Setelah menerima panggilan dari Papi nya Maura langsung bergegas menuju alamat yang Papi nya berikan. Maura menaiki taksi dan beberapa menit kemudian Maura sudah sampai di alamat yang Papi nya berikan, kenapa Papinya memberikan alamat ini? Apa Papi dan Mami nya tinggal disini? Memikirkan itu saja sudah membuat Maura mencelos, ia ingin segera menemui Papinya dan melihat keadaan mereka.
Maura mencari nomor rumah yang di berikan Papinya sampai akhirnya kedua mata nya menangkap Mami nya yang sedang berdiri di rumah sederhana."Mami!" pekik Maura membuat Elen menoleh. Maura berlari mendekati Elen dan memeluk Mami nya, orang yang ia rindukan selama ini.
"Kau sudah pulang sayang." Elen berkata dengan air mata yang berjatuhan, Maura pun sama ia tidak bisa membendung tangisan nya lagi karena sudah cukup lama merekat tidak bertemu. Elen mengajak Maura untuk masuk ke dalam rumah itu dan Maura langsung memeluk Tommy yang berada di dalam rumah. Tangisan Maura semakin deras karena ia bisa bertemu dengan mereka meski dengan keadaan hal yang tak pernah ia duga.
Setelah puas menangis Maura mulai membuka suara nya."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berada disini? Perusahan dan juga rumah kenapa bukan milik kita lagi?" tanpa basa basi Maura langsung bertanya. Tommy dan Elen saling memandang dan menarik nafasnya.
"Ada yang mengelapkan uang di perusahan Papi dan itu menyebabkan kerugian besar. Papi harus menutupi kerugian itu dengan cara menjual rumah." jelas Tommy kembali membuka luka nya. Maura yang mendengar itu menitikkan air mata nya karena ia tak pernah membayangkan semua ini akan terjadi.
Pantas saja mereka selalu mengirim uang sedikit kepadanya jadi karena ini semua. Maura tidak bisa membayangkan kesulitan apa yang mereka alami saat itu dan Maura tidak tahu sama sekali. Andai saja Maura tahu ia akan berusaha membantu Mami dan Papinya entah dengan cara apapun.
"Maafkan Papi karena beberapa bulan ini tidak memberi kabar kepadamu sayang. Kami saat itu sedang fokus mencari klien untuk menanamkan modal usaha untuk Papi tetapi sampai sekarang Papi belum mendapatkan nya." jelas Tommy dengan sedih.
"Kenapa kau ada di sini? Apa kau sudah lulus?" tanya Elen menyeka air mata nya. Maura menganggukkan kepala nya dan memberitahu mereka bahwa Maura sudah lulus dengan nilai yang cukup bagus. Elen dan Tommy lega mendengarnya dan meminta maaf kepada Maura karena tidak bisa datang menghadiri acara kelulusan putrinya.
Setelah itu Elen membawa Maura menuju kamar yang sangat sederhana bahkan kamar ini seperti kamar pembantu di rumahnya tetapi Maura tidak mengatakan apapun karena Maura mengerti kehidupan nya sekarang akan berubah. Elen menatap putrinya dengan sedih karena dia harus tinggal di kamar yang sempit, Maura tersenyum melihat raut wajah Maminya.
"Tidak buruk." ujar Maura kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Maura meringis sakit karena merasakan ranjang yang keras saat ia tiduri, ia pikir ranjang ini cukup empuk tetapi...
"Sayang kau tidak apa apa? Kita hanya bisa membeli ranjang seperti ini karena saat itu Mami dan Papi harus mendahulukan mengirim uang." jelas Elen membuat perasaan Maura mencelos. Apakah keadaan ekonominya separah itu?
"Maura tidak apa-apa Mi. Maura nanti akan terbiasa seperti Mami." balas Maura dan Elen pun memeluk putrinya yang semakin dewasa.
"Putri Mami sekarang sudah besar dan dewasa." puji Elen bangga dan mereka pun saling memeluk tanpa menyadari Tommy mengintip dari balik pintu dengan mata yang basah.
Maafkan Papi.
Di tempat lain Arka menatap gambar gambar yang anak buahnya kirimkan barusan. Arka menatap gambar Maura yang sedang berpelukan dengan Elen dengan tatapan dingin nya. Arka memang menyuruh seseorang untuk memata-matai Maura, Arka menatap photo Maura yang banyak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terdalam (Complete)
ChickLitNovel Hurt Love & Hate. Arkatama Javierro adalah pria pertama yang membuat Maura Aldavino, primadona sekolah, terpesona hingga tergila-gila. Tak peduli seberapa sering Arka menolaknya, Maura tidak mengenal kata menyerah. Dengan semangat yang mengge...