________________________
#day5
#bentala
________________________
Bagai disambar petir. Kesadaran Veyra kembali dalam sekedip mata. Ia bergegas menarik sebelah lengan Alken dengan kasar. Gawat. Dongeng yang melegenda di Desa Anugrah terjadi lagi dan sialnya, kini lebih parah.
"Jangan bercanda. Apa maksudmu mengatakan Nekomata tadi, hah?"
Alken berseru kesal. Tubuhnya terus ditarik sang adik keluar dari rumah. Bergabung dengan kedua orang tua mereka yang mematung di depan sana. "Apa telingamu tidak mendengar keributan di luar? Itu Nekomata, dia datang!"
Gadis itu mencoba mencerna apa yang tengah terjadi. Desa yang sebelumnya sunyi segera berubah ramai, melebihi ramainya pasar malam di kota. Anak-anak kecil berteriak ketakutan, menangis kencang-kencang karena terpisah dengan keluarganya.
"Lari!"
"M-monster! Cepat lari, selamatkan diri kalian!"
"Augre, bawa anak-anak cepat. Cari tempat yang aman."
"Awas ada rumah roboh!"
Teriakan panik para penduduk menggema di telinga Veyra. Ia menepuk bahu Alpen dan Rana yang masih tidak percaya. "Tunggu apa lagi? Ayo lari!" Tangannya menarik sebelah lengan Alken sekali lagi.
Pasangan suami istri itu segera berlarian menyelamatkan diri. Mengikuti langkah kedua anaknya yang menuju rute paling aman di desa, yaitu rute menuju kota.
"Kalian cepat ke sini! Terus berlari mengikuti jalan, jangan berhenti sebentar saja!"
Suara Veyra tidak kalah kencang dengan keributan yang terjadi. Ia menatap ngeri sesosok makhluk yang mengamuk di tengah desa. Menghancurkan apa saja yang dilihatnya. Bahkan rumah Veyra dibuat hancur berkeping-keping oleh Nekomata.
Alpen sibuk menghubungi orang-orang kenalannya di kota. Menceritakan kejadian mengerikan yang menimpa desanya. Meminta bantuan secepat mungkin.
Kebanyakan penduduk desa hanya seorang petani. Apa yang harus mereka lakukan untuk menghadapi monster menyeramkan tersebut? Melemparnya dengan cangkul? Yang benar saja. Itu terasa seperti gigitan semut bagi Nekomata.
"Cepat!"
"Oi, jangan mendorongku."
"Apa-apaan makhluk itu? Apa dia iblis?"
"Dia Nekomata. Mu-mustahil. Dongeng itu betulan nyata."
Sendari tadi kedua kaki Veyra terasa lemas. Begitu takut melihat sosok Nekomata secara langsung. Yang disebutkan dalam dongeng memang benar, ukuran Nekomata sangat besar. Juga dua ekornya yang terus menghancurkan rumah-rumah penduduk.
Tetapi dongeng itu sedikit salah. Lihatlah tubuh si Nekomata yang terlampau besar. Bisa jadi ukurannya tiga kali lebih besar dari yang dikatakan dalam dongeng. Betulan kucing raksasa.
Tentu bukan raksasa biasa. Kedua matanya yang berwarna merah darah seolah mengeluarkan cahaya terang setiap kali terkena pantulan sang purnama. Entah sudah berapa kali makhluk tersebut mengeram galak.
Semakin banyak anak kecil yang menangis akibat hal itu.
Alken menggenggam kuat sebelah tangan Veyra. Ia ingin tidak percaya dengan apa yang dilihat matanya, namun apa mau dikata. Ini terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi belaka. Semua yang terjadi adalah kenyataan, yang tidak terelakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyawa Dibalas Nyawa [Telah Terbit]
FantasíaDesa Anugrah, tempat yang nyaman dan damai. Tanah kelahiran kesayangan Alesya Alveyrana. Segalanya berubah dalam satu malam. Makhluk itu berhasil memporakporandakan seluruh desa. Mengambil nyawa orang-orang yang berharga bagi Alesya Alveyrana. Denda...