Danger

1 0 0
                                    

Part 3

Author

05:45

"Rheaaa, bangun sayang sekolah nanti telat loh." Ucap sang bunda sembari menggoyang-goyangkan tubuh anak gadisnya, yang sangat nyaman dengan posisi menunggingnya.

Rhea menggelilat.
"Duhhhh, kayanya mataharinya naksir deh sama Rhea, buktinya dia munculnya cepet banget." Bunda terkekeh mendengar putrinya mengomel pagi-pagi.

"Udah cepet kamu bangun, nanti ditinggal abang loh." Suruh bunda dan pergi menyiapkan sarapan.

Rhea segera mandi dan bersiap, setelah itu turun untuk sarapan.

"Pagi bun, pagi bang." Sapa Rhea.

Astro masih memejamkan matanya tapi mulutnya tidak berhenti mengunyah roti yang disiapkan oleh bunda, Rhea yang melihat tingkah abangnya itu, langsung mengecup pipi Astro.

"Bang jangan gemesin napa, Rheanya jadi kalah saing ini." Kekeh Rhea.

Setelah sarapan Jimin dan Sena pamit dengan bundanya dan berangkat, sebelumnya Jimin mengantar Sena sekolah lalu pergi ke kampusnya.

"Bang, Rhea pamit ya." ucap Rhea sambil salim kepada Astro.

"Belajar bener-bener lo." balas Astro lalu mengecup pipi Rhea.

Rhea turun dari mobil dan melangahkan kakinya untuk sampai di kelas.

"Woy, buntelan upil." Rhea menoleh.

"Dih, ngerasa buntelan upil lo?" Pemuda itu tertawa melihat Rhea.

"Gue tabok ya lo, Tan." Rhea melayangkan tanganya ke pemuda bernama Titan tersebut.

Titan menangkap tangan Rhea, lalu mengecup punggung tangannya.
"Becanda, sayangg. Tadi dianter bang Astro?" Tanya Titan.

Titan Marvolo Ridlle. Makhluk tuhan yang diberi tinggi badan melampaui batas, dia adalah pacar Rhea. Sudah 11 bulan mereka menjalin hubungan backstreet. Alasannya karna Astro tidak menyukai Titan saat ditanya apa sebabnya Astro hanya diam. Jadi, backstreet merupakan jalan satu-satunya.

"Ihh, Tan! Ntar diliat yang lain." Omel Rhea. Titan terkekeh sembari menautkan tanganya dengan tangan milik Rhea.

"Kenapa si? Kan di sekolah, gaada bang Astro." Rhea menghela nafas.

"Tapi di sini banyak kenalan abang aku Tan, aku gamau kamu kenapa-napa. Bang Astro juga, kenapa si pake ga ngerestuin segala." Cerocos Rhea yang membuat Titan terdiam.

"Kenapa?" tanya Rhea yang sadar sedari tadi Rhea hanya terdiam. Rhea tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Sesampainya di kelas, Rhea mengambil earphonenya dan mendengarkan musik, Titan asik dengan temanya. Rhea duduk di kursi ke dua dari depan bersama Jung Ara, anak perempuan yang tergila-gila dengan boyband korea sama seperti Rhea

Ara menepuk bahu Sena.
"Weh til, lo uda denger belom ada anak baru?" Rhea mengangguk, karna Draco kemarin memberitahunya bahwa Rey akan bersekolah di sekolahanya.

"Sumpah, gue ga nyangka banget sekolah kita bakal terima murid tuna daksa." Rhea menyerit, Rey tidak cacat, pikirnya.

"Lo ngomong apa si? Setau gue muridnya ga cacat ya." Sanggah Rhea.

Ara membola, ia mengotot bahwa ia benar.
"Muridnya lumpuh, Rhe. Lo gatau emang?" Rhea menggeleng.

"Rey galumpuh." Bisiknya, sangat pelan.

Tak berselang lama, Pak Budi selaku guru Fisika datang.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Budi.

"Pagi pak." Ucap semua murid, tak terkecuali Rhea.

"Oke, kali ini kita kedatangan teman baru. Mau kenalan ga?" Tanya Pak Budi yang membuat para murid berbisik-bisik.

"Ayo masuk." Suruh Pak Budi menatap pintu kelas.

Terpampanglah wajah murid baru.

"Loh kok dua?" Celetuk salah satu siswa.

"Itu ganteng banget astaga." Komentar siswi satu.

"Tinggi banget deh ya, sumpah." Sahut siswi lainnya.

"Eh itu seriusan, dia gabisa jalan?" Bisik Ara kepada Rhea.

Rhea menggeleng dan mulai mengeluarkan peralatan menulisnya.
"Gatau gue, gapeduli juga." Ucap Rhea acuh.

Ternyata di kelas Rhea ada dua orang murid baru, salah satunya Rey.

"Nah, ini teman baru kalian. Ayo perkenalan dulu sama temenya yang lain." Pinta Pak Budi

"Gue Reynald, Amrik." Semua murid cengo tak terkecuali Pak Budi, Rhea yang melihat itu langsung terkekeh pelan.

"Ga cocok banget pasang tampang sangar." Bisik Rhea pelan.

"Itu aja Rey?" Tanya Pak Budi memastikan dan dibalas anggukan oleh Rey.

"Oh, ok. Selanjutnya." Suruh Pak Budi.

"Eum, halo. Namaku Junmi, salam kenal." Ucap sang gadis membungkuk di atas kursi rodanya.

"Jadi, ini teman baru kalian. Memang ada salah satu teman kalian yang istimewa di sini, kalian harus nyatu ya? Gaboleh pilih-pilih teman." Nasihat Pak Budi.

"Oke, Rey boleh duduk di sebelah Angkasa, Angkasa bisa angkat tangan?" Angkasa mengangkat tanganya setinggi mungkin, kemudian Rey berjalan ke arah Angkasa, Rey melirik Rhea yang kebetulan sedang memperhatikannya, dengan percaya dirinya Rey memberikan wink ke arah Rhea saat dia berjalan melewati gadis itu.

Sena melihat Soobin dengan tampang cengonya lain halnya dengan Ara, gadis itu sekarang sudah menjerit tidak karuan saat Soobin memberikan wink, padahal Soobin memberikan winknya pada Sena bukan Ara.

"Oke dan kamu Junmi, kamu bisa duduk dengan Yuna, Yuna bisa angkat tangan?" Yuna mengangkat tanganya dengan ogah-ogahan.

"Tapi pak, sebelah saya Nabilla pak." Yuna tak terima jika dia duduk dengan Junmi.

"Dia ga masuk kan? Sudah ikutin saja apa kata bapak, besok biar di atur lagi tempat duduknya. Ayo Junmi, duduk sama Yuna." Junmi tidak enak kepada Yuna, karna telah duduk di bangku Nabilla.

Junmi mengarahkan kursi rodanya ke arah Yuna, namun matanya menangkap sosok familiar yang duduk di belakangnya. Junmi tersenyum sangat manis.

"Long time no see, Titan." Dan membuat pria bernama Titan tersebut mematung, dari awal Junmi masuk Titan sudah sangat kaget.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deja vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang