satu

23 4 0
                                    

© luminescentie , 2021

on wattpad

Sang Surya tepat berada di atas kala gadis dengan rambut pendek itu membuka mata. Sudah sepuluh kali jika dihitung dia membuka mata, kemudian menutupnya lagi —melanjutkan tidur.

Dia mengembuskan napas bosan, kemudian merubah posisi tidurnya menjadi telentang, menatap atap yang sepertinya sama bosannya dengan dirinya.

Cat berwarna pink pastel itu tampak sudah memudar jika ia perhatikan dengan baik— tapi gadis itu tidak terlalu peduli.

Setelah berdiam diri cukup lama menatap atap, akhirnya dia berjalan menuju kamar mandi —untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Tak ada cukup waktu untuk mandi —padahal sebenarnya tidak ada hal penting yang akan ia lakukan setelahnya.

Hanya alasan.

Mengabaikan tentang sarapan atau mungkin makan siang, dia memilih langsung keluar dari rumahnya. Ah, belum tentu juga. Ia juga tidak yakin bahwa itu rumahnya, yang ia tahu, tempatnya terbangun pertama kali adalah di sana. Gampangnya, mari kita anggap itu rumahnya.

Kota terpadat di California itu tak pernah sepi. Jalanannya selalu ramai penduduk yang tengah berjalan kaki —beberapa menaiki kendaraan bermotor.

Dia mengeluarkan sebuah botol mustard dan saus saat masuk ke dalam gang yang tak begitu sempit— mampu dimasuki dua mobil sekaligus.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, lantas menekan kedua botol yang berada di tangannya hingga mengenai seorang pekerja di samping truck makanan.

Saat memutar badan —hendak kabur, dia tak sengaja menubruk seseorang di belakangnya. Lelaki dengan headphone yang menutupi kedua telinganya itu tampak terkejut. Dia melihat gadis yang baru saja menabraknya, kemudian beralih pada kaos putih bersihnya yang sekarang kotor karena noda saus dan mustard.

"Gadis gila," maki lelaki tua dengan celemek penuh noda mustard dan saus.

Sedang lelaki dengan headphone yang bertengger di kepalanya itu tampak acuh meninggalkan tempat tadi, melupakan kejadian tabrakan yang membuat dirinya harus segera mengganti pakaian.

Yujin. Gadis berperawakan tinggi itu sedang berjalan santai setelah berlari menjauh dari tempat ia membuat kekacauan.

Tidak seru, padahal ia sudah berpikir akan dikejar, lalu ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Pasti menyenangkan.

Yah, daripada berjalan tak tentu arah, lebih baik dia di kantor polisi, bersama polisi yang akan mengajukan banyak pertanyaan padanya. Itu menyenangkan, melihat orang menganggap bahwa dirinya ada dan berbicara dengannya.

Selama ini dia hanya sendirian. Menapakkan kakinya yang kadang terluka di trotoar jalan. Membawanya bergerak mengelilingi kota. Tak ada teman, hanya sendiri.

Mungkin dia butuh teman, hingga melakukan hal-hal nakal agar napasnya diketahui oleh yang lain.

Tapi hanya itu. Keesokan harinya, seolah-olah hanya ada dirinya sendiri di kota tersebut. Kembali melakukan perjalanan tak tentu tujuan, mencari hiburan dan sedikit masalah.

Hari sudah petang saat dia memasuki sebuah rumah berukuran 10 × 20 meter persegi. Tidak terlalu besar, tapi setidaknya cukup untuk dirinya sendiri.

"Belum ada makanan juga?" keluhnya saat melihat keranjang makanan yang biasanya penuh dengan makanan siap saji dan beberapa buah-buahan, serta minuman kaleng itu sekarang kosong.

Dia menghela napas berat, kemudian berjalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuh tentunya. Tak perlu berlama-lama karena tidak ada air hangat di sana. Sebenarnya dia bisa memanaskan air dengan memanfaatkan kompor gas di dapur, tapi dia terlalu takut untuk menyalakannya.

Sekarang yang ia lakukan adalah menonton televisi. Menggonta-ganti channel televisi karena memuat berita yang membosankan. Tak ada yang menarik, Yujin bosan.

Tak ada makanan, acara televisi tidak menarik sama sekali, sekarang dia harus apa?

Hanya ada satu jawaban, tidur.

Baiklah, mari menutup cerita hari ini dengan menutup mata, beristirahat dari dunia luar yang kejam dan menyebalkan. Sebagai pemanis, mari ucapkan selamat tidur dan sampai berjumpa besok!

×starlight

Seperti biasa, gadis berambut pirang ini bangun tepat jam dua belas. Segera mencuci muka, lalu beranjak ke dapur. Wajahnya semakin muram kala melihat keranjang makanannya masih tetap kosong.

"Masih ada simpanan uang nggak, ya?" gumamnya.

Dia mulai mencari di sekitar dapur, tapi tak menemukan sepeserpun. Di kamar mandi jelas tidak ada, tapi tak ada salahnya mencoba mencari.

Akhirnya dia pergi ke kamar mandi— menghampiri keranjang tempat baju kotor yang belum ia cuci. Merogoh setiap saku celana maupun baju guna mencari beberapa dollar untuk dibelikan makanan.

Nihil.

Benar-benar tidak ada sama sekali.

Yujin kembali muram. Haruskah dia bekerja sebagai part timer?

"Aku nggak pernah kerja ... pasti susah."

"Memancing? Tunggu— tapi aku nggak tau caranya."

Pusing memikirkan tentang uang, akhirnya dia memilih  keluar dari rumah setelah memakai sepatu kets berwarna putih miliknya.

Kembali ke rutinitas sehari-hari, berjalan random mengikuti kemana kakinya akan membawa dirinya.

Di tengah jalan dia bertemu dengan lelaki yang kemarin tak sengaja ia tabrak. Headphone masih bertengger manis menutupi kedua telinga dengan sebuah note kecil di tangan lelaki tersebut.

Mata Yujin terpaku pada liontin yang dipakai lelaki di seberangnya. Dia berjalan mendekat seraya memegang liontin yang dipakainya.

"Dimana kamu mendapatkan ini?" Yujin menunjuk liontin berwarna zamrud di depannya, "mirip punyaku."

Lelaki itu melepas headphone-nya, lantas berucap, "Ya?"

"Ini, dimana kamu mendapatkannya?" Yujin mengulang pertanyaannya.

"Seseorang memberikannya. Kenapa?" Lelaki itu balik bertanya.

Yujin menunjukkan kalung yang ia pakai, kemudian berkata, "Ini sama, mungkin? Kelihatan sama di mataku ...."

"Yah, pembuatnya nggak mungkin cuma bikin satu, kan? Lagian warnanya beda ... ini hijau, yang kamu pakai biru."

Perempuan berambut pirang itu menghela napas. Ah, dia terlalu berharap lebih dengan liontin itu.

—tbc

oh iya, rencananya buku ini bakalan selesai bulan Agustus, kalau aku nggak males ngetik, ehee

starlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang