ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤDeka harus banyak bersabar dan belajar memahami keadaan, mempunyai teman sekamar dengan orang paling ceroboh yang pernah ia temui, Tama.
ps : saya orang amatir dalam membuat cerita, silahkan koreksi apabila ada salah kata.
[⚠️]
- a pure stor...
Aku sedang mendengarkan dengan seksama saat salah satu teman dari divisi lain sedang mempresentasikan hasil kerja mereka, hingga konsentrasiku terganggu merasakan getaran dari dalam saku celana. Meraih handphone dan membaca beberapa notif pesan dari satpam apartemenku.
Tumben? Batinku.
Jariku bergeser untuk membuka sandi pada layar kunci utama dan segera membuka Whatsapp.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terkejut bukan main, sontak aku berdiri dan perhatian teman-teman lainnya langsung terpaku padaku. Mereka menatapku dengan pandangan bertanya. Tidak banyak bicara aku langsung menyambar tas dan memasukkan laptopku lalu menatap ketua, menghampirinya dengan tergesa dan berpamitan padanya untuk izin pulang terlebih dahulu karena keadaan genting.
"Bang, maaf tapi gua izin pulang duluan. Apartemen gua kebakaranㅡ" Aku menarik nafas panjang dan mengusap wajahku lalu melanjutkan "ㅡtemen sekamar gua gabisa dihubungi." Usai mengatakan itu, saat mendapat respon anggukan setuju dari ketua aku segera berlari keluar dari ruang rapat. Bisa terlihat sekarang tanganku yang menggenggam erat ponselku seperti hanya benda itu sekarang satu-satunya penyalur emosiku.
***
Kakiku mengarah ke parkiran dan segera merogoh saku untuk mengambil kunci mobil. Sedikit tidak beraturan karena kepalaku penuh dengan gambaran yang tidak-tidak dan terbayang wajah teman sekamarku, Tama.
Aku membuka layar kunci ponselku dan mencoba untuk menghubungi bocah itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sial kenapa di saat genting seperti ini ia malah tidak bisa dihubungi sih!?
Mendecakkan lidah sebal, aku membuka pintu mobil lalu masuk dengan melemparkan tas ke kursi penumpang. Tanganku gemetar bukan main. Aku selalu khawatir saat meninggalkan apartemen, tapi kejadian kali ini di luar akal sehatku. Kamarku, tempat tinggalku bersama Tama, kebakaran.
