10

1K 129 1
                                    

Saat Jimin hendak membuka knop, pintu itu lebih dulu terbuka menampilkan Taehyung dengan style kekinian. Alis kanan Jimin terangkat. "Tae-hyung mau kemana?"

"Aku lupa memberitahu, aku akan pergi ke acara temanku" Pemuda itu mengelus surai Jimin.

"Apa aku boleh ikut? Besokkan libur.."

Taehyung tampak berpikir. Ia melihat kearah jam dinding kamarnya. "Ini sudah terlalu malam untukmu"

Grep

Dengan jurus puppy eyes andalannya Jimin memeluk Taehyung erat. "Eomma dan appa tidak pulang.. Aku takut sendirian di rumah Tae.."

Astaga kenapa Jimin begitu menggemaskan. Mata sipitnya mengerjap beberapa kali mengharapkan kata iya dari Taehyung.

Yang lebih tinggipun menghela napas pelan. "Ne ne, kamu boleh ikut, tunggu disini" Tak tega meninggalkan Jimin sendirian di rumah alhasil Taehyung mengajak sang adik. Pemuda itu berjalan ke lemari dan mengenakan Jimin hoodienya.

"Kajja."

"Huum" Jimin mengangguk dengan riang. Ia tak pernah pergi ke pesta secara ia tak memiliki teman. Tentu ini akan menjadi pengalaman baru untuknya.

"Woah kau mengajak adikmu Tae" Ujar Hoseok seraya menghadap ke belakang. Taehyung hanya berdeham, sedari tadi tangannya terus menggenggam tangan Jimin.

Di dalam mobil, Taehyung menarik lengan si mungil hingga tubuh itu jatuh kedekapannya. Seketika Jimin menjadi panik, ia melotot kearah Taehyung takut dua orang di depan memperhatikan mereka.

"Tidakpapa tenang saja.." Bisik Taehyung seraya membelai surai Jimin. Yang lebih mungil pun pasrah dan berakhir balik memeluk kakaknya. Dada Taehyung adalah ternyaman untuknya bersandar.

****

Sampai di area pesta, musik kencang kedengaran. Jimin melepaskan genggaman tangannya karena entahlah takut dibully(?)

Taehyung awalnya terdiam seraya melihat tingkah adiknya namun ia berusaha memahami. "Jangan jauh-jauh dariku oke?"

"Iya.." Jimin mulai mengikuti Taehyung dari belakang. Ia berasa jadi orang paling mungil disana.

Yoongi turun dari mobil paling terakhir sedang Hoseok ikut masuk bersama Taehyung tadi. Pemuda itu masuk ke dalam rumah lewat pintu lain guna menemui si empunya pesta.

"Aku sudah membawanya kesini, mana uangnya"

Jeonyeon tersenyum lalu memberikan bayaran pada Yoongi. "Kau akan mendapat tambahan jika membantu satu hal lagi sunbaenim.." Ujar si gadis dengan senyuman.

Yoongi menghitung uang digenggamannya lalu beralih menatap Jeongyeon. "Melakukan apa?"

****

Jimin duduk di sofa dengan Taehyung. Pestanya tidak neko-neko, tapi tetap minuman keras dan rokok turut serta. Si mungil menyilangkan kedua tangan di dada seraya menyipitkan mata kearah Taehyung.

Si tampan terkekeh. "Kenapa melihatku begitu?"

"Awas saja kalau hyung sampai mabuk" Sinisnya

"Tidak sayang.." Si pemuda terkekeh seraya merangkul pundak adiknya.

"Ish hyungie jangan panggil begitu, nanti ada yang dengar"

"Mana mungkin ada yang dengar, musiknya sangat kencang dan lampunya remang-remang, santai saja.. Kemarilah" Taehyung menutup kudung hoodie adiknya agar tidak kelihatan kalau pemuda mungil itu anak laki-laki.

Jimin meraih uluran tangan Taehyung yang mengajaknya berdiri di kerumunan orang yang asyik menari. "Jangan kaku begitu"

Si pemuda melingkarkan tangannya pada pinggang si mungil lalu merekatkan tubuh keduanya. Jantung Jimin bekerja dua kali lipat dari biasanya. Ada rasa senang, panik, khawatir, dan macam-macam rasa lainnya. Bagaimana kalau ketahuan? Bagaiamana kalau ini kalau itu, dan sepertinya Taehyung mengerti kekhawatiran adiknya.

Stigma (Vmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang