Aku tidak pernah sendiri, Ada Allah sang Rabbi.
Nada Arsyila
🌟🌟🌟
_________Perjalanan dari desa ke kota memakan waktu kurang lebih dua jam, alhasil menjelang magrib aku baru sampai di kontrakan yang sudah mba Tuti siapkan untukku. Mba Tuti adalah adik bungsu ibu, dia juga yang menawarkanku pekerjaan ini. Namun, rumah kontrakannya berada di sebrang gang rumah ini. Sebenarnya aku ingin tinggal bersama mba Tuti saja, tapi tidak enak juga, karena disana mba Tuti tinggal bersama suaminya.
"Alhamdulillah." aku menutup dan mengunci pintu, menatap seisi rumah dengan perabotan yang seadanya, satu kamar tidur berukuran 2m x 2m, dapur kecil dan kamar mandi. Alhamdulillah!
"Lebih baik aku mandi dulu." monologku setelah membersihkan rumah yang akan menjadi tempat tinggalku sekarang.
Waktu menunjukan pukul 18:45 , aku teringat belum mengabari ibu dan bapak di desa. Segera ku ambil ponsel didalam tas, dan menghubungi nomor ibu. Tidak menunggu waktu lama panggilan tersambung.
"Assalamualaikum ibu,"
"Waalaikumussalam, bagaimana nak apakah sudah sampai?" sudah bisa kupastikan ibu cemas disana.
"Alhamdulillah sudah bu, maaf tadi Nada beres-beres dulu. Jadi telat nelfon ibu."
"Tidak apa-apa, kamu mending istirahat... jangan lupa bekalnya dimakan, kalau untuk besok pasti sudah basi." ah iya,, ibu membawakan aku bekal. Hampir saja lupa, perutku memang minta diisi sejak tadi.
"Iya bu nanti Nada makan, ibu sama bapak jaga kesehatan yah di desa. Doain Nada juga disini."
"Inshaallah nak, ibu dan bapak selalu mendoakan kamu. Kamu juga jaga kesehatan, ingat jangan tinggalkan solat! Itu yang paling penting. Ibu tutup dulu kalau begitu, kamu langsung istirahat ya jangan melamun. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam." lagi lagi aku dibuat terharu, perhatian ibu memang membuatku tidak pernah kehilangan sosok mamah.
________
Hari ini aku sudah bersiap untuk bekerja, sesekali melirik pakaianku dari cermin. Celana jeans, kaos longgar warna ungu yang merupakan seragam kerjaku dan kerudung hitam yang aku sampirkan ke bahu. Kurasa ini sudah cukup, tidak ada make up berlebih hanya pelembab wajah dan lip balm.
"Bismillah. Semangat Nada." ucapku menyemangati diriku sendiri.
Tok tok tok
Sepertinya itu mba Tuti, yang mengajakku berangkat kerja bersama.
"Assalamualaikum Nad, ini mba kamu udah siap belum?" sahut nya dari arah luar
"Waalaikumussalam, iya mba sebentar." aku bergegas keluar kamar tak lupa juga untuk menguncinya. Membuka knop pintu depan, terlihat wajah ayu persis seperti ibu.
"Ayo cepat nanti terlambat."
"E-eh iya mba, ayo."
Sebuah mobil angkot sudah berada didepan gang. Sepertinya itu mas Deden suaminya mba Tuti, kami memang jarang bertemu jadi masih belum bisa kupastikan jika itu suami mba Tuti.
"Mba itu suami mba?" tanyaku berbisik
"Iya, mas Deden kamu lupa? Wajar saja kamu kan kalo mba pulang ke desa jarang ada di rumah." aku tersenyum kikuk, memang benar semasa sekolah waktuku lebih banyak untuk organisasi di sekolah daripada di rumah.
"Wah ini Nada yah? Sekarang sudah besar saja. Makin cantik lagi." sahut mas Deden ketika aku dan mba sudah berada di dalam angkot.
"Iya mas." jawabku sambil tersenyum
"Ayo mas cepat jalan, nanti telat." ujar mba Tuti di sebelah mas Deden
Sepanjang perjalanan kegelisahan menyelimuti diriku kali ini. Bagiamana tidak, bukannya aku tidak tau jika mas Deden yang melirikku diam diam dari kaca spion depan. Aku hanya pura-pura tidak tau, menunduk dan diam. Sesekali akan bersuara jika mba Tuti bertanya.
"Sudah sampai, ayo turun Nad." syukurlah, akhirnya aku bisa keluar dari situasi ini
Aku memandang ke depan, sebuah bangunan dengan tinggi yang menjulang, kekokohan dan kemegahannya terpampang jelas di depanku. Kali ini aku harus memantapkan hati. Bismillah!
"Kita berangakat dulu mas," ucap mba Tuti sambil menyalimi mas Deden, aku hanya tersenyum ke arahnya. Risih! Mungkin untuk seterusnya aku akan memilih berangkat sendiri, semua demi ketenanganku.
__________
Assalamualaikum dear 😊
Terima kasih sudah membaca cerita ini :v
Di tunggu kritik dan saran untuk memperbaiki cerita ini kedepannya dan tandai setiap typo nya yaa ehehehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Berbeda
General FictionJika harus menjaga hati, hati siapa yg harus aku jaga? Hati orang yang aku sayang atau hatiku sendiri?. "Bahagiakan orang lain, maka aku akan bahagia." Motto hidup yg membuatku bahagia namun menghancurkan ku secara perlahan. Aku benci ini. Allah k...