Rumor Perpustakaan?

574 66 0
                                    

"Hei, hei, tahu nggak soal rumor seram yang lagi sering beredar akhir-akhir ini di antara angkatan kita?" Nobara membuka percakapan saat tengah istirahat makan siang di sekolah. Tentu saja ia ditemani oleh kedua teman dekatnya, Yuuji dan Megumi.

"Rumor apa?" tanya Megumi tanpa minat seraya menyesap perlahan jus jeruknya.

"Ah! Apa jangan-jangan soal hantu yang ada di perpustakaan barat ya?" timpal Yuuji dengan intonasi bersemangat.

"Perpustakaan timur pun sama saja, kok," tukas Nobara setelah ia selesai mengunyah onigirinya dengan perlahan.

"Paling juga cuma petugas sekolah yang masih berada di ruang perpustakaan malem-malem atau cuma pantulan sinar lampu." Megumi menghela napas tak peduli, "Tak ada yang menarik dari itu."

"Ah, kau payah sekali. Kalau begitu kita saja yang coba pastikan, bagaimana?" tanya Nobara yang langsung beralih pada Yuuji yang baru saja menghabiskan minuman dinginnya.

Yuuji mengacungkan jempol dengan semangat, "Ide bagus! Kalau begitu, sepulang sekolah nanti jangan langsung balik ke rumah, ya!"

Nobara manggut-manggut dengan senyum penuh percaya diri.

.

.

.

Yuuji mondar-mandir di dekat gerbang sekolah sambil mengawasi keadaan di sekitarnya dengan was-was. Pekarangan sekolah petang itu sudah cukup sepi, namun ia masih menunggu Nobara yang tadi katanya ingin membeli minuman di vending machine sekitar sekolah.

"Ngapain kamu disitu?" satu pertanyaan itu membuat Yuuji tersadar dari lamunannya sendiri, membuatnya seketika itu pula mengalihkan perhatiannya pada si pemilik suara tersebut yang ternyata adalah salah seorang satpam sekolahnya.

"Cuma nunggu temen kok, pak." Yuuji nyengir sambil mengusap perlahan tengkuknya.

Si satpam tampak baru saja selesai mengunci gerbang sekolah, lalu, "Kalau begitu segera pulang setelah bertemu dengannya, ya. Akhir-akhir ini kawasan di sekitar sekolah ini sedang rawan."

Yuuji mengangguk yakin, "Baik, pak."

Setelah satpam itu tak terlihat lagi disekitar sekolah, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya dengan semangat, "Yo! Sudah selesai mondar-mandirnya?"

Yuuji menoleh, "Nobara. Jadi bagaimana?"

"Apanya?"

"Masuk ke sekolah. Soalnya gerbangnya dikunci."

"Oh, soal gampang itu."

Nobara berbalik arah, lalu melambaikan salah satu tangannya ke arah semak-semak yang berada di salah satu sisi sekolah seolah memberi kode pada seseorang untuk keluar dari sana.

Dan dari semak belukar itu, muncul lah seorang pemuda bersurai hitam legam yang amat Yuuji kenal, sekaligus pemuda yang beberapa minggu lalu pernah menemani Yuuji mengobrol di sebuah taman.

"Yuuta-san?" Yuuji tampak sumringah, "Lama tak jumpa!"

Yuuta tersenyum, "Yuuji-san, maaf waktu itu sempat merepotkanmu."

"Ah nggak, kok." Yuuji menggeleng.

Nobara melipat kedua tangannya dengan gusar, "Gue gak tahu dan gak mau tahu entah apa yang kalian bicarakan, jadi ketimbang membicarakan itu," gadis itu sedikit memelototi Yuuta, "Tunjukin jalan pintas masuknya, dong."

Sesaat Yuuta meneguk ludah sejenak saat menyadari betapa seramnya tatapan Nobara barusan, lalu membalik tubuhnya menuju semak belukar yang ia tempati tadi, lalu menyibak sebagian darinya hingga terlihatlah sebuah lubang berukuran cukup besar yang tersembunyi disana.

"Ayo lewat sini."

Mereka merangkak masuk melalui lubang itu secara bergantian, dan setelah semuanya kembali ke dalam pekarangan sekolah, Yuuta kembali membungkuk ke lubang itu untuk menutupi jalannya kembali.

Saat mereka sudah berdiri di hadapan pintu perpustakaan barat, tahu-tahu mereka malah menemukan seorang lainnya yang tengah duduk bersantai di sekitarnya.

"Ngapa lo ikutan disini?!" Yuuji memelototi pemuda pemilik surai dwiwarna yang sewarna dengan miliknya itu dengan kesal, siapa lagi kalau bukan Sukuna.

"Pintu ruangan ini dikunci. Mau masuk darimana memangnya?" Sukuna mengatakan itu tanpa mengacuhkan pertanyaan Yuuji barusan.

"Aku tahu ditaruh dimana kuncinya," Yuuta mengatakan itu dengan santainya.

Sukuna mengernyit saat menyadari keberadaan Yuuta disana, "Oh, lo itu kan, orang yang—"

NGIINGG!!

Suara seperti besi digosok itu memotong ucapan Sukuna barusan, membuat mereka berempat seketika itu juga melihat-lihat keadaan sekitar dengan seksama.

Memangnya orang aneh mana yang akan menggesekkan besi di suatu tempat dengan suatu benda seperti itu?

Namun, dilihat bagaimanapun juga, mereka sama sekali tidak menemukan apapun di sekitar sana.

"Apa jangan-jangan—"

Dengan gerakan sigap, Yuuji menarik paksa jendela perpustakaan yang ternyata tidak dikunci, lalu segera menyibak sebuah gorden yang menutupi pemandangan di dalam perpustakaan itu.

Tepat saat gordennya tersibak, lampu seisi sekolah padam begitu saja. Bersamaan dengan suara jeritan seorang wanita yang berasal dari dalam ruang perpus barat tersebut.

Reflek Nobara menarik tangan Yuuji dengan kedua tangannya yang gemetaran. Tampaknya nyali gadis barbar itu malah menciut karena beberapa hal barusan.

"Siapa itu?!" Sukuna berteriak lantang, namun hanya suara deru lirih angin yang melambai-lambai disekitar mereka yang terdengar saat ini.

Dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang kuat, Yuuji segera menarik tangannya dari genggaman Nobara dan dengan nekat memasuki jendela perpustakaan itu sendiri.

"H-hei, Yuuji?! Lo mau ninggalin gue?!" tanya Nobara dengan suara gemetaran.

"Cih, dasar kepoan." Sukuna mengumpat, lalu ikut menyusul Yuuji masuk ke dalam sana.

"Daripada diluar, mending kita ikut juga," saran Yuuta pada Nobara yang tampak bimbang.

"T-tapi—"

Yuuta menggenggam erat pergelangan tangan Nobara, "Tak apa, aku akan bersamamu."

Mau tak mau, gadis itu mengangguk untuk menurutinya meski ia tahu Yuuta tak akan melihat hal itu. Karena keadaan di sekolah ini sekarang benar-benar sudah gelap gulita serta langit petang yang kini telah berganti menjadi hamparan langit malam.

———

TBC

.

.

.

.

.

.

A/n : Pendek banget ya? Wwwww.

Mad SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang