Hantu Perpus [Katanya]

455 58 2
                                    

Yuuji mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, namun hanya kegelapan yang ia temukan. Ia sendiri juga tidak membawa penerangan apapun untuk menemani aksinya kali ini, karena ponselnya pun juga sudah kehabisan daya sejak sore sebelum ia, Nobara, dan Yuuta memulai investigasi mereka di perpustakaan barat hari ini.

Gadis itu meraba-raba daerah di sekitarnya untuk memastikan apa saja yang ada disana, hingga kemudian ia merasakan tangan seseorang yang menggenggam erat pergelangan tangannya dan menyorotkan sinar senter dari sebuah ponsel ke arah yang berada didepannya saat ini.

"Sudah kelihatan, kan?" siapa lagi kalau bukan Sukuna pelakunya.

Sebenarnya Yuuji benar-benar tidak ingin bertemu dalam keadaan apapun dengan orang ini, tapi baginya takdir saat ini terlalu menyebalkan untuk berkompromi dengannya.

Jadi, tanpa memedulikan apapun yang kakak kembarnya katakan, ia tetap fokus pada keadaan di hadapannya saat ini untuk mencari tahu sumber suara yang ingin ia ketahui tersebut.

"Eh, bentar-bentar, sorot ke arah sana dong, keknya ada sesuatu tuh." Yuuji menunjuk-nunjuk ke arah rak buku yang di dalamnya berjejeran berbagai buku pelajaran yang menyangkut dengan sains. Tepatnya di ujung lemari itu, tampak seperti lengan seseorang yang tergeletak entah kenapa.

Yuuji melangkah perlahan menuju ke arah sana, dan saat ia sudah berada tepat di sekitar ujung rak, gadis itu menyentuh dan menarik tangan mencurigakan itu dari apitan antara rak dan dinding. Menampakkan sosok mengerikan penuh darah serta banyak sayatan yang menghiasi sekujur tubuhnya.

"HUAAAA, O-ORANG MATI, A-ADA ORANG MATI!!!!" seketika itu pula Yuuji histeris, membuat Sukuna mau tak mah harus membekap mulutnya untuk mencegah keributan.

"Jangan berisik, sialan!" Sukuna mengumpat dengan suara yang direndahkan, "Lagipula bisa saja itu cuma manekin seram atau orang pingsan. Gak usah lebay."

"T-tapi, itu darah—"

Sukuna segera menarik tangan adik kembarnya itu untuk mengikutinya ke arah lain.

Kali ini mereka menuju ke arah yang berlawanan dari tempat dimana mereka menemukan sosok berdarah itu, terus jalan hingga mereka berada di sisi lain terujung perpustakaan ini.

Tak ada apapun.

Karena mereka memang tidak menemukan apapun.

Kalau saja memang begitu kenyataannya.

Saat Sukuna masih sibuk menyorot senternya ke beberapa arah, tahu-tahu senternya malah mati. Membuat pemuda itu langsung mengecek sisa daya ponselnya tersebut.

"S-Sukuna?" Yuuji menanyainya dengan gagap dan gelisah.

Dan Sukuna malah menggeleng di kegelapan itu meski tahu Yuuji tak akan melihatnya, "Batre hp ku abis."

"Lah kok?"

Dengan frustrasi Yuuji menjambak rambutnya sendiri. Kenapa bisa-bisanya disaat seperti ini.

Namun, belum sempat gadis itu menenangkan pikirannya sendiri, ia merasakan sebuah tangan yang menggenggam erat pergelangan kakinya, membuatnya kembali histeris seketika.

"AAAAHH AAHHH ADA MAYAT HIDUP DI KAKI GUE, SUKUNAA!!"

Yuuji memeluk erat Sukuna sambil menarik-narik kakinya sendiri dengan panik.

Dengan helaan napas berat, Sukuna membungkuk sedikit setelah melepaskan diri dari Yuuji, lalu menarik kuat tangan yang tadi berada di kaki Yuuji.

"I-ini aku!" terdengar suara seseorang yang panik setelah Sukuna mencengkeram tangan itu.

"Yuuta-san?" Yuuji yang duluan menyahut saat mengenali suara itu.

"Lo gak usah nyoba-nyoba buat masalah, bangsat." gerutu Sukuna sambil melengos pergi. Tampaknya ia jadi agak kesal karena keributan itu.

"Gadis itu mana?" tanya Yuuta kemudian, masih dengan sikap panik, "Nobara-san—"

"Eh benar juga," Yuuji langsung melongok kesana kemari meski yang ia temukan hanya kegelapan, "Bukannya tadi Nobara bersama Yuuta-san?"

"Pegangan tangannya denganku tiba-tiba terlepas. Jadi aku tidak tahu lagi kemana gadis itu pergi."

"Hmm..."

Yuuji melipat kedua tangannya, tampak tengah memikirkan sesuatu. Seingatnya, terakhir ia bersama Nobara itu sesaat sebelum ia melompat ke jendela perpustakaan ini, dan setelahnya ia tak tahu lagi soal gadis barbar itu.

Saat Yuuji baru saja melangkah satu langkah, tanpa sengaja ia mendengar suara tumpukan kertas yang terjatuh dari suatu tempat, bersamaan dengan suara lirih isakan seorang wanita.

"E-eh," Yuuji memundurkan kembali langkahnya ke arah Yuuta, "I-itu bukan s-suara Nobara, k-kan?"

"A~ku di~sini, Yuu~ji-chan♡"

"G-GYAAAAAAAAA MAYATNYA HIDUP LAGI!!!"

"Aku bukan mayat, bodoh."

"H-hah?"

Kemudian lampu menyala, dan tampaklah sosok Megumi yang kini berdiri disamping Yuuji, tentu saja dengan tampang kalemnya itu. Sesaat ia menghela napas, lalu tertawa kecil.

"Aku baru tahu kalau Yuuji penakut begitu." ia tertawa.

Yuuji manyun tidak terima, "Gimana nggak seram, orang tadi gue ketemu mayat."

"Maksudmu ini?" tanya Sukuna yang kemudian membawa sosok berdarah yang tadi membuat Yuuji ketakutan setengah hidup, "Lihat, ini cuma manekin tahu, bukan mayat beneran."

Sukuna melempar benda itu ke arah Yuuji, membuat gadis itu bergidik.

"T-terus, suara cewek nangis ama jerit tadi sore itu?"

"Oh ini?"

Megumi kemudian beranjak menuju radio yang berada di atas meja petugas perpustakaan, lalu memutar-mutar beberapa audio dari sana.

Dan terdengarlah suara isak tangis, jeritan seorang wanita dan suara kertas yang berserakan secara bergantian.

"Jadi ini ulah lo ya, Megumi?" tanya Yuuji curiga, "Soalnya tadi siang pas gue dan Nobara berencana mau kesini, lo nya nggak tertarik, kan?"

Megumi menghembuskan napas berat, "Bukan ulahku. Aku cuma nggak sengaja ketemu. Lagipula aku kemari karena tadi sore sempat beres-beres bareng petugas perpustakaan lainnya."

"Kalau begitu, Nobara-san ada dimana?" tanya Yuuta tiba-tiba. Membuat seisi ruangan perpustakaan barat yang telah diterangi oleh lampu itu hening seketika.

Sukuna yang tengah bersantai di di salah satu bangku perpustakaan pun bersuara, "Paling juga cuma nyasar pas mau ke toilet karena tadi mati listrik."

.

.

.

Disisi lain, Nobara tengah jalan-jalan sendiri dengan perut yang terasa semakin mulas melalui lorong perpustakaan menuju toilet. Kalau tidak salah ingat, seharusnya ada toilet murid yang berada tak terlalu jauh dari sini.

"Ah, disini."

Baru saja ia menemukan tempat itu, tanpa sengaja gadis itu melihat bayangan sesosok yang tergantung di sisi depan toilet tersebut, beserta bayangan sebuah tangan yang entah darimana asalnya yang tampak melambai-lambai ke arahnya.

"Halo nona muda, kemarilah..." suara aneh yang terdengar menyeramkan itu terasa seperti menusuk pendengaran telinganya, membuatnya suaranya tercekat di tenggorokan. Hendak berteriak memanggil teman-temannya yang lain pun percuma saja, karena sekujur tubuhnya malah terasa kaku seolah ia telah terikat oleh sesuatu yang tak kasat mata.

.

.

.

TBC

Mad SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang