Setelah menuruni bukit kebun teh, mereka berlomba lari menuju rumah nenek. Tentu saja Rifky dan Ivan yang tiba lebih dulu. Rena ikut berbaring di teras rumah dengan Rifky dan Ivan. Sedangkan Ira masuk ke rumah untuk mengambil minum.
Di dalam rumah, Ira mencium bau yang sangat menyengat. Ira berjalan perlahan mencari-cari sumber bau tersebut. Ternyata bau menyengat itu berasal dari dalam sebuah ruangan. Pelan-pelan Ira membuka pintu itu, penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.
Kini ia tahu bau itu berasal dari dupa yang dibakar. Bukan hanya dupa, ada juga sesajen lain. Dan ada beberapa payung berwarna merah di dekat sesajen itu.
"Ira!" panggilan itu berasal dari suara nenek. Ira menoleh sedikit ketakutan.
"Nenek.. Maaf nek, aku ga sengaja buka-" jawab Ira tebata-bata.
"Tidak apa-apa, kalau kamu mau lihat, lihat saja. Ruangan ini memang khusus dijadikan tempat persembahan untuk para leluhur kami. Di desa, kami masih melakukan tradisi seperti ini." jawab nenek ramah.
Ira berpikir tradisi yang dikatakan nenek sama seperti tradisi yang pernah diceritakan Rena. Ira kembali menemui teman-temannya.
"Dari mana?" tanya Ivan.
"Ambil minum, trus tadi ke ruang sesajen gitu." jawab Ira.
"Sesajen apa?" tanya Rifky.
"Katanya itu tradisi di sini. Sama kaya yang pernah Rena ceritain." jawab Ira. Mereka mengangguk.
Pukul 17.00
Setelah mereka mandi dan bersiap untuk makan, terdengar nenek sedang berbicara dengan beberapa orang di lantai satu. Mereka menuruni satu per satu anak tangga, melihat siapa yang berbicara dengan nenek.
"Nek..." panggil Rena.
"Rena.." jawab nenek.
"Siapa mereka, nek?" tanya Rena. Pasalnya, di hadapan mereka ada seorang wanita dan lelaki yang bisa dibilang masih muda. Juga ada Isma yang sedang duduk di sofa.
"Oh ini Astri dan Agung, mereka pasangan muda yang baru menikah. Mereka suka bantu nenek bersih-bersih rumah. Tinggal di kampung sebelah. Kemarin ijin pulang karena ada saudaranya yang meninggal. Selama Astri dan Agung tidak ada, Isma menggantikan Astri masak untuk nenek." jawab nenek.
"Oh begitu, kenalin saya Rena, cucu nya nenek dan ini teman-teman saya dari kota." ucap Rena sambil menyodorkan tangannya.
"Oh iya Ren, nenek mau ke danau. Kamu jaga rumah ya. Kamu jangan khawatir, ada Isma, Astri dan Agung yang menjaga nenek." ucap nenek.
"Mau apa nek? Ini udah sore, bentar lagi malem. Pasti gelap banget di hutan. Besok aja nek, aku khawatir." ucap Rena.
"Tidak apa-apa, kami sudah melakukan ini sejak lama. Ini sudah jadi tradisi di desa." jawab nenek.
Rena bertanya-tanya, apa memang benar ini tradisi yang tidak bisa ditinggalkan. Rena bahkan tidak tahu ada tradisi seperti ini di desa nenek. Waktu masih kecil, ketika Rena masih tinggal di desa, Rena tidak pernah tahu ada tradisi seperti ini. Sekarang, bukan hanya Isma yang memakai gaun dan payung merah, nenek juga.
Malam mulai larut, Rena begitu khawatir pada nenek. Rena mengajak teman-temannya untuk ikut mencari nenek di danau.
Rena dan teman-teman pergi menuju danau untuk mencari nenek. Benar saja, dimalam hari hutan lebat ini sangat gelap dan menakutkan. Untungnya mereka membawa senter untuk penerang jalan.
Beberapa waktu berlalu, sampailah mereka di dekat danau. Tetapi mereka tidak menunjukkan batang hidungnya. Karena dari awal, nenek sudah melarang mereka pergi ke danau. Mereka menyaksikan apa yang sedang dilakukan nenek dan Isma.
Terlihat nenek dan Isma seperti sedang bersemedi dengan masuk ke dalam air. Sedangkan Astri dan Agung menunggu mereka di tepi danau sambil menaburkan sebuah serbuk dari dalam kendi. Rena dan teman-teman benar-benar tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.
Tepat pukul 22.00, nenek dan Isma tersadar dan berjalan menuju tepi danau. Anehnya, gaun yang mereka kenakan tidak basah sama sekali. Padahal jelas terlihat mereka masuk ke dalam air. Rena dan teman-teman tercengang melihat kejadian tersebut.
Nenek, Isma, Astri dan Agung berjalan meninggalkan danau. Rena dan teman-teman bersembunyi di semak-semak besar. Setelah nenek dan yang lainnya sudah jauh, Rena dan teman-teman malah mendekati danau. Mereka penasaran serbuk apa yang ditaburkan oleh Astri dan Agung.
"Wahhh, ajaib yaa. Masuk ke air tapi ga basah sama sekali." ucap Rifky kagum.
"Coba basahin dikit baju lo." jahilnya Ivan membuat baju Rifky basah.
"Basah dong." ucap Ivan tertawa.
Ira menemukan kendi yang berisi serbuk yang ditaburkan tadi. Dengan sengaja Ira memegang serbuk tersebut dan menaburkannya ke danau.
"Temen-temen.. Liat ini..." ucap Ira.
"Apa?" tanya Rena.
"Ternyata serbuk ini yang buat nenek sama Isma ga basah meskipun turun ke air." jelas Ira.
"Masa sih?" tanya Ivan.
"Tadi gue nyoba turun ke air, trus taburin serbuk ini." ucap Ira.
"Mana? Gue pengen nyoba." ucap Ivan.
"Serbuknya abis, lagian cuma sisa dikit." jawab Ira.
Meraka melihat di sekeliling danau, suara hewan malam sudah kembali bersahutan. Udara pun semakin dingin, erat memeluk mereka.
"Ada sampan tuh, punya siapa?" tanya Rifky.
Jelas tak ada yang tahu siapa pemilik sampan itu. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah.
To be Continue
Selamat membaca
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Berpayung Merah
Mystery / ThrillerSudah tiga tahun Rena tidak mengunjungi neneknya yang tinggal di desa. Ketika liburan tiba, Rena mengajak ketiga sahabatnya berlibur di rumah neneknya. Sebuah kecelakaan membuat mereka mengetahui rahasia yang begitu erat disembunyikan. Karena hal it...