2

22 7 0
                                    

"Nyatanya berusaha sekeras apapun kalo bukan takdir yaa tidak kan pernah menjadi milik kita"

"Wasappp girl" Sapa sapa seorang murid perempuan yang bajunya jauh dari kata rapi, berbanding terbalik dengan perempuan disampingnya.

"Hem" Jawab senja dan Nadya secara bersamaan

"Tu muka kenapa kusut banget dah kayak seragam si onoh" Tunjuknya dengan mendorong pipi bagian dalamnya menggunakan lidahnya, sedangkan yang ditunjuk Menggerutu tidak jelas.

"Iss..lo mah"

" ga usah di imut-imutin, jatuhnya bukan gemes, pengen nindas iyaa" Jawab nadya  setengah dongkol karna malas mendengar celotehan unfaedah kedua sahabatnya itu.

Sedangkan yang digerutui malah duduk anteng sambil minum susu kotak varian cokelat kesukaannya tanpa memperdulikan perdebatan didepannya, ga ada untungnya, pikirnya.

"Dari mana lo berdua, kenpa baru muncul tanya senja yang sejak tadi belum mengeluarkan suaranya setelah membalas malas sapaan gladis," Yap teman yang menyapa mereka tadi gladis dan fira.

"Cuci mata dulu, hehee" Jawab gladis cengengesan.

"Lagian kita males  liat muka lo berdua mulu, kali-kali cuci mata elah" Sambung fira sambil bertos ria dengan gladis. Memang diantara mereka berempat gladis dan fira lah yang paling dekat mungkin karna sekelas? Sudahlah hanya author yang tau. Sebenarnya mereka dulunya 5 tapi setelah kejadian itu mereka memilih mengasingkan diri dari salah satu sahabat mereka itu.

"O..Iyaa Lu berdua belom Jawab pertanyaan gue? tanya gladis lagi karna merasa penasaran pada kedua sahabatnya itu, meskipun sering melihat wajah kusut mereka bukan berarti mereka tidak ingin tau apa yang terjadi  pada sahabatnya itu.
Mereka bukan tipe sahabat yang seakan

terbiasa bukan berarti tidak peduli

Yap semoga saja mereka semua termasuk dalam tipe tersebut.

"Biasa medusa" Jawab Nadya karna melihat senja yang tidak ingin membuka mulut

"Emang berulah apalagi dia? Emang  pelajaran yang kita kasih waktu itu belum cukup? "

"Emang dasar mak Lampir, awas aja lo!! "
Ucap gladis menimpali, dia ikut kesal karna ta ada kapok-kapoknya si nenek-nenek bau tanah itu

Yap, memang dulu mereka sempat memberi peringatan, kalo kalian pikir mereka hanya mengancam kalian salah, mereka justru pernah mengambil dompet si medusa ketika ia pergi ke pasar untuk sekedar membeli buah, kenapa tidak ke supermarket saja? Kalo ditanya dia akan menjawab "di pasar enak dapat potongan harga,lumayan bisa senja pake kalo dia kekurangan uang"Menyebalkan bukan, kalo dia ingin cepat kaya dengan berhemat ya berhemat saja jangan menyangkut pautkan nya dengan senja. Karna itulah teman-temannya berencana memberi sedikit kenangan sebagai bentuk salam pekernalan, memang benar itu adalah pertemuan pertama mereka pada si medusa. Dan kalo kalian pikir mereka menghabiskan uang si medusa itu, kalian salah justru mereka datang ke rumah senja untuk mengembalikan dompet itu.
Senja yang tidak tau menau lantas terkejut dengan kedatangan sahabat-sahabatnya lalu mereka pun menceritakan kronologi terdampar nya mereka kerumahnya, bukannya marah atau apalah dia malah tertawa, dia lupa kalo sahabat-sahabatnya ini sama diluar nalarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang