Chapter 2

183 18 2
                                    

Seorang dokter tampan menghela nafas panjang ketika semua berkas sudah tertata rapi di atas mejanya. Ia menengadahkan kepala menatap langit-langit dalam ruangan. Dua hari berlalu dan ia masih belum menepati janjinya untuk mengajak sang kekasih ke suatu tempat.

Fokusnya teralihkan pada kalender yang berisi foto dua orang dengan pose saling berpelukan.

Ding Chengxin. Sosok manusia yang paling ia idamkan di dunia, kini berhasil menjadi tunangannya. Ma Jiaqi sengaja memborong jadwal tugasnya agar tepat di hari pernikahan nanti, ia bisa mengambil cuti lebih banyak.

"Hah.. Sebentar lagi. Kumohon bersabarlah Ding'er." gumamnya sembari mengusap wajah Chengxin dalam figura.

"Tok..tok..tok"

"Masuk."

Suara pintu dibuka pun mulai terdengar. Tanpa melihat ke belakang, Ma Jiaqi sudah tahu siapa yang mendatanginya di jam-jam seperti ini.

"Ma ge.. Jaga kesehatan. Kau terlalu memaksakan diri."

Jiaqi tersenyum kemudian ia beranjak dari kursi seraya melepaskan jas putih yang sedari tadi membungkus tubuh kokohnya, "Demi bulan maduku."

"Padahal kau itu cucu pemilik rumah sakit ini. Mau cuti selama apapun. Siapa yang berani memarahimu ?"

"Bukan masalah aku siapa. Tapi tanggung jawabku seperti apa. Disini posisiku sebagai dokter. Dan itu adalah profesi, bukan warisan."

"Terserah kalau begitu. Aku hanya khawatir kau akan pingsan saat memasangkan cincin pada jari manis Chengxin ge."

"Kau memang sialan !" amuk sang dokter dengan beberapa lembar koran yang sudah melayang ke arah si lawan bicara.

Dan untungnya, sebelum mengenai wajah tampan seseorang tersebut. Tangan kokohnya berhasil menangkap lemparan dari Jiaqi.

"Aku kesini hanya ingin menawarkan desain untuk surat undangan pernikahanmu." ujarnya sambil memberikan beberapa contoh desain.

"Apakah ini hasil dari tanganmu sendiri, Zhenyuan ?"

Pria yang dipanggil Zhenyuan menggelengkan kepalanya, "Yaxuan yang membuatnya."

"Oh.. Pegawai barumu itu ?"

"Hmmm.. Tak salah aku menaruhnya di bagian design-grafis."

Tiba-tiba Jiaqi memasang senyum jahil, "Kau menyukainya ?"

Pria bermarga Zhang itu mengerutkan dahinya seketika, "Apa hubungannya ?"

"Ya.. Mungkin saja kau sudah move on."

Warna dari raut wajahnya berubah sendu. Zhenyuan menyandarkan punggungnya pada sofa lalu memejamkan mata sejenak, "Sulit."

"Sekeras apapun aku berusaha. Tidak ada yang bisa merebut posisi Yan Haoxiang. Dan aku sadar diri, Ma ge." lanjutnya.

Ma Jiaqi merasa iba. Lalu dia mendekati jendela, membukanya dan membiarkan dinginnya angin memasuki ruangan yang mereka tempati, "Aku masih ingat, bagaimana kekasihku memperjuangankan cinta pertamanya. Andaikan laki laki itu tidak berkhianat, apakah Chengxin akan menjadi milikku seperti sekarang ?"

"Bahkan jika bajingan itu berani menampakan diri di hadapan Chengxin ge, aku sendiri yang akan membunuhnya." timpal Zhenyuan.

"Dan Ding'erku akan membunuhmu lebih dulu saat tanganmu berani menyentuhnya sedikit saja."

"Kau masih meragukan perasaannya padamu ?"

Jiaqi mengedipkan matanya pelan. Entah kenapa rasanya begitu sesak, "Tidak. Hanya saja dia masih membencinya sampai sekarang. Kau tahu ? Benci dan cinta itu beda tipis. Benar kan ?

I Told the Moon about You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang