Anastasia baru saja kembali ke kediamannya lima belas menit setelah kepergiannya dengan kereta kuda tadi. Aries yang sedang duduk di ruang tamu hanya menatap putri bungsunya itu bingung. Pasalnya Anastasia tak biasanya bersikap seperti ini. Apalagi jika ia berencana berkunjung ke istana dan bertemu pangeran Felix. Bisa dipastikan putrinya akan betah berlama-lama di istana. Tapi ada apa dengan Anastasia saat ini? Bukannya sibuk mengejar sang pangeran, gadis itu malah terlihat dongkol dengan wajah semerah tomat.
Berulang kali ia menghentakkan kaki di lantai marmer. Kadang bersedekap atau meletakkan tangan di kedua pinggangnya marah-marah.
Aries yang tak tahan melihat tingkah Anastasia, akhirnya menghampiri putrinya itu lalu mengusap lembut puncak kepalanya hingga membuat Anastasia menoleh.
"Ayah, sejak kapan ada di sini?" tanyanya kaget.
Aries cuma tersenyum sembari menuntun putrinya untuk duduk di kursi. "Cukup lama, mungkin sebelum kau masuk ke rumah lalu mulai menghentakkan kaki dan marah-marah imut seperti marmut."
"Ayah! Aku tak seperti itu tahu." Pipi Anastasia menggembung yang langsung ia tutupi dengan kedua telapak tangannya.
"Lantas?" tanya Aries mulai menggoda putrinya. Ia ingin tahu hal apa yang membuat putrinya jadi bertingkah layaknya ABG yang baru saja merasakan cinta.
"Eum, hanya ..."
"Hanya?" ulang Aries.
Muka Anastasia mulai memerah, sekelebat bayangan pria berambut pendek seputih salju itu mampir di pikirannya. Terlebih tatapan yang ia layangkan, tajam menusuk namun membuat jantung Anastasia tak bisa berhenti berdebar-debar kencang.
Seolah tahu, Aries langsung tersenyum lebar. Apa mungkin pangeran Felix mulai membalas perasaan putrinya? pikirnya.
"Ah ayah! Aku kan jadi malu tahu!" teriak Anastasia keras seraya berlari cepat menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Aries hanya geleng-geleng kepala melihat putrinya yang tengah dilanda perasaan kasmaran itu.
Sesampainya di kamar, Anastasia langsung menutup pintu kamarnya kencang. Tubuhnya ia sandarkan di balik pintu dengan tangan yang sedari tadi memegangi dadanya yang kembali bergemuruh. Senyumnya lebar dan bayangan pria itu kembali hadir membuatnya salah tingkah.
Ia lantas menari-nari girang. Mengambil sebatang mawar di atas vas lalu menghirup aromanya dalam-dalam. Bibirnya terus tersenyum seraya menyenandungkan lagu-lagu cinta.
"Perasaan apa ini? Kenapa aku terus mengingat dia dan kenapa ... aku tak merasakan ini sebelumnya pada pangeran?" ucapnya pelan.
Huft, Anastasia menghela napas pendek. Dirinya lantas melangkah ke arah balkon lalu berdiri cukup lama di sana.
Dipandanginya jajaran kebun mawar merah yang tengah berkembang membuat hatinya semakin tak karuan.
"Ah, kakak! Dia pasti tahu siapa pria kecil bermuka cantik itu," pekiknya penuh semangat.
©©©
Leona baru saja terbangun di saat hari menjelang senja. Tubuhnya terasa pegal semua dan begitu panas. Ia ingin segera mandi dengan air hangat lalu makan malam sepuasnya. Tapi, sesuatu di atas meja menarik minatnya. Segera gadis itu bangkit untuk mengecek kotak berwarna silver dengan pita merah di atasnya. Di sudut kanan kotak itu ada sepucuk surat dan beratas namakan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONA (The missing Prince Of Omelas)
غموض / إثارةLeona tidak pernah menduga jika makhluk berwarna merah keemasan itu bisa menuntunnya ke sebuah dunia bak dalam cerita dongeng. Omelas, sebuah negeri di mana surga seolah terasa nyata. Negeri yang begitu damai dan penuh dengan suka cita masyarakatnya...