Prolog

57 9 81
                                    

.
.
.
.
.

Semilir angin memainkan rambut hitam legam yang membelai lembut pipi kemerahan itu, dedaunan kering pun ikut beterbangan seakan menjadi pertanda bahwa angin tak sendirian melewati jalan yang selalu sama. Bunyi langkah kaki yang semakin lama semakin melambat itu menjadi suatu tanda bahwa pemiliknya sudah sampai pada tujuan utama.

"Hai! Jika boleh jujur, gue bisa milih hidup dalam keadaan normal kan? Gue tau ujian dunia emang gak ada habisnya tapi gak juga kan gue semua yang nanggung beban seberat ini? Gak cukupkah semesta memperlakukan gue gak adil seperti ini? Gue cuman memiliki satu keinginan tapi kenapa harus melalui jalan serumit ini untuk wujudin mimpi gue? Apa hidup normal dan bahagia itu sesuatu hal yang sangat mahal hingga gue gak berhak meraih kesenangan itu?

Senja, Ainun, Syifaa! Gue rindu kalian. Hidup di masa depan gak seperti yang dibayangkan Ainun, tolong gue mau berhenti dari ilusi waktu ini. Gue kangen main di sekolah bareng kalian, tolong kembaliin masa muda gue. Masa bahagia meski sederhana.

Untuk bumiku yang malang, lekas sembuh. Gue gak pernah menyangka bahwa doa Syifa yang ingin libur satu tahun bakal terwujud di masa depan ini. Meski menyenangkan tapi tetap saja sekolah adalah tempat favorite bagi siswa, jadi lekas sembuh ya."

Kertas yang penuh coretan tangan itu terlipat dengan rapi sebelum memasuki botol kaca bekas minuman yang di beli gadis yang sedang serius memasukkan kertas itu. Setelah melewati fase yang membuatnya ingin mengakhiri hidup, helaan nafas panjang mengantarkan kertas berbalut botol kaca bekas itu kedalam lubang yang cukup dalam dan segera di timbun kembali memakai tanah dengan campuran pasir. Entah untuk apa gadis itu melakukan hal seaneh ini tapi yang pasti senyuman kecil tercetak jelas di bibirnya setelah  menyaksikan perbuatannya.

"Sampai bertemu sepuluh tahun lagi, gue harap saat itu gue udah banyak berubah."

Derap langkah kaki kembali berbunyi menginjak dedaunan kering pertanda pemilik suara lirih tadi sudah meninggalkan tempat yang membuatnya ingin kembali mengunjungi setelah waktu berlalu.

Tanpa disadari, ada sepasang mata yang mengawasinya sejak tadi.

"Wanita bodoh, mana mungkin sebuah kertas akan tumbuh menjadi pohon setelah ditanam, tapi gue curiga tentang isi kertasnya. Apa itu harta karun? dan akan tumbuh menjadi peti harta karun setelah dibiarkan beberapa waktu? Bego! "

⏳⏳⏳

𝘾𝙖𝙨𝙩

1. Anggun Putri Semesta (Anggun/Putri)

Gadis hiperaktif yang suka mencari masalah meskipun hidupnya jadi taruhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis hiperaktif yang suka mencari masalah meskipun hidupnya jadi taruhan. Baru-baru ini sering cosplay jadi anak ayam yang suka nurut. Entah karena otaknya yang tertukar atau hatinya yang terketuk batu.

Kerja di kantor Dinas Pertanian bagian divisi Tanaman Perkebunan. Kerjanya suka keluyuran mencari tempat buat penyuluhan dan pelatihan padahal bukan bagian dari kerja sebenarnya. Menjalankan satu misi penting bagi dia di masa lalu dan dia yang ada di masa sekarang.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang