***
Satu kebiasaan Tama yang selalu membuat Deka menghela nafas, si tengil itu mudah tertidur kapan saja dan dimana saja. Deka hendak pergi ke kamar mandi, bocah itu tiba-tiba saja menyerobot masuk dan menutup pintunya, berkata bahwa ia sudah menahannya sejak tadi. Sekarang sudah hampir satu jam, dia tidak melihat tanda-tanda Tama keluar dari kamar mandi.
Diketuklah pintu itu beberapa kali dan memanggil namanya, tapi tetap tidak ada sahutan sama sekali. Ia mencoba mengetuk lagi, karena tak kunjung mendapat respon, di dobraklah pintu tersebut. Kalian tahu? Saat pintu terbuka terlihat Tama yang terlelap di dalam bath up dengan posisi memeluk dirinya sendiri.
Oh, jangan lupakan, Tama bahkan MENDEKUR dalam TIDURNYA. Kepalang panik takut-takut akan menemukan Tama dalam keadaan meraung kesakitan lagi seperti dulu. Ternyata jauh lebih menyebalkan rasanya saat melihat bocah itu terlelap seperti ini. Mengusap wajahnya sekali, Deka pun mendekat dan mencoba untuk membangunkan bocah tengil itu.
"Cah, bangun..hey," Di tepuknya lengan Tama pelan. Tama hanya merespon dengan erangan kecil keluar dari mulutnya dan merubah posisi tidurnya.
"I swear to God Adhitama... BANGUN!!" Teriakan itu cukup membuat Tama terkesiap dan langsung membelalakan matanya. Tangannya mengusap dada beberapa kali dengan mata mengerling sebal ke Deka, "Kenapa teriak? Kan bisa bangunin pelan-pelan wallahi." Bisiknya seraya mengacak rambutnya sendiri.
Deka merubah ekspresi mukanya menjadi datar. "I did. Kamu yang kebo ya. Lagian kenapa bisa tidur di sini??" Tama merespon dengan cengiran khasnya lalu mengangkat bahunya tidak peduli, "Hehe, adem sih. Tadinya mau cuci muka, bablas."
sabar deka, sabar. Deka merapalkan kalimat itu beberapa kali dalam hati.
"Yaudah, gantian sekarang pake kamar mandinya. Kamu, makan. Jangan tidur lagi." Deka menarik Tama berdiri dan menyeretnya keluar dari kamar mandi.
***
Deka keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk, dan matanya melihat Tama yang terlelap di atas sofa ruang tamu dengan lengan memeluk bantal. Matanya mengerling ke meja makan, makanan yang ia sediakan tadi masih utuh itu tandanya Tama belum menyentuhnya sama sekali. Menghela nafas geram, langkah kakinya mendekati sofa.
Tidak seperti tadi, kali ini Deka mencoba membangunkannya dengan menepuk pipinya beberapa kali. "Tam, bangun astaga..." Tama merespon dengan membuka matanya sedikit untuk melirik ke arahnya, lalu tak lama memejamkan matanya kembali. "Tama, tak itung sampe tiga gak bangun, tak guyur."
Tidak ada respon sama sekali, Tama malah merubah posisi tidurnya semakin meringkuk persis seperti bayi.
"Satu..,"
"Dua,"
"Tigㅡ,"
Tama tiba-tiba saja bangun dengan posisi badan tegap dan memerjapkan matanya berkali-kali, berjalan ke arah wastafel dengan langkah gontai dan mencuci mukanya di sana. Deka memerhatikannya seraya duduk di sofa, menunggunya selesai.
Tatapannya menajam saat melihat Tama membelok ke arah ruang makan, menarik kursi dan meraih piring untuk mengambil nasi. Untuk beberapa saat, ia tidak bergerak sama sekali, tampak kebingungan dengan menu siang hari ini. Deka bangkit berdiri dan menyusulnya, menyadari tatapan Tama yang sekarang beralih ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
roommate
Novela JuvenilㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤDeka harus banyak bersabar dan belajar memahami keadaan, mempunyai teman sekamar dengan orang paling ceroboh yang pernah ia temui, Tama. ps : saya orang amatir dalam membuat cerita, silahkan koreksi apabila ada salah kata. [⚠️] - a pure stor...