Prologue

231 27 1
                                    

Sabtu, 25 September 2019
Surabaya

     Weekend, hari dimana mayoritas pemuda memanfaatkan waktu libur mereka untuk beristirahat, bermalas-malasan seharian, mengistirahatkan pikiran dan tubuh mereka.

     Namun sayangnya, tidak ada kata malas dalam kamus laki-laki bersurai coklat bermarga Shim ini. Bayangkan saja, tepat pukul 3 shubuh ia sudah terbangun dan membersihkan tubuhnya. Mempersiapkan dirinya untuk hari baru ini.

     Merasa bosan, akhirnya Jake merebahkan dirinya di kasurnya sembari menutup mata agar rileks. Sebenarnya hari ini dia terbangun terlalu pagi karena alarm yang biasanya ia pasang pukul 4 ia ganti menjadi pukul 3.

     Katanya sih, biar kelihatan lebih rajin aja.

     Berbanding terbalik dengan kakaknya, Heeseung yang tentu saja masih tertidur lelap di kamarnya dengan kondisi kasur yang sudah tidak karuan. Bantal dimana, kepalanya dimana. Guling yang biasa ia peluk pun kini tergeletak begitu saja karena ulah kaki Heeseung yang tidak bisa diam saat tidur.

     Merasa sangat bosan, akhirnya Jake memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Lantas melewati kamar kakaknya, melirik lalu menatap pintu kamar tersebut.

     Wajah Jake yang tadinya datar berubah menjadi wajah riang dengan senyum licik dan netra yang menyipit. Alih-alih, akhirnya Jake kembali ke kamarnya untuk mengambil iPhone miliknya. Setelahnya, ia mengendap masuk ke kamar Heeseung.

     Jake tahu pasti, Heeseung sangatlah kebo. Jadi ia tidak perlu mengendap-endap ala detektif yang jika berjalan mereka tidak mengeluarkan suara. Karena yang ia hadapi ini adalah kebo yang menjelma menjadi manusia.

     Merasa jarak ini cukup dekat dengan Heeseung, Jake mengeluarkan iPhone-nya. Jake terlihat sangat antusias, tampak terlihat dengan tawa yang ia tahan sejak tadi. Jarinya pun bergerak mengklik layar iPhone-nya, tampak mencari sesuatu.

     "Duh, mana ya. Emmm- NAH KETEMU."

     Tap!

     "SHIM HEESEUNG ASTAGA UDAH JAM SETENGAH 7 KAMU MASIH BELUM BANGUN? BANGUN GAK?! BANGUN! HEESEUNG!"

     Pemilik nama Shim Heeseung tersebut sontak terbangun dengan membelalakkan matanya, panik. Ia melirik sekitar, itu suara Mama tapi kenapa yang ada malah Ja- Oh berandal ini.

     "ANAK SETAN LO YA, JAKE. JANGAN LARI, SINI LO GUE BOGEM. HEH! JAKE GUE TANDAIN LO YA!" Teriak Heeseung yang kini berlari mengejar adiknya yang kabur menuruni anak tangga. Untung saja Mama dan Papa mereka sedang berada di luar negeri. Jika mereka mendengar apa yang baru saja Heeseung katakan, mungkin bibirnya sudah dihadiahi first kiss dengan telapak tangan orang tuanya saat ini.

     "Hih jik gii tindiin li yi. TANGKEP DONG KAK, BANYAK OMONG LO." Sahut Jake yang masih kabur dari kejaran Heeseung. Alih-alih berhenti, ia malah mengambil kunci rumah diatas nakas. Berlari sekuat tenaga menghindari Heeseung yang tengah mengamuk. Jake keluar dari rumah lalu mengunci pintu rumahnya itu.

     Dor! Dor! Dor!

     "JAKE! BUKA ATAU GUE GAK BAKAL BIARIN LO TENANG SEPULANG NANTI." Suara gedoran pintu dan teriakan Heeseung dari dalam rumah mengundang gelak tawa Jake yang sedaritadi memegangi perutnya yang mulai sakit karena terlalu banyak tertawa. Merasa cukup puas, Jake menghentikan aktivitasnya dengan mengelap air mata karena overdosis tertawa.

     Jake tidak masuk kembali ke dalam rumah, melainkan berencana untuk melakukan jalan pagi agar dia tidak kebosanan di dalam rumah.

     "Buset!" Sontak Jake saat membalikkan tubuhnya. Netra bulatnya memandangi teras rumah miliknya yang bisa dibilang besar itu. Ia lupa bahwa ini masih pukul 4 pagi, dan matahari tentunya belum terbit. Pagi yang gelap, juga dingin. Jake bergedik ngeri melihat langit yang tak kunjung menampakkan fajarnya.

CRIMINALISM ; JakeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang