.
.
.Pagi-pagi sekali gadis bersurai merah muda itu sudah tampak terburu-buru saat menghabiskan sarapan roti bakarnya, seolah ia tengah lari karena panik di kejar oleh sesuatu, atau malah ingin menghindari sesuatu.
Setelah pamit pada kakak tertua, Choso, ia pun bergegas mengenakan sepatunya dan melesat meninggalkan pekarangan rumah di ikuti oleh gelengan Choso yang tak habis pikir dengan sikap adik perempuannya itu pagi ini.
Tepat 15 menit setelahnya, seorang pemuda yang memiliki warna rambut yang sama seperti gadis tadi pun muncul dari ruang makan menuju pintu depan rumah dan berpas-pasan dengan Choso yang masih berdiri di sana.
"Yuuji mana?" tanyanya penasaran, "Udah duluan ya?"
Choso melipat kedua tangannya tanpa menghiraukan pertanyaan anak itu, "Kalian habis ngapain lagi sih?"
"Mana ku tahu." pemuda itu menjawab tak acuh dan segera bergegas pergi setelah mengenakan sepasang sepatu sekolahnya.
.
.
.
.
Jam istirahat siang, gadis itu sudah berada di kantin, tepatnya di meja makan terpojok yang berada di salah satu sudut kantin sambil memantau keadaan di sekitarnya. Ia bertingkah seolah-olah tengah was-was akan kehadiran seseorang, meski pada akhirnya apa yang ia lakukan itu sia-sia saja.
"Ngapain sih?" terdengar suara seorang pemuda yang berbarengan dengan gerakan tangannya yang menepuk pelan pundak gadis itu.
Ia menoleh dengan kaget, "S-Sukuna!" gadis itu melompat sedikit seolah ingin menjaga jarak dengan pemuda yang tak lain adalah kakak kembarnya itu, "Sejak kapan lo disini?"
"Barusan." Sukuna menjawab enteng, "Lo ngapain sih celingak-celinguk kek orang bego gitu?"
"Udah jelas kan? Gue ngehindarin siscon akut kek lo!" tukas gadis itu sambil bergidik.
"Enak aja gue di katain siscon. Seharusnya lo bersyukur punya kakak perhatian, dong." sahut Sukuna dengan mada meledek, lalu ikut duduk di kursi kosong yang berada tepat di samping gadis itu dengan santainya.
"Idih, amit-amit banget. Alih-alih perhatian, di mata gue lo malah lebih mirip siscon akut stadium akhir, Sukun!" sang gadis menggerutu, "Masa iya gue ngebicarain hal penting sama sensei aja sampe dilarang-larang, kan gak bener banget gaya lo."
"Lo sendiri yang begonya kelewatan, Yuuji tolol. Udah jelas Satoru pedo malah lu ladenin permintaan dia!"
"Ya kan dia guru gue, lo nya aja yang cemburuan kan, dasar siscon akut!"
Dan perang mulut pun tak terelakkan lagi di antara mereka. Sampai-sampai salah seorang gadis yang kebetulan duduk di meja kantin di sebelah mereka pun ikut menegur.
"Bisa gak sih, sehari aja kalian tenang?!" terdengarlah teguran tegas dari gadis itu, yang seketika menghentikan perseteruan kedua anak kembar itu dan malah menoleh ke arahnya.
"Ah, Maki-senpai, maafkan saya." kemudian Yuuji berdiri sambil membungkuk di hadapan seniornya tersebut, yang tampaknya tengah menunggu teman-teman sepantarannya yang lain, lalu menoleh sedikit ke arah Sukuna, "Makanya lu jangan ngajak ribut, Sukuntul!"
"Hah? Padahal lo duluan yang mancing keributan, kenapa gue yang di salahin?" Sukuna menyahut cuek sambil menyeruput pelan teh hangatnya yang baru saja di antar oleh salah seorang pengurus kantin.
Maki menatap tajam ke arah mereka seolah mengancam, yang membuat Yuuji kemudian mencibir ke arah kakaknya dan duduk kembali di tempatnya sambil meminum susu hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad Siblings
Teen Fiction[𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚 𝐱 𝐅𝐞𝐦! 𝐘𝐮𝐮𝐣𝐢] Tentang kelakuan sehari-hari dua saudara kembar yang sering rusuh sampai meributkan hal sepele yang bahkan tak ada gunanya. Seorang kakak kembar siscon dan adik kembar bego nan bawel yang selalu dilindungi sang k...