Bella sudah pulang dari Kedai Es Krim setelah menghabiskan dua mangkuk es krim favoritnya, di antar Axel saat hujan datang beberapa menit kemudian. Dan sudah bisa dipastikan, Axel basah kuyup di perjalanan.
Kini hujan sedikit mereda, Bella terdiam di meja belajarnya, fokusnya kini menatap layar ponsel, lebih tepatnya menatap isi pesan yang ia kirim pada Axel tiga puluh menit yang lalu, namun tak kunjung di balas oleh remaja itu.
Axel Pranadipa
Jangan lupa editing naskah
Terima kasih sudah antar pulang!
***
Disisi lain, Axel. Ya, remaja yang kini tengah bersiap mengendarai motornya, dengan tujuan rumah Bella.
Insiden kehujanan itu sangat merugikan Axel. Pertama, ponselnya yang ia taruh di saku kini tak bisa menyala karena air hujan. Dan yang lebih parahnya, laptop yang ia simpan di tas juga kini tak bisa menyala. Membuat data-data besar juga naskah Mr. Haunt tidak bisa ia akses. Axel hanya pasrah, saat beberapa hari atau bahkan minggu ke depannya remaja itu harus hidup tanpa laptop. Jika ponsel, bisa dipastikan besok akan menyala seperti biasanya.
Lima belas menit perjalanan menuju rumah Bella dipersingkat hanya menjadi lima menit, entah dengan kecepatan apa remaja itu mengendarainya. Axel memasuki pekarangan rumah Bella yang minim pencahayaan juga aroma hujan masih melekat. Remaja itu berjalan, dengan langkah tenang, setelah memarkirkan motornya yang tak jauh.
Sorot mata Axel bertemu, dengan sesosok pria yang kini seorang diri terdiam di tengah taman kecil. Dahi Axel mengernyit, menatap pria itu dengan lekat. Sepertinya Axel mengenali perawakan tubuh pria.
Dengan ragu dan rasa penasaran, Axel mendekat, satu kakinya sudah menginjak rumput tanaman, dan indra penciuman yang kini mulai samar mencium dupa kemenyan.
Tubuh Axel seketika menegang, saat pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan. Namun kini, sudah tak ada jalan lain, hanya tinggal lima langkah lagi Axel bisa melihat siapa orangnya. Walau tebakan Axel sudah pasti benar.
Axel menahan nafas, remaja itu mulai ketakutan, saat seseorang di depannya yang ia lihat ternyata bukanlah manusia, bagaimana? Satu kakinya melangkah mundur, dengan perlahan tubuhnya membalik, dan tak sadar remaja itu sudah menghela nafasnya berkali-kali.
"Axel ...."
Axel membeku di tempat, suara itu, suara yang menyerupai Pak Ali dapat Axel dengar.
Ah tunggu, bagaimana dengan sosok yang Axel lihat tadi memang benar Pak Ali?!
Dengan ragu, tubuh Axel berbalik juga matanya yang setengah tertutup. Dan benar, Axel menemukan sosok Pak Ali dengan kaki menapak ke tanah sedang menatap heran ke arahnya.
“Ah, Pak Ali,” gumam Axel tersenyum simpul.
“Mau ketemu Bella?” tanya Pak Ali sembari mendekat, juga Axel yang kini mulai melangkah maju.
“Iya, Pak.”
“Bella sepertinya ada di meja makan, kami baru saja menyelesaikan makan malam. Ada keperluan apa?”
“Mau kasih tahu, kalo laptop yang dipakai untuk editing naskah rusak, Pak. Karena tadi kehujanan.”
“Ah gitu, kalau begitu silakan masuk.”
Axel mengangguk, sebelum pandangannya tak lepas dari benda yang tersimpan rapi di belakang Pak Ali.
“Itu ... Dupa kemenyan, Pak?” pertanyaan itu dilontarkan Axel, kala dirinya sudah berada di puncak penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystery Of Mr. Haunt
HorrorHope Publisher, pernah mendengar nama itu? Nama penerbit yang didirikan oleh dua remaja, bernama Axel, dan Bella. Mr. Haunt, adalah pelanggan pertamanya, mengirimkan sebuah naskah berjudul "Deadly Human". Manusia Mematikan? Penerimaan naskah Mr. Hau...