Senin, 27 September 2019
SurabayaKesan Senin pagi selalu sama, malas. Mengapa weekend terasa sangat cepat? Rasanya seperti baru saja memejamkan mata dan tiba-tiba saja sudah berganti hari.
Kembali lagi, tidak ada kata malas dalam kamus seorang Jake Shim. Apapun kendalanya, ia harus tetap menjadi anak rajin yang ambis dan semangat.
Jake tiba di sekolah tepat pukul 06.30, dimana lapangan sekolah sudah mulai terisi oleh para siswa-siswi serta para guru yang berlalu-lalang. Tepat sekali, upacara bendera akan segera dimulai.
"JAKEEE! KON NANG NDI AE YA TUHAN AKU IKI RINDU, KON NGERTI GAK?" [1]. Teriak seorang laki-laki bersurai hitam dengan logat Jawa nya yang kental. Hal ini sukses membuat Jake yang sedang menggendong tasnya menoleh ke arah sumber suara.
"Hah?"
"Duh, lali aku. Ulang." [2]. Yang diajak bicara hanya memutar bola matanya dengan malas. Sudah lelah dengan chairmate nya ini.
"JAKEEE! LO KEMA-"
"Duh, Jay. Kamu nggak cocok pake gue-lo." Celetuk Jake yang berhasil membuat raut wajah Jay tampak murung dan kesal.
"Jancuk! Aku ini serba salah kalo sama kamu. Pake bahasa jawa kamu ndak ngerti, ngikutin logatmu dibilang ndak cocok. Hoalah asu." Mendengarnya, Jake hanya tertawa melihat tingkah temannya ini. Lantas Jake merangkul Jay yang sedang merajuk, mengajaknya ke kelas untuk meletakkan tasnya sembari menunggu upacara dimulai.
Jake dan Jay pun memasuki kelas. Tetapi, tunggu. Ada yang berbeda.
"Jay, Jay! Kamu dengerin aku ga sih? Jay!" Panggil Jake yang mulai kesal karena Jay yang tepat berada di sebelahnya tampak menghiraukannya.
"Opo seh, cok?"
"Ngambek mulu ah. Itu siapa duduk di kursi aku?" Netra Jay pun menyipit, melihat kearah yang dituju Jake. Benar, ada yang menduduki tempat duduk Jake. Namun ia tampak asing.
"Anak baru kayaknya. Suruh pindah aja." Jawab Jay dengan santai, mulai berjalan ke arah bangkunya dengan Jake. Namun, lengan Jay tertahan oleh Jake.
"Kamu yang pindah dong, Jay." Pinta Jake. Jay menoleh, mendapati Jake yang masih fokus dengan bangku yang terisi oleh murid baru tersebut.
"Lah kok?!"
"Please, ya? Sekali ini aja, nurut." Netra Jake kini membulat, kembali menatap Jay.
"Astaghfirullah, Jake. Kamu kok ge-"
Plak!
"OPO AE SEH COK?!"
"INI SEKOLAH KRISTEN GOBLOK!" Sahut Hyuka, pelaku yang diduga memukul kepala Jay dengan buku tulis.
Menyadari apa yang telah ia ucapkan, Jay menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lantas tersenyum kikuk seperti sedang mengatakan 'Kok aku bodoh ya'.
Pasalnya, Jay memang bergaul di lingkungan yang Islami, jadi mau tidak mau ya akhirnya terbawa juga. Sampai-sampai banyak orang yang mengira, Jay ini koko chindo Islam.
Di sisi lain, Jake yang tak mengacuhkan kebodohan Jay yang disadarkan oleh Hyuka pun menghampiri bangkunya. Bangkunya dengan Jay. Lantas Jake memindahkan tas milik Jay ke bangku kosong yang lainnya, lalu meletakkan tas miliknya di bangku Jay.
"I guess I gotcha, mate." Batin Jake. Kini, Jake duduk bersebelahan dengan bangku yang diduduki laki-laki bersurai hitam ini.
Sesekali, Jake mencuri pandang ke laki-laki ini. 'Cantik' pikirnya. Namun setelahnya ia kembali tersadar bahwa yang sedang ia pandangi saat ini adalah laki-laki, bukan perempuan. Jake belum ingin menjadi kaum pelangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINALISM ; JakeHoon
FanfictionSemua ini adalah dosa, ini tindakan kriminal. Namun, mau tidak mau, Jake harus melakukannya. Pertemuan kedua insan ini berujung tragis, dimana dibalik perasaan mereka terdapat nyawa yang harus dikorbankan. Sunghoon membenci Jake. Namun, rasa benci i...