🍀Gw sebenernya lagi ga enak badan, tapi entah mood gw buat nulis cerita lagi bagus. Kaya ga singkron gitu kan otak and badan gw 😁 aneh emang.
Semoga dengan halu gw ditulisan ini bikin badan gw fit lagi. Taelice emang selalu bikin happy.
Siap yang setuju sama gw nih?
Yuk.... Dilanjut yourobune🍀~~~ Happy reading ~~~
Warning !!!!
Mengandung konten ++ harap bijak untuk para reader tercintaku menanghapinyaMalam itu, seperti malam-malam biasanya. Lisa selalu kembali dari bekerjanya lewat pukul tengah malam. Jika tidak ada tugas sekolah atau sedang masa ujian, adiknya pasti sudah terlelap malam ini. Dan sepertinya adiknya itu memang sudah tidur. Lalu ibunya, pengaruh obat yang dikonsumsinya tentu saja membuatnya juga sudah tidur dengan pulas.
Setelah membersihkan diri, Lisa merebahkan tubuhnya diranjang kamar sederhananya. Berusaha mengistirahatkan diri setelah seharian bertarung dengan peluh demi mengumpulkan uang untuk bertahan hidup. Saat rasa kantuk sudah menyapanya tiba-tiba terdegar ketukan pintu dikamarnya.
Tok tok tok
"Lisa.... " panggil seseorang didepan pintu kamar Lisa dengan pelan
Meski pelen, namun suara itu tetap menelisik kedalam telinga Lisa
Tok tok tok
"Lisa, buka pintunya" lagi, suara orang itu menyeru pada Lisa
Pikiran Lisa memaksanya untuk tetap menulikan rungunya dan tak mempedulikan seruan orang itu. Tapi hatinya memberontak, memaksanya untuk memikirkan adik dan ibunya tercinta. Lagi-lagi Lisa terjebak dalam kubangan yang menderanya,sangat sakit.
"Lisa, aku tau kau mendengarku. Cepat buka pintunya. Atau.... " belum selesai kalimat itu selesai, Lisa sudah terlebih dahulu membuka pintunya
"Gandis pintar, sudah ku katakan berkali-kali kau tak perlu mengunci pintu kamarmu" ucap orang itu kemudian masuk kekamar Lisa lalu mengunci pintunya
Lisa tak mempedulikannya dan berbalik begitu saja, bertepatan dengan rengkuhan orang itu pada Lisa dari belakang tubuhnya dan menenggelamkan kepalanya diperpotongan leher Lisa. Menghirup dengan dalam aroma tubuh gadis cantik itu
"Hmmm..... Aku sangat merindukanmu sayang" suara orang itu,seorang pria yang seharusnya menjadi ayahnya
Benar, dia adalah So Ji Sub ayah tirinya yang menikahi ibunya lebih dari sepuluh tahun lalu.
"Sudah hampir tiga minggu aku tak pulang. Dan kau tau, kepalaku hampir meledak karena mimikirkanmu terus" ujar Ji Sup sambil memutar tubuh Lisa menghadapnya
Pandangan mereka saling bertemu. Berbanding terbalik dengan sang pria yang memandang penuh gairah nafsunya, sang gadis malah memandang dengan rasa jijik dan amarah terpendamnya.
"Jangan melihatku seperti itu. Kemarilah,kita nikmati saja malam ini dengan indah" lanjut Ji Sup menuntun Lisa keranjangnya yang ukuranya tidak terlalu besar itu
Sambil melucuti semua pakaian yang melekat pada Lisa dan dirinya sendiri, pria itu terus mencumbui seluruh tubuh Lisa. Membaringkannya di atas tempat tidur sang gadis. Dipandanginya tubuh polos Lisa nan indah itu dengan mata berkabut yang penuh hasrat.
"Aku sudah tak sanggup menahannya lagi sayang" suara serak pria itu berbisik ditelinga Lisa. Memposisikan tubuhnya diatas sang gadis dan siap untuk menyatukan pusat tubuhnya.
"Aagghhh...... "
Erangan dan lengkuhan sang pria diatasa tubuh Lisa menandakan jika dia sangat menikmati penyatuan tubuhnya dengan sang gadis. Sedang kan Lisa hanya merintih menahan sakit dan sesak didadanya.lagi-lagi Lisa hanya bisa pasrah menerima hentakan sang pria yang terus menggempur tubuh bagian intinya.
Entah berapa kali Ji Sup malam itu memasuki Lisa untuk menuju puncaknya, karena ketika dia terbangun pagi itu Lisa sudah tak mendapati sang pria dikamarnya lagi.
Ketika Lisa bangun dan keluar dari kamarnya, didapatinya sang adik yang sedang menikmati sereal untuk sarapannya dimeja makan
"Selamat pagi kak" sambut sang adik, Lee Junkyu dengan senyum manisnya yang mampu menyejukkan hati Lisa
Dihampirinya sang adik,lalu dikecup puncak kepala Junkyu
"Selamat pagi, maaf kakak bangun terlambat" jawab Lisa kemudian menyusul duduk dibanggu meja makan berasama Junkyu
"Tak apa, kakak pasti sangat lelah bekerja.
Oh iya, sepertinya semalam ayah pulang. Aku melihatnya tidur dikamar ibu tadi saat aku membawakan sarapan untuk ibu" terang Junkyu dengan masih menikmati sarapannya"Oh ya?" respon Lisa pura-pura terkejut
"Wajah kakak terlihat pucat, pasti kakak sangat kelelahan bekerja. Aku..... " belum selesai kalimat sendu Junkyu,Lisa sudah terlebih dulu memotongnya
"Jangan berpikir macam-macam lagi, kita punya tugas masing. Kakak akan terus rajin bekerja dan kau fokuslah pada sekolamu dan rajinlah belajar" Lisa membelai lembut kepala sang adik
"Aku akan giat belajar dan medapatkam nilai terbaik kak, kemudian kuliah dikampus favorite. Setelah lulus aku yang akan bekerja dan menghasilkan banyak uang. Jadi kakak tak perlu bekerja lagi" terang Junkyu mantap dan penuh semangat
"Kupegang ucapanmu, ku anggap itu sebagai hutang" lanjut Lisa dengan lembut dan senyum manisnya
"Kalau begitu aku berangkat dulu kak. Tadi aku sudah memberikan ibu sarapan jadi bisakah kakak yang memberikannya obat pagi ini. Aku sudah hampir terlambat" mohon Junkyu dengan poppy eyes nya
"Baiklah. Pergilah, jangan sampai kau terlambat. Biar kakak yang memberikan ibu obat sebelum berangkat bekerja nanti" jawab Lisa dengan tersenyum manis
Lisa memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk berangkat bekerja. Memulai harinya yang hanya berisi dengan semangat pantang menyerah berperang peluh demi ibu dan adiknya. Pagi hingga sore Lisa bekerja menjadi pelayan di sebuah restoran, kemudian dilanjutkan menyalurkan hoby dan "nafasnya" sebagai dancer yang sekaligus dapat menghasilkan uang hingga malam hari. Setelah itu dilanjutkan dengan pekerjaan mengantarkan barang pesanan berupa minum-minuman ke klub-klub malam dari sebuah gudang penyimpanan hingga lewat tengah malam.
Perlahan Lisa memasuki kamar ibunya untuk memberikan obatnya pagi ini. Dilihatnya Ji Sup sudah bangun dan duduk disofa panjang dikamar itu. Ji Sup memang selalu tidur disofa itu selama ini, sejak tempat tidur dikamar itu digunakan oleh Lee Min Young istrinya sekaligus ibu kandung Lisa untuk berbaring lemah. Lee Min Young mengalami kelumpuhan total sejak setahun tetakhir karena kecelakaan. Kerusakan saraf otaknya melumpuhkan semua tubuhnya bahkan mulutnyapun tak mampu lagi berbicara. Dia masih bisa mendengar,namun hanya tersenyum dan mengedipkan matanya saja adalah cara untuknya berkomunikasi.
Akan tetapi semangat dan usaha Lisa untuk perkembangan kesehatan ibunya tak pernah padam. Bahkan Ji Sup lah yang terus menyokong semua biaya terapi dan pengobatan Min Young yang masih merupakan istri sahnya.
"Ibu, minum obat dulu ya. Junkyu sudah berangkat tadi, jadi ibu minum obat denganku ya" ucap lembut Lisa pada sang ibu, lalu meminumkan obatnya dengan perlahan
"Sebentar lagi jadwal ibumu terapi Lis, ini uang bisa kau pergunakan. Siang ini aku harus pergi lagi" ujar Ji Sub menyodorkan amplop yang pasti berisi uang seperti biasanya dan Lisa pun menerima itu
"Ibu, aku berangkat bekerja dulu ya, saat istirahat siang nanti aku akan pulang memeriksa ibu. Setelah pulang sekalah Junkyu yang akan menemani ibu" selalu begitu kalimat yang disampaikan Lisa pada ibunya sebelum dia pergi sambil mengecup lembut keningnya
Kemudian Lisa keluar dari kamar itu berlalu begitu saja tanpa mempedulikan So Ji Sup yang masih terus menatapnya.
Bertahanlah Lisa, bertahanlah sedikit lagi demi ibu dan adikmu. Monolog Lisa dalam hati sambil berjalan pergi menuju tempatnya bekerja.
🍀 gimana nih cerita gw kali ini, jangan lupa dukunganya terus ya. Kasih vote and komenya 😁🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA ( Taelice )
FanfictionSeorang kepala tim kepolisian subway yang jatuh cinta pada seorang gadis street dancer. Kehidupan kelam dan keras sang gadis telah membuatnya menutup diri pada cinta. Mampukah sang polisi meluluhkan hatinya.....