"Aku ke sini untuk menghabisi mereka dan sama sekali tidak tertarik dengan keabadian yang kau punya." Leona berucap tegas.
Matanya terpaku lurus melihat sang naga yang juga menatapnya. Meski ukuran tubuh mereka terpaut besaran yang berbeda, hal itu tak membuat Leona gentar.
Gadis itu masih saja menatap dalam keheningan, sampai pada akhirnya dia memilih untuk mengalihkan pandangan ke arah lain.Ya, Leona benar-benar tak mau berurusan dengan sang naga ataupun mati konyol karena terpanggang napas apinya. Dia ingin secepatnya keluar dari tempat ini dan kembali ke Nort Vale.
"Baru kali ini aku melihat ada seorang manusia yang tak tertarik dengan keabadianku?" batin si naga yang bisa di dengar Leona.
Kepalanya seketika tertoleh dan melihat kembali ke arah naga dibelakangnya.
"Aku hanyalah seorang siswa yang tersesat dan bukan orang yang serakah," balas Leona.
"Jika aku menginginkan sesuatu, mungkin hanya sebuah cinta. Kau tahu tuan naga, bahkan keabadian yang kau miliki akan kalah dengan setitik cinta yang diberikan oleh orang-orang yang kau sayang." Naga hitam itu tertegun.
Ia masih tidak percaya jika ada manusia yang menolak mentah-mentah keabadiannya. Kebanyakan para manusia berlomba-lomba untuk mencari dan membunuh dirinya, hanya untuk mendapatkan sebuah keabadian, yang pada kenyataannya menyiksa dirinya sendiri.
Memang, naga hitam itu termasuk hewan yang hidup dan tinggal sendirian. Mereka mencari sebuah tempat terpencil untuk akhirnya dijadikan sarang. Selain suka menyendiri, naga hitam juga tergolong hewan yang sangat arogan dan mudah sekali marah. Hal itu yang membuat mereka dijauhi oleh kelompoknya sendiri. Bahkan terasing.
"Menarik! Baru kali ini aku bertemu dengan seorang manusia yang bisa mengerti ucapanku," ujar sang naga.
Leona menatap sang naga sekali lagi. "Apa maksudmu?"
Bukannya menjawab, naga itu malah mendekatkan kepalanya ke arah Leona. Ditundukkan kepala si naga sedikit sebelum kembali berujar, "Tuan. Aku ingin kau mengangkatku jadi hewan pelindungmu."
Mata Leona membuka lebar, reflek kakinya langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Dia benar-benar tahu apa maksud sang naga.
Hewan pelindung? Leona bahkan tak pernah membayangkan bisa memilikinya sendiri, apalagi untuk ukuran seekor naga hitam yang hampir punah ini. Seharusnya, Leona tak memiliki hewan pelindung karena dia bukan penduduk asli Nort Vale.
"A-ku tidak bisa!" ucap Leona lantang.
Naga hitam itu terkekeh pelan sembari mengitari tubuh Leona. "Apa kau takut denganku?"
"Aku tidak takut," ujar Leona.
"Lantas, kenapa kau menolakku?" tanya si naga mulai penasaran.
Ia masih mengitari tubuh Leona yang masih diam dan tetap tenang di tempatnya berpijak. Berbeda jauh dengan para pemburu yang akan langsung lari terbirit-birit jika bertemu dengannya.
"Karena aku tidak mempercayai apapun selain diriku sendiri di dunia ini." Leona berujar sembari menatap lurus ke arah si naga.
Tertawa keras, naga itu langsung menjatuhkan dirinya di depan Leona. "Kalau begitu mari kita buat kesepakatan."
"Kesepakatan?" tanya Leona.
"Ya, kesepakatan yang bisa mengikat satu sama lain," ujar si naga.
©©©
"Berapa lama kalian menungguku?" tanya Leona pada lelaki elf dan si badan kekar. Sesaat setelah keluar dari dalam gua.
Pria berbadan kekar itu menoleh. "15 menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONA (The missing Prince Of Omelas)
Mystery / ThrillerLeona tidak pernah menduga jika makhluk berwarna merah keemasan itu bisa menuntunnya ke sebuah dunia bak dalam cerita dongeng. Omelas, sebuah negeri di mana surga seolah terasa nyata. Negeri yang begitu damai dan penuh dengan suka cita masyarakatnya...