- apa iya? -
♾️♾️
Secangkir cokelat panas nampak mengepulkan asap putih. Alat penghangat udara menderukan suara menghangatkan ruangan yang dingin akibat musim dingin hampir tiba.Suara sapuan kuas cat menggesek kanvas menemani dua orang yang sibuk oleh kegiatan masing-masing dalam ruang santai.
Merekalah Inunaki Shion dan Inunaki (name). Sepasang suami istri yang sedang menikmati waktu mereka.
Shion mengangkat mug keramik lalu menyesap sekali cokelat panas buatannya sendiri. Ia menopang dagu melihat sosok wanita yang duduk tak jauh darinya, segaris senyum tercipta pada bibir Shion. Menyaksikan (name) sibuk melukis pesanan pelanggannya.
"Aku tahu aku cantik, jadi berhentilah memandangku seakan-akan menemukan seekor mangsa, Shion-kun!"
Kekehan kecil keluar dari mulut Shion. Pria berusia 26 tahun itu beranjak menghampiri (name).
Chuu~
Sebuah kecupan kecil mendarat pada pipi tembem (name) begitu cepat. Shion tanpa rasa bersalah atau melihat kondisi mengalungkan tangannya pada leher wanita itu. Tubuh (name) sekejap kaku.
"Shi-Shion-kun!?"
"Biarkan seperti ini dulu. Aku merindukanmu." Gumam Shion dari ceruk leher (name).
"Ta-tapi aku sedang melukis!"
"Istirahat sejenak, kau terlihat lelah. Aku sudah membuatkan cokelat panas untukmu."
"Sebentar dulu oke, tinggal memberi gradasi gelap pada gambar bangunannya."
Ah meski sudah empat tahun menikah dengan Shion, tetap saja (name) masih belum terbiasa oleh perlakuan Shion. Apalagi mereka jarang bertemu karena Shion terlalu sibuk dengan karir pervolian-nya.
"HAA! Tou-san culang!" (HAA! Tou-san curang!)
Mendengar suara teriakan melengking cadel seorang anak kecil mengalihkan atensi mereka berdua. Terlihat seorang anak berusia 3 tahun dengan surai cokelat kepirangan mempergoki mereka. Tak lupa sebuah boneka beruang cokelat berada dipelukan gadis kecil itu. Inunaki Eri namanya.
Bisa dibilang hasil fotocopy dari Shion atau putrinya.
Illustration
______________"Memangnya kenapa Eri-chan?" Tanya Shion lembut, pelukan pria itu semakin mengerat.
"Ei cuka au peyuk kaa-san!" (Eri juga mau peluk kaa-san!)
"Tou-san juga mau peluk." Shion malah menggoda anaknya.
"Gak au, kaa-san unya Ei!" (Gak mau, kaa-san punya Eri!) Ujar Eri tidak mau kalah.
Ia berlari dan menghambur memeluk kaki (name). Mulut Eri yang penuh dengan remahan biskuit menggembung, tatapan mata sebelas dua belas mirip Shion menatap tajam sang ayah. Bukannya takut Shion dan (name) malah merasa gemas sendiri melihatnya.
Biji keringat menghiasi dahi (name). Ia lelah merasakan anak dan suaminya saat berebutan dirinya. Memang dia barang apa.
(name) yang sudah tidak kuat lagi menahan hasrat maij -nya langsung menggendong Eri dan mendusel-duselkan hidung pada pipi gembul gadis kecil nan imut itu.
"Ahh ... Eri-chan anak siapa sih, imut sekali ..." Fangirling (name). Eri hanya tertawa geli.
Shion yang melihat interaksi ibu dan anak itu tersenyum teduh. Sungguh pria itu bersyukur sekarang bisa memiliki keluarga kecil bahagia.
"Tentu saja anak kita (name)-chan. Ya meski kadar keimutan Eri lebih banyak mengambil dari gen ayahnya sih." Shion tersenyum miring.
"Apa iya?" Tukas (name) malas.
Pelukan Shion (name) lepas, wanita itu bangkit sembari menurunkan Eri dari gendongan.
"Yosh, karena sebentar lagi waktunya makan malam, kaa-san masak dulu ya?"
"Eio ... Akan alam." (Eio makan malam) decak Eri mengangkat tangan kanannya semangat.
"Woo ... Makan malam!" Shion malah ikut-ikutan.
"Mau makan apa malam ini?"
"Elur ulung." (Telur gulung) pinta Eri.
"Baik ..."
======================>>>>>>>>>
(name) sibuk mengolah telur gulung permintaan putrinya, dengan senang hati ia akan menuruti. Asik menggulung telur dari teflon kotak, sosok Shion yang baru saja keluar dari kamar mandi berdiri di sampingnya.
Kepala dengan rambut basah sehabis keramas menyandar pada bahu (name). Sepertinya Shion tidak peduli kalau baju (name) bisa basah karenanya.
"Rambutmu basah loh Shion-kun. Bajuku ikut basah nanti."
"Kan bisa ganti lagi." Balas Shion enteng.
"Mana bisa begitu!" Ujar (name) menoleh kearah Shion.
Mata (name) melebar saat mendapati Shion yang berdiri disampingnya, ah bukan itu. Melainkan Shion hanya menggunakan handuk putih untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, sedangkan bagian atasnya polosan.
"Shion-kun pakai bajumu!" (name) berteriak kencang.
Beruntung saat ini Eri sedang berada di ruang santai menonton tv. Kalau tidak bisa-bisa Shion mengotori pandangan putri kecilnya itu.
"Memangnya kenapa (name)-chan. Toh tidak ada yang keganggu." Enteng Shion.
(name) menepuk jidat, entah kenapa kalau merasakan sifat Shion yang rada suka jahil ini membuatnya pusing sendiri.
'Astaga kenapa bisa ada laki-laki seperti Shion-kun didunia ini? Untung cinta!' batin (name)
"Bukan begitu, aku takut Eri-chan melihat tou-san -nya sedang telanjang disini. Apa tidak malu?"
"Untuk apa malu, orang keluargaku sendiri kok."
Habis sudah kesabaran (name). Dengan mengeluarkan aura menakutkan serta sebuah sodet terangkat, (name) hendak melayangkan benda itu pada kepala Shion. Meski Shion lebih dulu menghilang sih, maka tidak jadi. Bisa ia dengar suara kekehan Shion yang menaiki tangga menuju lantai dua kamar tidur mereka.
Menghela napas lelah, (name) sepertinya harus ekstra sabar jika berhadapan dengan Shion, ya walaupun suaminya sendiri pria itu bisa jadi sangat menjengkelkan.
"Ha-ah ... Apa iya aku menikah dengan pria seperti Shion-kun itu?"
To Be Continued~
[ A/N : sumber gambar dari picrew ]
KAMU SEDANG MEMBACA
-: My Day With Him | Inunaki Shion :-
Fanfic"Hanya sebuah kisah diriku bersama keluarga kecilku, Inunaki Shion dan Inunaki Eri" My Day With Him [ Inunaki Shion x Reader ]