1. Deadly Human

59 22 66
                                    

Deadly Human.

Blurb: Haunt, itu namamu. Cerdas, ambisius, dengan prestasi, juga mendali dimana-mana, tentunya kamu di kagumi banyak orang. Dan sebagian dari mereka jelas selalu ada yang dengki hati. Di antaranya Dia.

Dia, yang diam-diam menyimpan segudang dendam, yang diam-diam ingin melenyapkan, seantero sekolah tahu itu, kamu dan Dia tidak dekat. Namun suatu ketika, Dia mendekatimu, meminta maaf atas tuduhan orang-orang yang berbicara buruk tentangnya dan kamu, dan ingin belajar darimu. Tentu saja kamu menerima maafnya, atas dasar kemanusiaan.

Namun, kedekatanmu dengannya membuat keanehan dalam pemikiranmu.

Dan pada akhirnya keanehan itu membuat keanehan-keanehan yang lebih besar di dalam kehidupanmu.

***

Tiga manusia berbeda usia, sama-sama terpaku menatap layar laptop di hadapannya, setelah berhasil membaca ringkasan cerita yang dikirim secara misterius lewat surel. Deadly Human, memiliki arti “Manusia Mematikan” judul cerita yang keren, bukan?

“Ini sih, boleh terbit,” gumam salah satu pemuda yang masih terpaku tak mau lepas memandang rangkaian kata di hadapannya.

Dua di antaranya saling tatap dengan dahi berkerut, kemudian salah satunya menatap ke sumber suara, “Memangnya, Kakak, siapa?”

“Ini? Kakak kamu, Bella.” Bara, sang Kakak menatap gemas adiknya sembari menunjukkan telunjuk tangan pada dirinya sendiri.

“Maksudnya, gini. Kan Kakak itu gak ada keterkaitan sama penerbitan yang aku buat bareng Axel, ya gak, Xel?” Bella, sang adik membalas, kemudian menyenggol pelan lengan temannya.

Axel yang merasakan itu kemudian merespons, dengan anggukan kecil dipenuhi keraguan. “I-iya, Bell.”

“Baru dapet naskah perdana aja udah sombong,” cibir Bara dramatis.

“Canda Kak Bara.” Bella meralat, kemudian tersenyum jahil pada Kakaknya. “Lagian, gak usah bawa perasaan deh, cowok playboy kayak Kak Bara bukannya gak punya hati?” lanjut gadis itu kemudian.

“Terima kasih sudah mengingatkan, Bella. Kak Bara ini khilaf.”

“Terima kasih kembali, Kak Bara!”

“Kalo gitu, Kak Bara izin mengundurkan diri, mau balik jadi playboy. Sayonara, all! Hwaiting for naskahnya ya! Good luck!”  Bara berucap diakhiri senyum semringah, membuat kedua remaja di hadapannya kesusahan menahan tawa.

“Iya, Kak, Hati-hati!” Serempak mereka pada Bara yang sudah lebih dulu pergi dan hilang dibalik pintu.

Keadaan kembali hening, keduanya kembali terpaku pada layar laptop di hadapannya.  Masih tentang naskah, yang dikirim lewat surel oleh Mr. Haunt. Ya, Mr. Haunt, pelanggan pertama yang mengirim sebuah cerita pada penerbit yang Axel dan Bella dirikan. Hope Publisher, namanya.

Namanya terbilang unik, namun dibalik itu banyak perdebatan besar diantara mereka. Penerbitan yang didirikan atas dasar kecintaan mereka pada dunia literasi, juga mengedit, tentunya mengedit sebuah naskah, membuat Hope Publisher lahir saat dua remaja itu menduduki kelas sebelas di salah satu SMA ternama di kota Bandung. Mungkin sudah berjalan hampir lima bulan, namun berjalannya waktu yang cukup lama itu, tidak ada satu pun pelanggan yang mengirimkan sebuah naskah pada mereka, ajang perlombaan menulis selalu sepi dan terpaksa dibatalkan, juga banyak hal mengenaskan lainnya.

Hanya Mr. Haunt, dan pertama kalinya adalah Mr. Haunt, walau hanya mengirimkan ringkasan cerita ber-genre horor, namun itu sungguh membuat mereka takjub, bahkan Kak Bara sekalipun.

The Mystery Of Mr. HauntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang