ini seharusnya jadi last chapter. tapi kalo dapet pencerahan lagi, mungkin bisa ditambah.
enjoy :)
DWSS*
--------------------============---------------------=================---------------
*1 tahun kemudian*
Tempat ini tadinya adalah sebuah Monumen Negara yang sangat megah. Namun semua telah berubah dalam beberapa bulan yang saja. Tempat ini telah menjadi medan pertempuran. Suara anak-anak kecil yang biasa bermain-main di taman kini telah digantikan oleh kebisingan lain berupa suara tembakan, bom, rudal, dan teriakan kesakitan orang-orang yang meregang nyawa di tempat ini.
Di tempat ini sedang berlangsung perang antara pencipta dan ciptaannya. Atau yang lebih spesifik bisa disebut perang antara Manusia dan Android. Perang baru meletus beberapa bulan lalu, tetapi kerugian yang diderita sudah tidak terhitung. Bangunan-bangunan megah yang kokoh dan angkuh itu akhirnya takluk oleh misil-misil dari drone yang telah meledakkan bangunan-bangunan itu hingga hanya tersisa puing-puing.
Kedua pihak sama-sama mempertaruhkan segalanya, namun di sini terlihat bahwa manusia mulai terpukul mundur karena para android juga mengerahkan 5 skuadron drone untuk melawan manusia dan menghancurkan infrastruktur yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun.
Aku sedang berdiri tegak melihat saat-saat ketika gedung parlemen runtuh dan rata dengan tanah. Aku sudah tidak lagi mengenakan pakaian atasan karena pakaian ku sudah robek tersangkut puing-puing bangunan. Tiba-tiba dari belakang, aku merasakan ada peluru yang melesak masuk menembus kulit dan ototku pada pundak kanan, diikuti sebuah tembakan di pinggang kiriku. Aku mengernyit karena merasakan perih yang menusuk hingga aku jatuh terduduk dengan tumpuan kedua lututku. Darah mengalir dari lubang-lubang itu.
Aku bernafas perlahan, mencoba menenangkan diri dan memusatkan konsentrasi pada kedua luka tembak itu. Perlahan, aku merasakan kulit dan ototku ber-regenerasi sehingga membuat luka menganga yang tadi, mulai menutup sedikit demi sedikit. Peluru yang bersarang dalam tubuhku juga perlahan terdorong ke luar hingga akhirnya jatuh ke tanah. Aku berbalik menatap seorang prajurit yang tadi menembakku dengan senapannya. Dia terlihat masih muda. Mungkin satu atau tahun lebih muda dari ku. Prajurit itu berdiri sekitar 10 meter dari ku. Tangannya gemetar dan ketakutan terpeta jelas di wajahnya. Aku menyeringai padanya dan berjalan mendekat. Dia tampak panik dan ketakutan dan berusaha untuk menembak lagi namun ia gagal mengokang senapannya.
Sekilas aku merasa kasihan padanya. Tapi aku teringat pada sebuah android yang mungkin seumuran dengannya dijadikan sandera yang kemudian disiksa dan dibunuh oleh para prajurit pemerintah. Rasa kasihan ku seketika berubah menjadi kemarahan yang memenuhi pikiranku. Mungkin jika dilihat sekarang, aku memang terlihat keji. Tapi perlu kalian ketahui, manusia lebih keji dari aku. Mereka yang mulai menyulut perang ini dengan berlaku semena-mena terhadap para android. Terhadap ‘jenis’ ku yang baru. “Tenanglah, kawan. Ini tak akan lama” kataku kepada prajurit itu sambil mengeluarkan sebilah belati dari saku celanaku. Kemudian, dengan kecepatan dan ketepatan yang tak akan pernah bisa diikuti oleh manusia manapun, aku menikam prajurit itu bahkan sebelum dia sempat menyadarinya.
Seketika prajurit itu tersungkur tak bergerak. Mati. Aku berdiri di sisi tubuh yang baru saja kuhabisi beberapa detik lalu itu. Aku menatapnya datar. “itulah yang akan kalian dapat jika meremehkan android, manusia. Belajarlah untuk sedikit menghormati kami”.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIAN
Science FictionAdrian, seorang remaja pria dengan "sedikit" rahasia dalam kehidupannya. Suatu saat dia akan membuat sebuah pilihan yang akan mengubah kehidupannya dan dunia.