5

1.3K 158 3
                                    

Jimin pulang ke rumah sedikit tergesa. Ia mendatangi kamar sang kakak yang anehnya di kunci. Taehyung tak pernah mengunci pintu padanya sebelumnya.

"Hyung?"

Tak ada balasan dari dalam. Si mungil merasa gelisah namun ia juga tak mau mengganggu sang kakak.

Di dalam kamar, Taehyung tengah menenggelamkan wajahnya ke bantal dan memukul ranjang berkali-kali. Ia merasa kesal, lelah, dan marah. Kenapa Jimin bersama Jungkook? Jika dia keluar sekarang ia takut emosinya malah akan menyakiti Jimin, karena itu Taehyung memilih mengunci diri di kamar.

Di sisi lain, si mungil mandi lalu memasak untuk makan malam. Ia menengok ke arah meja makan, Taehyung belum duduk disana.

"Hyung.." Jimin menghela napas. Ia kembali memikirkan kakaknya yang bersama seorang gadis. Apa itu kekasih kakaknya? Apa Taehyung sedang berkencan tadi? Apa lelaki tan itu mengunci pintu karena ingin menjaga jarak dengan Jimin sekarang?

Pikiran Jimin jadi kemana-mana, ia melamun hingga suara langkah kaki menyadarkan dirinya. Terlihat Taehyung yang turun dan duduk di kursi makan. Lelaki itu menunduk dan terlihat lesu.

Jimin segera kembali memasak. Tak ada perbincangan diantara mereka. Begitu hening dan rasanya tidak benar.

Sangat mengganjal.

"Hyung.." Panggil si mungil yang sudah duduk di sebrang Taehyung.

Yang dipanggil hanya menatap matanya tanpa menjawab. Seketika Jimin tersenyum guna menghilangkan kecanggungan diantara mereka. "Yang tadi kekasih hyungi ya?"

Tangan Taehyung meremat sumpit. "Apa dia terlihat seperti kekasihku?"

"Aku tidak tahu.. Tapi hyung bersamanya tadi.."

Taehyung menghela napas panjang, ia tak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Kakinya pegal, hatinya panas, sungguh menyebalkan. "Makan saja"

"Iya.." Jimin menunduk. Sang kakak tak ingin membicarakannya. Jangan-jangan benar perempuan tadi kekasihnya.

Grekk

Taehyung tiba-tiba bangkit berdiri, lelaki tan itu menyelesaikan makan malamnya lebih cepat, segera ia mencuci piring lalu naik ke kamarnya.

Jimin hanya bisa diam melihat kakaknya yang jadi begitu. Kenapa Taehyung mengacuhkannya? Kenapa lelaki itu mendiamkannya? Tidak ada ucapan selamat makan, tidak ada belaian lembut, tidak ada apapun, Taehyung pergi begitu saja.

Tanpa sadar pandangan Jimin memburam karena tertutup air mata. "Hyung.." Gumamnya.

Apa semua orang yang punya pacar akan menjauhi adiknya? Jimin masih berpikir Taehyung punya kekasih tanpa tahu alasan sebenarnya lelaki itu kesal.

****

Malamnya, Jimin tidak bisa tidur karena kepikiran perubahan sifat Taehyung. Alhasil lelaki mungil itu memberanikan diri menuju kamar Taehyung meskipun harus menerjang gelapnya lorong.

Semoga tidak dikunci, batinnya. Jika dikunci maka Jimin menerjang ketakutannya akan gelap hanyalah sia-sia.

Ceklek

Tidak dikunci. Jimin menghela napas lega. Ia masuk dan melihat kakaknya tengah tiduran menyamping dengan earphones ditelingannya. Si mungilpun pelan-pelan naik keatas ranjang lalu memeluk Taehyung dari belakang.

Seketika si tan membuka mata dan melirik pada tangan mungil adiknya. "Apa yang kau lakukan?"

"Apa aku tidak boleh memeluk hyungku sendiri?" Racau Jimin sedikit menggumam di punggung Taehyung.

"Peluk saja ahjussi tadi."

"Ahjussi?" Jimin memundurkan wajahnya. "Maksud hyung, Jungkook ssaem?"

"Yah siapapun itu namanya." Nada suara Taehyung terdengar datar dan malas.

"Kenapa aku harus memeluk Jungkook ssaem? Apa sekarang aku sudah tidak boleh memeluk hyung karena hyungii sudah punya pacar?"

Pacar?

Taehyung pun berbalik membuat pelukan Jimin terlepas. Alisnya menukik,menatap sang adik serius sedang yang ditatap terlihat begitu melas dan imut.

"Kenapa? Karena kau lebih memilih pulang bersamanya dari pada aku. Aku mengkhawatirkan dan mencarimu sampai kakiku pegal tapi ternyata kau malah asik jalan dengan pria tua jelek itu. Satu lagi Jisoo bukan pacarku." Ada penekanan pada kalimat terakhir dalam kalimat Taehyung.

Grep

Jimin membenamkan wajahnya pada dada bidang sang kakak dan memeluknya erat. Lelaki manis itu memang paling tahu kelemahan kakaknya. "Maaf.. Aku janji akan pulang bersama hyungi terus.. Maafkan nee? Hyungie seram kalau marah.."

Taehyung balas memeluk Jimin lebih erat lalu mengecup keningnya. Hanya sebuah kecupan namun mampu membuat darah Jimin berdesir dan jantungnya bersegup tak karuan.

"Aku tidak suka melihatmu dengan orang lain Jim. Tidak perlu tahu alasannya pokoknya tidak suka. Kamu tidak boleh jalan dengan yang lain selain aku."

Jimin mengangguk. Ia memejamkan mata merasakan rambutnya dibelai lembut oleh Taehyung. Selagi keduanya tengah berpelukan dan sesekali bercanda tiba-tiba terdengar suara piring pecah.

"Hyung.. apa itu?"

Taehyung menepuk-nepuk kepala Jimin lalu melepaskan pelukannya. "Biar aku yang mengecek, kamu disini saja."

Si mungil mengangguk.

Pelan-pelan Taehyung keluar dari kamar dan menuruni tangga. Samar-samar terdengar suara orang tuanya yang sedang bertengkar. Dari anak tangga Taehyung memperhatikan semuanya.

"Aku kerja sampai malam dan kau malah berselingkuh!! Dasar laki-laki tidak tahu diri!!"

"Kau pikir hanya kau yang lelah bekerja?! Kau pikir aku tidak bekerja ha?!! Itu uangku, aku bebas melakukan apapun dengan uangku!!"

"Apa kau tidak punya otak?! Apa matamu buta sampai-sampai kau tidak melihat anak-anakmu kekurangan?!!"

Taehyung masih diam sambil terduduk di anak tangga. Hatinya sakit dan telinganya pedih mendengar kedua orang tuanya saling mencaci.

"Aku ingin berpisah!! Aku akan membawa Jimin denganku!!"

Deg

Kepala Taehyung terangkat, apa-apaan ibunya itu, kenapa dia ingin pergi membawa Jimin.

"Hyung.." Bisik Jimin dari atas sambil mengucak mata. Taehyung segera naik lalu menggandeng adiknya kembali masuk ke dalam kamar.

Ceklek

"H-hyung.." Jimin kikuk saat sang kakak mengukung tubuhnya di balik pintu kemudian menangkup pipinya. "Hyung?"
Jimin bingung kenapa Taehyung terlihat begitu sedih. "Ada apa dibawah sana?"

"Bukan apa-apa.. " Taehyung menatap mata Jimin dalam dan lama. Berusaha menyampaikan perasaan sedih dihatinya, mana rela dia berpisah dengan adiknya. "Ada yang mau ku katakan Jim.."

"Ne?"

"Aku.."
Apa ini saatnya bagi Taehyung mengutarakan perasaannya. Ia menyukai Jimin. Ah tidak, perasaannya lebih dalam dari sekedar suka. Ia sangat menyayangi lelaki mungil itu.

Sifatnya yang lembut dan tulus, Jimin selalu ada untuk Taehyung saat dia merasa tak punya siapa-siapa. Jimin adalah alasan Taehyung tetap waras.

"Hyung apa?" Mata Jimin berbinar menunggu kalimat sang kakak yang selanjutnya.

"Mengantuk.." Taehyung tak bisa mengatakannya.

"Begitu? Kalau begitu ayo tidur, aku juga sudah mengantuk hyung.." Jimin tersenyum lembut, menggandeng tangan Taehyung dan keduanya pun berbaring diatas ranjang.

"Aku tidak mau kehilanganmu Jim.."

"Aku juga tidak mau kehilangan hyung.."

Stigma (Vmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang