dua

12 4 0
                                    


© luminescentie , 2021
on wattpad

Kryukk

Yujin langsung memegang perutnya yang baru saja berbunyi, kemudian melipat bibir sambil menunduk.

Bagaimana ini? Dia benar-benar tidak mempunyai uang untuk dibelikan makanan atau pun minuman.

"Lapar?" Gadis itu mendongak, menatap lelaki di depannya kebingungan. Tidakkah dia dengar kalau perutnya berbunyi? Tentu saja ia lapar, sangat.

"Hmm, tapi nggak papa. Lagian aku nggak punya uang buat beli makanan," jawab Yujin.

Laki-laki dengan jaket bomber hitam itu menarik tangan Yujin, membawanya berjalan entah kemana. Sedang Yujin kebingungan sendiri dan tidak memberontak.

Keduanya berhenti di depan sebuah food truck yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat mereka tadi.

"Satu hamburger tanpa tomat dan saus tomat sama— kamu mau apa?" Lelaki itu bertanya pada Yujin.

"Ya?"

"Kamu ... mau makan apa? Hamburger atau hot dog?"

"Hamburger— eh, tapi aku nggak punya uang—"

"Tambah satu hamburger," lanjut lelaki tadi kembali memesan.

Yujin memandang lelaki di sampingnya heran. Baik sekali, padahal mereka baru bertemu.

"Di sini nggak ada minuman, nanti pergi ke minimarket dulu."

"Umm ... uang? Gini— aku nggak punya uang sama sekali, buat beli minuman juga— apalagi hamburger itu—"

"Nggak papa, aku yang bayar," jawab lelaki itu memotong perkataan Yujin.

"Kenapa?" Lelaki di sebelahnya menoleh dengan raut wajah seperti menanyakan maksud Yujin. "Kita nggak kenal, kan? Tapi kenapa kamu beliin aku makanan?"

"Nggak tau ... cuma —yah, nggak tau."

Yujin tersenyum kecil. "Aneh."

Tak lama dua hamburger pesanan mereka siap. Selesai membayar, keduanya langsung pergi menuju minimarket terdekat untuk membeli minuman.

"Terima kasih?"

Perempuan bertubuh jangkung itu menoleh dengan kerutan di dahinya. "Ya?"

"Uhmm ... kamu harus bilang terima kasih setelah diberi sesuatu. Kamu nggak tau?" Yujin membulatkan mulut, lalu menggeleng.

"Ahh! Aku pernah dengar saat menonton televisi, tapi nggak tau maksudnya. Terima kasih!" ujarnya. "Ngomong-ngomong, boleh tau namamu? Aku Yujin— oh, apa seharusnya aku nggak boleh nanya ini?"

"Junkyu. Nggak papa." Lelaki yang mengaku bernama Junkyu itu tersenyum kecil. "Mau duduk di sana?"

Yujin mengikuti arah yang ditunjuk Junkyu, sebuah tembok berwarna pink taffy dengan sisi lebih menjorok ke dalam sehingga dapat diduduki. Gadis itu mengangguk setuju.

Yujin menarik kakinya ke atas, duduk bersila dengan kedua tangan memegang hamburger. Matanya menelisik sekitar, sepi sekali.

"Lagi dengerin apa?" Gadis itu menoleh ke arah Junkyu setelah menghabiskan makan siangnya. Tubuhnya bergerak mendekati laki-laki di sampingnya.

Junkyu melepaskan headphone yang ia pakai, kemudian memasangkannya pada Yujin. Perempuan berwajah imut itu memperbaiki posisi duduknya, kemudian fokus mendengarkan alunan musik yang bergaung di telinga.

Dia melihat ke arah sebuah tape yang tergeletak di antara dia dan Junkyu. Im Sorry, itu judul lagu yang baru saja didengarnya.

Yujin melepas headphone yang dia pakai, lalu mengembalikannya pada sang pemilik.

"Udah selesai makan?" tanya Junkyu sembari mengalungkan headphone di lehernya. Bungkus kertas serta kaleng minuman yang telah kosong itu ia genggam, hendak membuangnya ke tempat sampah.

"Iya. Kamu mau pergi?" Yujin menatap Junkyu dengan mata besarnya yang cantik.

Yang ditanya mengangguk. "Hmm, aku harus bekerja sekarang. Kamu bisa pulang sendiri?"

"Ohh. Bisa!" Gadis itu ikut membereskan bekas makan siangnya, kemudian berdiri. "Kalau begitu, hati-hati!"

Junkyu tersenyum. "Kamu juga. Aku pergi dulu."

Yujin melambai pada lelaki yang sudah berjalan menjauhinya. "Semoga besok kita bertemu!"

Semua sampah sudah dia buang ke tempatnya. Baiklah, sekarang kembali seperti biasanya, sendiri.

Perempuan tersebut mulai berjalan, hendak pulang ke rumah dengan sedikit saus tomat di sudut bibirnya. Dia tidak mengetahuinya, atau mungkin tidak peduli.

Sebenarnya masih ada banyak waktu untuk berjalan-jalan, tapi dia memilih pulang lebih awal, menghabiskan waktu sorenya di rumah dengan menonton televisi.

Bibir gadis itu melengkung ke atas, mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Ternyata masih ada orang baik di sekitarnya. Dia pikir orang baik itu tidak ada, tetapi semesta menunjukkan satu padanya.

Ngomong-ngomong, jarak tempat tadi dengan rumah Yujin sekitar satu kilometer. Kurang lebih membutuhkan waktu sepuluh menit agar bisa sampai di rumahnya.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya dia sampai di rumahnya. Pagar bercat putih itu berderit kecil saat Yujin membukanya.

Walaupun sudah makan, tapi gadis itu masih berharap keranjang makanannya terisi. Pasalnya, dia masih butuh makan untuk esok-esok hari.

Matanya terpaku pada sebuah telepon rumah di dekat keranjang makanan. Ah, benar! Semalam dia bermimpi menggunakan telepon tersebut kemudian dia membicarakan tentang persediaan makanan yang habis. Sedetik kemudian, bagaikan sihir, keranjang makanannya terisi kembali.

Yujin tersenyum senang. Baiklah, dia akan mencobanya, siapa tau benar bisa berhasil, yah walaupun kemungkinan besar tidak mungkin.

Dia mulai memasukkan nomor —random, lalu mengarahkan gagang telepon itu di telinga.

"Halo?" ujarnya saat nada sambungan di telepon berubah menjadi aneh. Tak ada suara, tapi Yujin yakin seseorang mengangkat teleponnya.

"Uhmm ... aku —tidak jadi!"

Yujin langsung menutup teleponnya, kemudian beranjak. Dia mengatupkan bibir lalu duduk di sebuah sofa di depan televisi.

Tidak apa. Mungkin besok dia akan mulai mencari pekerjaan.

Televisi di depannya menyiarkan sebuah berita perampokan bank besar di tengah kota. Yujin menghela napas, segera mengganti saluran televisi yang menayangkan kartun. Yah, ini lebih baik.

—tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

starlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang