ーBeige; luxurious

3 1 0
                                    

🌻
.
.
.

Lelaki berkulit hitam nan besar yang berpakaian pelayan toko bernama Simon, segera memberikan pesanan milik Kumikoーya, hanya sang gadis. Sosok di hadapannya, Masaomi, tak berniat untuk memesan sama sekali. Melihat Kumiko menikmati makanan saja sudah cukup untuk mengenyangkan dirinya.

Di atas meja, terlihat norimaki, uramaki dan salad rumput laut dalam ukuran sedang. Tentu, itu adalah porsi milik Kumiko.

"Kau tidak mau memesan lebih, lagi?" tanya Masaomi, dahinya mengerut kebingungan. Meskipun ia sedikit merasa aman karena keadaan dompetnya dapat terselamatkan untuk sementara.

Helaian rambut berwarna biru muda itu segera berayun kecil akibat gelengan kepala dari Kumiko. Ia menyugingkan senyum kecil, "memangnya dompet Masaomi-san bisa tahan? Tidak, kan? Kalau tidak, diam saja."

Masaomi hanya membalas dengan wajah cemberut mendengar perkataan sarkas yang dilontarkan Kumiko. Gadis itu pasti sudah tak sabar untuk mencoba makanannya. Dan benar saja, ia mengatupkan kedua tangan, lalu berucap, "itadakimasu!" dengan pelan. Kemudian mengambil sumpit dan mencicipi hidangan di atas meja mulai dari uramaki.

"Uwah, enak!"

"Ya, kan? Sushi kami memang enak," sahut Simon dengan aksen jepangnya yang tak terlalu kental dan dibuat-buat, mengingat ia adalah keturunan Rusia. Lalu irisnya melirik ke Masaomi, "apakah kau tidak mau memesan juga?"

"Tidak, tidak! Melihat Kumiko-chan makan saja sudah membuatku kenyang, haha."

Kumiko mendelik. Sontak saja, ia memotong norimaki lalu mengambilnya dengan menggunakan sumpit. Tanpa aba-aba, ia memasukkan potongan norimaki tersebut ke dalam mulut Masaomi.

Wajah sang pemuda berambut pirang itu memerah sempurna.

"A-apa yang kau lakukan?!"

"Aku tidak ingin saat kita jalan-jalan lalu Masaomi-san tiba-tiba pingsan karena tidak makan!"

Tangan pemuda itu mulai memijat pelipisnya. Ia menghela napas akan tindakan polos sang gadis. Apa Kumiko tahu kalau itu termasuk indirect kiss? Kemungkinan kedua, ia tahu namun tak begitu peduli. Membuat Masaomi geram jika membayangkan Kumiko melakukan hal tersebut dengan orang lain.

Iris kuning kecokelatan milik Masaomi memicing ke arah Kumiko, lalu ia terkekeh, "jangan lakukan hal itu dengan orang lain."

"Oh, aku dan Kasu-nii sering saling menyuap, kok. Tenang saja, Masaomi-san."

Kumiko tersenyum setelah mengatakan hal tersebut, membuat Masaomi mengetukkan kepalanya di atas meja karena pusing menghadapi sang pelaku yang terlalu polos.

Namun, bukan hanya rasa pusing saja yang membuat ia menjatuhkan kepalanya di atas meja. Entah mengapa, Masaomi berpikir, mungkin saja ia tengah berhalusinasi karena merasa dalam dadanya terdapat sesuatu yang seperti menyesakkan dan mengikat kuat.

"... -san?"

"... omi-san?

"Masaomi-san!"

Pemuda yang pernah menjabat menjadi ketua Yellow Scarves itu sontak saja hampir mengacaukan meja makan karena terkejut.

Sosok di hadapannya memasang ekspresi khawatir, takut terjadi sesuatu tidak-tidak pada lelaki yang tengah pergi berjalan bersamanya. Ia menunduk, menyamakan tinggi dengan posisi Masaomi saat ini. Iris biru tua tersebut menatap lekat pada lelaki berambut pirang itu, "Masaomi-san, apa kau kurang sehat? Atau karena aku memalakmu terlalu banyak?"

Masaomi menghela napas, mengangkat kepalanya lalu mengulas senyum. Berusaha meyakinkan kepada sang gadis bahwa ia tengah dalam keadaan yang baik.

"Tentu saja bukan keduanya! Kumiko-chan, apa jangan-jangan kau yang kurang sehat? Tidak biasanya kau khawatir padaku. Ah, mungkinkah perhatianmu pada Mikado dan Anri terganti padaku?"

"Harusnya tadi kupesan sushi yang paling mahal pada Simon," balas Kumiko dengan nada monoton. Lalu, ia kembali melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.

"Haha, jangan begitu dong!"

Masaomi menepuk-nepuk pelan kepala Kumiko yang tengah memasang ekspresi cemberut. Ia sesekali terkekeh pelan melihat tingkah kekanakan Kumiko, "makan yang banyak, ya. Biar cepat besar. Dan tidak boleh indirect kiss pada siapapun lagi."

Kumiko mendelik ke arahnya.

"Apa maksudmu 'biar cepat besar', huh?"

"Eh, kau tidak peduli sama sekali dengan bagian indirect kiss-nya?" Wajah tak percaya terlihat di raut muka Masaomi.

"Tidak, mengapa harus peduli? Toh, kalau orangnya Masaomi-san yang kuanggap sebagai sosok dekat, aku tidak masalah," ujar Kumiko sembari memalingkan wajahnya, dahi gadis itu mengerut. Kedua pipi pucat miliknya tersebut mulai bersemu merah. Membuat Masaomi mengerjap tak percaya.

Helaan napas kasar ke luar dari mulut pemuda berambut pirang tersebut. Ia menunduk sembari memukul dahinya, wajahnya juga ikut memerah. Benar-benar, gadis di hadapan ia ini kaya sekali akan reaksi yang tak terduga oleh Masaomi sendiri. Beberapa menit kemudian, Masaomi mengangkat kepalanya lalu memegang lembut pipi gadis itu.

"Huh?"

"Hontou. Aku bisa menghabiskan uangku hanya demi melihatmu makan dan bereaksi seperti ini lagi."

Kumiko mendelik, memasang wajah cemberut, "jangan. Masaomi-san kan orang biasa, dompetmu mana mampu. Tidak usah berlagak mahal seperti orang kaya."

"Haha, jahat sekali sampai dikatai miskin! Padahal Kumiko-chan sendiri yang sering memalakku."

Hening sesaat, lalu mereka berdua pun tertawa kecil. Suara yang damai dan melegakanーsebelum Masaomi benar-benar berpisah dengan sosok nyaman di hadapannya tersebut.

Waktu berdua yang ia nikmati bersama gadis ini adalah hal paling berharga dan mahal untuknya. Dan itu sudah lebih dari cukup.

.
.
.
🌻

Coloruary ⇢Kida Masaomi × OC [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang