color's

9 4 0
                                    

Warna adalah penggambaran sebuah perasaan, seperti halnya warna merah adalah penggambaran keberanian, kuning sebagai lambang keceriaan, biru lambang dari ketenangan, hitam itu penggambaran ketegasan tapi juga penggambaran sebuah perasaan hampa, dan abu adalah penggambaran keraguan. Semua warna ini adalah perpaduan sempurna ketika berada di tangan pelukis yang tepat, sama halnya sebuah perasaan ketika kita dapat menyikapinya dengan baik maka dia adalah part paling penting dalam hidup kita.

Sepertihalnya cat cat akrilik yang berserakan dilantai balkon pemuda itu, pemuda itu larut dengan kanvas yang ada didepannya. Tangan itu yang penuh dengan noda cat itu menorehkan cat ke kanvas dengan bantuan kuas tentunya. Lukisan iya ia buat adalah penggambaran sebuah perasaannya sekarang, banyak hal yang ingin ia ungkapkan tapi ia tak pernah mampu jadi melukis lah jawabannya karena ia dapat berekspresi sesuka hati tanpa harus berbicara.

Rendi nama pemuda yang tengah asik dengan dunia dibalik kanvas itu, rendi itu sangat menyukai hal hal yang berbau seni baik itu menggambar, melukis ataupun yang lain. Tapi sayang bakatnya ini tak pernah didukung oleh orang tuannya, setiapkali ayah rendi tau rendi melukis maka cat, canvas, dan kuas itu pasti selalu dibuang. Karena bagi orang tua rendi melukis itu tidak akan ada gunanya itu hanya membuang buang waktu.

Rendi memang suka melukis tapi bukan berarti ia bodoh dalam pelajaran akademik, rendi mampu berada di sepuluh besar peringkat kelasnya, tapi memang ia tak bisa menjadi nomer pertama. Rendi selalu ingin kedua orang tuanya menghargai apa yang sudah rendi raih tapi itu tak pernah terjadi sekalipun.

Kali ini rendi dapat melukis dengan tenang karena orang tuanya sedang ada kunjungan bisnis diluar negri. Ia sangat senang setelahsekian lama ia bisa membuat duniannya ini. Walau mungkin hanya terjadi hari ini tapi itu bukan masalah sehari dapat bebas dan tak harus membaca buku buku tebal berisi teori teori sainc yang menyebalkan.

Tangan rendi kini melukis pemandangan halte bus dekat sekolah smpnya dulu sampai akhirnya ia teringat dengan gadis dengan seragam yang sama dengannya dan gadis itu selalu menunggu bus di halte setiap pulang sekolah. Gadis itu cantik, cantik dengan caranya sendiri tapi sayang rendi tak sempat mengenal gadis itu karena rendi sudah tidak pernah bertemu dengannya sempai sekarang rendi duduk di bangku sma. Rendi masih sangat jelas mengingat muka gadis itu dan tanpa sadar tangan itu juga melukis gadis itu diatas kanvas.

Color's

Sudah satu minggu sejak orang tua rendi melakukan perjalanan bisnis, kini jam sudah menunjukan pukul empat sore, dengan senyum yang manis dan perasaan senang rendy turun dari mobil yang biasa mengantar jemputnya. Ia sudah disambut dengan muka garang ayahnya.

" Ren, jadi selama yah gak dirumah ini yang kamu lakukan?" tanyanya sambil melemparkan box berisi kuas, cat , dan kanvas yang sudah ia lukis, padahal rendi sudah menyembunyikan itu bagaiana bisa ayah mengetahuinya.

Rendi masih tediam, ia tak dapat berkata apapun ia jelaskan apapun itu percuma karena ayahnya tak pernah memahaminya. Ayahnya pun menarik rendi dan marah marah dapat dilihat dari raut mukanya ia sangat murka.

"yah rendi itu pengen bebas, pengen lakuin hal yang rendi suka tapi kenapa ayah selalu melarang? Yah melukis itu bukan sebuah kejahatan dan banyak seniman yang bisa menghasilkan uang melalui lukisannya" ujar rendi memberanikan diri untuk berbicara tentang semua yang telah ia simpan sejak dulu.

"ayah pernah gak sih denger apa yang rendi mau? Bukan uang yah bukan, rendi itu ingin dapat dukungan dari kalian berdua, ayah sama bunda selalu menuntut rendi untuk ini untuk itu tapi apa ayah tau rendi mampu atau tidak? Ayah sama bunda selalu mentingin gengsi gak pernah pentingin perasaan rendi." Ucapnya meluapkan ssemua emosinya.

Rendi yang penurut, hanya diam saat dinasehati kini telah berubah bukan ia membangkan tapi sesuatu hal yang disimpan terlalu lama pasti akan meledak yah seperti saat ini perasaan menggebu mengusai dirinya. Jika dilihat warna merah lah yang menguasai dirinya warna keberanian sungguh rendi sendiri tak menyangka jika ia bisa senekat ini. Rendi memungut cat cat yang berantakan itu. Ayahnya hanya terdiam tak bersuarabunda juga ia hanya berdiri tidak ikut campur.rendi bukan ingin melukai perasaan kedua orangtuanya tapi dia ingin mengutarakan apa yang ada di hatinya selama ini.

Color's

Disini rendi berada, di jembatan penyebrangan tempat para pejalan kaki menyebrang tapi jembatan ini sepi tidak ada orang lewat satupun. Rendi duduk berselojor sambil menaruh box berisi cat dan kanvas itu disampinya. Setelah perdebatan tadi ia pergi begitu saja meninggalkan rumah, sebenarnya ia bingung harus pergi kemana ia berjalan tanpa arah dan akirnya berhenti disini. Rendi menangis, sebenarnya ia tak ingin menangis tapi ia ingat pesan salah satu temanya "gapapacowok nangis, cowok juga manusia yang bebas berekspresi" itu yang dikatakan sahabat rendi.

Seorang gadis dengan yang masih mengenakan seragam sekolah sambil mengayuh sepeda tiba tiba berhenti ketika melihat rendi yang duduk disitu. Gadis itu turun dari sepedanya dan menghampiri rendi sambil memberikan tisu pada rendi. "lanjutin aja nangisnya, tapi jangan pernah berfikir buat loncat dari nih jembatan" ucapnya sambil duduk didekat rendi.

Rendi terdiam ia menatap gadis itu lekat, sepertinya wajah gadis itu tidak asing dalam ingatan rendi. Rendi pun mengelap air mata yang sdah memabsahi pipinya. "lanjutin aja nagisnya gapapa, dunia memang sebecanda ini, mungkin realita tak selalu seperti yang kita inginkan tapi yah ginilah hidup. Tugas kita Cuma berserah diri sama jalani aja" ucapnya lag gadis ini bebicara terus terang sepertinya ia memiliki kepribadian yang selalu ceplas ceplos padahal mukanya seperti muka muka polos.

Gadis itu beranjak dari tempat ia duduk, mebersihkan bagian belakang roknya dan berjalan menuju sepedanya. "udah mau malam mending buruan pulang, mungkin semua hal gak bisa sesuai dengan yang kita mau tapi tuhan tau ha itu yang terbaik untuk kita". Ucapnya kemudian meninggalkan rendi disini sendiri.

Rendi terdiam ia berfikir mungkin ia telah terlalu melukai perasaan orang tuanya itu. Jika orang tuanya tidak bisa menerima apa kesukaan rendi maka ia bisa meyakinkan kedua orang tuanya dengan menggabungkan ilmu pengetahuan dan juga ilmu pengetahuan yang bisa menjadi sebuah perpaduan yang tepat.

Kita akan selalu bersinar dengan cara kita masing-masing.

Kita akan selalu bersinar dengan cara kita masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secarik cerita | NCT2020 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang