di hadapanku menyempatkan diri mengecek ponsel yang sejak kemarin ditinggalkannya. Sesekali Okta mengulum senyum, seolah-olah ada hal lucu yang lebih menarik perhatiannya dari layar benda itu.

"Apa pagi ini aku terlihat tidak menarik bagimu?" sindirku. Meluapkan kesal yang menjalar pada hari pertama dalam hubungan rumah tangga kami.

Okta mengalihkan tatapannya padaku. Menaruh kembali ponselnya ke meja dan meraih jemariku dengan lembut. "Aku cuma tengah membaca gurauan mereka tentang malam pertama kita, Sayang. Maaf, lain kali jika bersamamu aku akan fokus hanya pada kamu seorang," rayunya dibarengi genggaman yang kian kuat.

Aku menghela napas pelan. Ah, ini cuma hal yang teramat kecil dan tak semestinya kuributkan.

"Sore ini, kita pulang ke rumah Mama, ya. Mereka pasti sudah menyiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangan menantu kesayangannya."

Aku mengangguk setuju.

"Kamu wanita pertama yang kubawa ke rumah, untuk aku perkenalkan dengan mereka sebelum kita resmi menikah."

"I can't believe it, Honey," sangkalku diiringi tawa kecil.

Ya, aku tak percaya karena setahuku Okta merupakan pria kaya yang dikejar banyak wanita. Tidak hanya dari segi finansial, tetapi fisiknya pun sudah cukup menjanjikan bahwa dia merupakan sosok idaman kaum hawa. Kami memang belum lama kenal dan hanya menjalankan ritual pacaran selama enam bulan setelah dipertemukan dalam insiden tak terduga. Namun, tenyata kehendak Tuhan mengikat kami dalam hubungan yang lebih serius. Hubungan pernikahan yang terlebih terjadinya karena dorongan dari mamaku sendiri.

"Kita tinggal di sana setelah ini?"

Okta mengangkat kedua bahunya lantas kembali tersenyum. "Anye, sebelum aku meminangmu, aku sudah mempersiapkan matang-matang apa yang akan aku berikan padamu. Aku mengajakmu menikah untuk kubahagiakan, kujaga, dan kupenuhi seluruh mau dan inginmu dengan segenap kemampuan. Jadi, jangan pernah berpikir aku akan mengandalkan rumah orang tua untuk tempat kita berteduh, tentu saja sebuah hunian sudah aku persiapkan untuk kita tinggal nanti," tuturnya masih sambil menggenggam jemariku.

Aku mengembuskan napas lega. Walau bagaimanapun, rumor yang merebak di negeri ini tentang tingkah sang mertua pada menantunya membuat aku sedikit bergidik.

"Well, Honey, jangan samakan orang tuaku dengan mertua yang kamu lihat di sinetron dalam negeri."

Hampir saja aku menyemburkan jus jeruk yang tengah kuteguk pagi ini. Bagaimana bisa Okta tahu isi dalam kepalaku?

Bersambung ....

TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang