Part I
Bandung
"Rhea Shaletta Aphrodite! KOLOR HULK GUA LO PAKE KAN?! NGAKU LO!." teriak Astrophel sambil menobrak pintu kamar Rhea
"Heh kutil, bangun ga lo! Balikin kolor gue!" Rhea membuka setengah matanya dan menghadap Astrophel lalu tidur lagi.
"Kebo banget sialan. Bangun ga lo, ato Oreo lo gue kasih ke bang Jupiter." sontak Rhea membuka mata dan menatap Astro.
"Lo sentuh sedikit aja anak gue bang, gue bakar kolor-kolor Hulk lo." Ranya si gadis pencinta Oreo itu bangun dari singgasana-nya.
"Kenapa si lo mesti keluar dari perut bunda? Sial banget gue punya adek cem lo." gerutu Astro.
"Lo pikir gue mau punya abang cem lo? Tinggi juga masih tinggi gue." Astro yang mendengar omongan Rhea langsung menyentil kening Rhea.
"Sakit abanggg, gue laporin ayah ya lo." rengek Rhea sambil memegang keningnya.
"Bodo. Pokonya ntar sore kolor Hulk gue harus ada di kandang-nya gamau tau gue."Astro meninggalkan Rhea.
***
Rhea Pov"Baru juga kolor aelah, beli di pasar juga dua puluh ribu dapet tiga biji." gue kesel sumpah, masih pagi sudah teriak-teriak kek orang kemalingan. Salah gue emang si maen make kolornya bang Astro, tapi mau gimana? Kolor gue basah semua
Dan yah,
Kenalin nama gue Rhea Shaletta Aphrodite di panggil Rhea. Nama gue aneh kan? Pake Aphrodite Aphrodite gitu... Ga ngerti lagi gue bunda dapet dari mana itu nama. Gue punya abang namanya Astrophel Almeer Scutum, spesies mahkluk langka yang tingginya ga seberapa, tapi gue sayang banget sama manusia satu ini ya walaupun keliatanya dia lebih sayang kolor hulk-nya dibanding adeknya sendiri. Gue sama abang Astro selisih 2 tahun.Gue sekolah di Galaxy School dan sekarang gue duduk di kelas 11 IPA 2 di sana, sedangkan abang gue sekarang kuliah.
Ayah gue kerjanya ngendarain pesawat makanya jarang banget ada di rumah, kalo bunda kerjanya ngabisin uang ayah. Oke segitu dulu.
Gue turun ke dapur dan ngeliat bunda lagi nyiapin makanan.
"Pagi bun." sapa gue sambil cium pipi bunda.
"Pagi sayang, tumben cepet bangun?"Gue mendengus.
"Bangun cepet salah, bangun telat salah. Emang ya Rhea tu salah mulu." ucap gue.
Bunda ketawa sambil gelengin kepalanya, "Ya habis Rheaa aneh banget bangun-nya pagi. Uda ah sana sarapan, panggil abang."
"Gamau ah bun, bunda aja yang manggil." tolak gue.
"ABANGGGG, SINI TURUN SARAPAN DULU." teriak bunda gue.
"Bunda ih gausa teriak, sakit nih." ucap gue yang dicuekin bunda.
"Loh bang, mau kemana? Kok rapi banget?" gue noleh ke bang Astro yang baru aja turun dari tangga.
"Mau ke rumahnya Draco bun." katanya sambil minum susu yang bunda bikinin buat gue.
"Dih gamalu apa lo, bertamu pagi-pagi." gue ngunyah makanan dimulut gue.
"Dek, panggilnya kok gitu sama abang?" tegur bunda, gue cuma nyengir.
"Mau temenin si Draco jemput adeknya bun."
"Lah, bang Draco punya adek bang?" bang Fael cuma ngangguk.
"Iye, baru balik dari Amrik. Bun, abang pergi ya? Mikum." sambil salim ke bunda.
"BANG, KALO GANTENG KENALIN KE RANYA YA." teriak gue.
"OPRASI MUKA DULU SANA JADI LISA BLEKPING BARU GUE KENALIN." balas abang gue, bunda ketawa banget dengernya.
"Bunda ihhh."
***
Author pov
Astro bergegas ke rumah Draco, karna itu tadi. Astro hanya tau jika Draco memiliki adik, namun hanya sekedar nama, ia tak pernah melihat bagaimana wajah dari adiknya Draco tersebut.
Saat Astro membuka pintu mobilnya, deringan di ponselnya mengalihkan perhatiannya, ia mengangkat telpon yang menampilkan nama Draco.
"Halo? Kenapa?"
"Bang, lo di mana?" tanya Draco di seberang sana.
"Baru mau ke sana, kenapa?"
"Gue pikir lo masih tidur, yauda bang buru."
"He'eh." Astro memutuskan sambungan, dan pergi menuju rumah Draco.
Astro membunyikan klakson mobilnya tepat di depan rumah Draco dan benar saja, pria itu berlari menuju mobil Astro.
"Buru bang." suruhnya, membuat Astro ingin sekali memukul wajah pria itu.
"Sangka lo gue supir apa?" Draco terkekeh.
"Maap aelah bang, kalo si Joko ga nabrak tiang, gue juga gabakal repotin lo." yang Draco maksud si Joko itu mobil kesayanganya yang kemarin dipake Lintang buat belajar mobil dan berakhir di bengkel.
Astro menancap gas menuju bandara.
"Co, adek lo kesini ngapain?" tanya Astro memecah keheningan.
"Sekolah lah bang." Astro membuka cemilan yang ia tebak milik Rhea.
"Bukannya di sana sekolahnya lebih bagus?"
"Gue si mikirnya gitu bang, cuma bokap gue takut banget kalo adek gue ini kena pergaulan di sana soalnya dia mau masuk ke remaja, ya lo tau kan bang kek gimana anak baru gede? Mau gamau nyokap saranin dia tinggal di sini." jelasnya seraya sibuk mengunyah 'pocky' strawberry milik Rhea. Astro hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Udah panjang lebar juga, responya jelek banget." gerutunya yang tak Astro hiraukan.
Tak lama deringan masuk dari ponsel Draco. Draco bergegas memasukkan pocky ke dalam mulutnya, lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Udah nyampe lo? Lo dimana? Iyaa gue masih di jalan bentar lagi nyampe. Oke."
***
Astro dan Draco sedang menunggu di dalam mobil, hingga tak lama seseorang mengetuk kaca mobil Astro."Co, adek lo nih?" tanya Astro. Draco menoleh,
"Eh iya tuh bang, buka bang." Astro menurunkan kaca mobilnya.
"Masuk belakang Rey." suruh Draco dan dituruti oleh lelaki tersebut.
"Bang kenalin adek gue, namanya Reynald." Draco mengenalkan adiknya pada Rafael.
"Nah Rey, ini Astro. Dia lebih tua dari lo 2 tahun, jadi panggil dia bang Astro." Draco memperkenakan Astro pada Reynald.
"Hai, gue Astrophel." kata Astro sambil menjulurkan tanganya ke arah Reynald.
Reynald menerima uluran tangan Astro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja vu
Teen Fiction"Ga gue apa-apain kok bang, cuma nempelin bibir doang bang" -Rey2k21 . . . . . Harap dimaklumi masih pemula