5. Siapa?

9 4 0
                                    

"Pertemuan singkat ini memaksaku mengingat sesuatu yang sudah aku lupakan!"

Nada Arsyila

🌟🌟🌟🌟
___________

"Huhfft. Bismillah!" lagi-lagi aku merasa gusar, padahal mba Tuti sudah memberiku arahan dimana dan bagaimana aku bekerja nantinya. Menatap ke arah gedung sederhana dibandingkan gedung yang lainnya. Aku dan mba Tuti memang satu gedung, bagianku di produksi barang sedangkan mba Tuti adalah seorang manager produksi. Tidak bisa dipungkiri kebangganku terhadap beliau.

"Hei kamu, karyawan baru?" tanya sesorang yang berpakaian sama denganku.

"Iya." jawabku sambil tersenyum

"Wah sama gue juga karyawan baru. Lo bagian produksi kan?" aku dibuat bingung, dia dengan mudahnya mengganti kosakata kamu menjadi gue. Padahal namaku saja dia belum tau.

"Kenalin Lili Vanili. Lo bisa panggil gue Lili." aku menautkan alis mendengar penuturannya

"Lo ngga usah bingung. Nama gue beneran Lili Vanili, itu karena kata enyak pas ngidam doyan banget ngemilin vanili. Aneh kan, vanili dimana-mana buat bolu, lah enyak malahan dijadiin cemilan," aku tertawa ringan, diikuti senyumannya yang  memperlihatkan lesung pipi, menambah kesan manis pada gadis seumuranku ini.

"Ehh btw nama lo siapa." tanyanya kemudian

"Nada Arsyila, kamu bisa panggil aku Nada."

"Oke Nada, semoga kita bisa berteman baik yah." ucapnya sambil mengulurkan tangan dan kusambut uluran tangan itu sambil tersenyum.

  Alhamdulillah sepertinya hari pertamaku tidak begitu berat, mengingat aku yang sudah mempunyai teman.

____

  Sepertinya ucapanku tadi pagi tidak menjadi kenyataan, semuanya tidak seperti yang aku bayangkan.

"Huhfft." ini adalah helaan nafas lelah, menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang tidak bisa aku kontrol lagi.

"Sabar Nada." ucapku sambil mengelus dada,

"Ngapain masih disini? Cepat buang sampah-sampah ini! Anak baru ngga usah manja!." aku melirik jengah menatap perempuan yang merepotkanku sejak pagi, membuat emosiku memuncak.

Aku berjalan keluar gedung tanpa menghiraukan ucapannya, menuju bank sampah di sebelah gedung ini. Aku melirik jam tanganku, sudah menunjukan pukul dua belas siang, itu artinya waktunya untuk istirahat.

Oh ya tuhan! Asam lambungku tidak bisa ditoleransi lagi, apalagi dengan sekantong plastik besar berisi sampah yang aku seret lumayan membuat keringatku terkuras.

"Akhirnyaa...lebih baik aku membeli minum dulu, sebelum kau pingsan karena kehausan Nada." ucapku bermonolog sambil menuju warung di sebrang jalan.

"Pak beli mineralnya satu yah."

"Ini neng." jawab bapak-bapak itu, sembari kuserahkan uang lembaran lima ribu rupiah. Aku harus menghemat uang pesangon yang aku bawa, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan satu bulan kedepan, sebelum menerima gaji pertamaku.

Aku duduk di bangku halte, meneguk mineral hingga tinggal setengah botol. Pandanganku sekarang beralih pada bocah perempuan yang duduk tidak jauh dariku, ia masih mengenakan  seragam merah putih, tengah asik memakan ice creamnya.

"Ice creamnya enak yah," ucapku yang sudah berada di sebelahnya

Dia menoleh kearahku sebentar, tapi setelahnya kembali fokus memakan ice cream.

"Enak banget kak, kakak mau?" ucapnya sambil menawarkan ice cream yang tinggal sedikit. Aku menggelang sebagai jawaban.

"Ade ngapain disini? Kenapa belum pulang?" dia membuang bungkus ice cream yang sudah habis ke tempat sampah.

"Nasya lagi nungguin mamah kak," ucapnya yang sekarang menghadapku penuh.

  Aku menatap dengan teliti wajah gadis kecil ini, sepertinya aku pernah melihat wajah itu, tapi dimana? Ahhhh, kenapa rasa pusing ini menggangguku untuk mengingat. Segera kutepis ingatan itu, mencoba mengontrol sesuatu dalam diriku.

"Oh nama kamu Nasya, nama yang cantik Nasya." ucapku sambil membelai pipi gembul itu.

"Kakak juga cantik. Tapi kata mamah kaka Nasya paling cantik." jawabnya dengan senyum mengembang.

"Oh yah? Wahhh kakak jadi ngga sabar pengen ketemu sama kakak Nasya!" bocah kecil itu menanggapi dengan anggukan.

"Kata mamah, kakak Nasya bentar lagi pulang, mamah mau jemput kakak, biar mau tinggal bareng aku dan mamah." ucapnya begitu antusias

Aku mengernyit bingung, apa dia belum pernah melihat kakak yang sangat diidolakannya itu?

"mmm... emang kakak Nasya dimana?" tanyaku ragu takut menyinggung

"Nasya juga ngga tau." ucapnya lesu

"Nada..." teriakan seseorang di sebrang jalan berhasil mengalihkan perhatianku dari Nasya

"Nasya kakak duluan yah, kamu ngga papa kakak tinggal?"

Dia mengangguk, aku mengelus rambut Nasya  yang sangat lembut. Lalu pergi menemui Lili yang tadi memanggilku.

____

Assalamualaikum :)
Terima kasih sudah membaca, tolong tandai typo nya kaka😂

Ditunggu kritik & sarannya😊

Aku BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang