07

3.5K 348 5
                                    

Sesuai dugaan, kedatangan Bright ke rumah Win berhasil membuat seisi rumah kacau. Apalagi Baifern yang langsung bertanya alasan kedatangan Bright yang tiba-tiba. Sejak bertunangan dengan Win, Bright pernah datang ke rumah Win dua kali atas kemauannya sendiri. Ternyata bukan hanya Win yang aneh, tapi Bright jadi sama anehnya.

"Win minta kamu datang?" Tanya Baifern.

"Tidak, kebetulan saja saya tadi ada di daerah sini." Tentu saja Bright bohong, tidak mungkin ia mengatakan tujuan kedatangannya yang sebenarnya.

Bright mengamati ruang keluarga tempatnya berdiri saat ini. Langit-langit ruangan itu cukup tinggi. Di dalam ruangan itu terdapat sofa berwarna gelap dan juga ada karpet dan tirai dengan warna serupa.

"Win ada dimana?"

Seolah-olah menjawab pertanyaan Bright, terdengar suara piano yang datang dari lantai dua rumah itu. Nadanya ringan dan ceria, tapi tidak terdengar seperti sedang dimainkan oleh seseorang yang mengambil jurusan piano ketika kuliah.

Bright mengeryit, "Ada yang lagi main piano?"

"Siapa lagi kalau bukan Kak Win." Jawab Mild.

Mild tahu kenapa Bright terlihat bingung, tapi ia tidak mau berkomentar lebih lanjut. Mild sendiri tidak tahu cara bermain piano yang benar, jadi ia enggan memberi penilaian tentang kemampuan Win bermain piano.

"Kenapa anak itu tidak turun juga? Mild, pergi dan panggil Win. Suruh dia cepat turun. Ah tidak usah, biar aku saja yang naik." Ujar Baifern tidak sabar.

Sejujurnya, dia tidak sanggup berhadapan dengan calon menantunya itu. Yang diinginkannya saat ini adalah Win muncul dan membawa pergi tunangannya yang selalu tampak tidak bersahabat itu. Sekarang Baifern akhirnya mengerti mengapa Win selalu ketakutan setiap berdekatan dengan Bright.

"Tidak perlu, biar saya saja yang naik." Bright menahan Baifern dengan kata-katanya. Ia ingin melihat sendiri tunangannya itu.

Kamar Win terlihat cantik dan rapi. Penutup kasurnya berwarna oranye dan beberapa bantal dengan warna yang lebih gelap terlihat menumpuk di atasnya. Wangi bunga freesia yang berada di atas meja, tersebar diseluruh ruangan.

Kamar Win terlihat penuh karena ukurannya tidak terlalu besar. Auranya juga memenuhi seluruh ruangan. Dengan kaus tie dye yang dipadukan dengan celana putih, Win terlihat lebih manis.

Entah karena merasakan tatapan Bright atau merasa ada seseorang yang melangkah mendekatinya, Win berhenti bermain piano dan menolehkan kepalanya. Mata Win Iagi-lagi bersinar. Bright baru menyadari kalau tatapan mata tunangannya itu cukup dalam, tapi menenangkan.

"Sepertinya kamu sudah benar sembuh, tidak seperti minggu lalu yang jalan sendiri aja kesulitan."

"lya, aku merasa jauh lebih baik. Waktu itu aku pasti kelihatan aneh sekali."

Bright sengaja bertanya tentang kesehatan Win karena ingin mendapat jawaban atas rasa penasarannya, bukan karena merasa khawatir. Tapi Bright menjawabnya dengan senyum ceria.

Senyum kemenangan. Mengingat apa yang terjadi di rapat beberapa waktu lalu membuat Bright kembali kesal. Win terlihat menikmati kemenangannya. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya kalau ia kalah. Hal itu membuatnya merasa tertantang dan semakin ingin bertarung.

"Secara fisik aku belum benar-benar pulih, tapi seenggaknya sekarang aku baik-baik aja."

Di mata Bright, Win terlihat baik-baik saja. Matanya bersinar dan wajahnya terlihat segar dengan senyuman tersungging di bibirnya yang merah. Sejak kapan Win terlihat cantik dan manis seperti ini? Bright bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

hiraeth • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang