Win menyematkan dasi di seragamnya. Di salah satu hari tercerah ini, ia harus bekerja di sebuah ruangan gelap dan memberikan informasi kepada pengunjung bioskop.“Maaf, anda harus menunjukkan tiket anda.” Win memanggil seorang pria yang langsung masuk ke ruang teater tanpa menunjukkan tiket dan hanya menganggukkan kepalanya.
“Kamu tidak mengenaliku?” Tanya pria itu.
“Emangnya anda sendiri tahu saya?” Balas Win.
Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap Win setelah menurunkan sedikit kacamata hitamnya. Pandangan mata mereka bertemu. Dari mata pria itu Win dapat merasakan kalau ia sedang berhadapan dengan manusia behati hangat. Jiwa pria itu mengatakan demikian, terasa terang dan hangat.
Pria itu bertanya kembali, “Jadi kamu benar-benar tidak tahu aku ini siapa?”
“Iya.” Win menjawab tanpa ragu.
Pria itu hanya bisa mengangguk-angguk mendengar jawaban singkat Win. Semetara Win memiringkan kepalanya tidak mengerti. Ia mencoba mengingat-ingat identitas orang yang ada di hadapannya saat ini, tapi seberapa pun keras usahanya ia tidak bisa menemukan jawabannya.
Jangan-jangan pria itu yang pernah ditemui Meta waktu ia bereinkarnasi sebelumnya? Tapi itu tidak mungkin, karena di reinkarnasi paling akhir yang pernah dijalaninya pria itu pasti belum lahir. Jadi di mana mereka pernah bertemu?
“Kita pasti pernah bertemu sebelumnya benar, kan?” Tanya Win memastikan.
“Entahlah, kira-kira menurutmu di mana?” Pria itu menanggapi pertanyaan Win sembari tersenyum nakal.
Win terasa familiar dengan senyum itu, tapi dimana ia melihatnya?
Sementara Win berpikir kerasa sambil menggigit bibirnya, pria itu melanjutkan langkahnya dan masuk keruang teater. Win langsung berlari dan menarik lengan baju pria itu yang tentu saja tidak suka menerima perlakuan Win.
“Sebelumnya saya minta maaf karena saya tidak berhasil mengenali anda, tapi anda tidak boleh masuk begitu saja. Saya tidak mungkin membiarkan anda masuk secara gratis dan seenaknya begini, meski mungkin saya mengenal anda.”
Penjelasan Win terdengar membosankan dan membuat pria itu membungkukkan badannya. Sesaat, Win mengira pria yang ada di hadapannya sedang menangis. Tapi tak lama kemudian, pria itu memutar badannya ke arah lain dan tertawa terbahak-bahak.
“Maaf, permisi.”
Sekarang pria itu benar-benar melepas kacamata hitamnya, sambil terus memegang perutnya yang terasa sedikit sakit karena terlalu banyak tertawa.
Pria itu memandang Win, “Ternyata aku tidak seterkenal yang aku kira. Aku pikir semua orang mengenalku. Kamu benar-benar tidak tahu siapa aku?”
“Rasanya saya pernah melihat anda di suatu tempat, tapi dimana ya?”
Pria itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, sementara Win hanya bisa menghela napas.
Win mencoba mengingat-ingat setiap perjalanan yang pernah dilakukannya di dunia manusia ini, tapi tetap tidak berhasil menemukan jawaban.
“Namaku Dew Jirawat.” Pria itu mencoba membantu Win untuk bisa lebih cepat memahami apa yang sedang terjadi, tapi sepertinya tidak berhasil karena ekspresi Win tidak berubah. Ia tidak mengenal nama itu.
“Maaf sekali lagi, tapi belum lama ini saya sakit. Karena sakit itu, saya tidak bisa mengingat semua hal yang pernah terjadi.” Ujar Win
“Ah syukurlah, harga diriku jadi tidak terlalu terluka. Jadi sepertinya aku memang tidak seterkenal itu.” Dew —pria itu menggaruk-garuk kepalanya sambil bicara sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth • brightwin
FanfictionBright tidak terkejut ketika melihat tunangannya bangkit dari kematian. Ia tak memiliki perasaan apa pun kepada pemuda itu. Akan tetapi sesudah kejadian itu, tunangannya terlihat seperti orang lain. • bxb [brightwin] • top!bright • fantasy , romance...