Maura duduk di kamarnya mengingat perjuangan nya selama bertahun-tahun sekolah berakhir sia-sia. Semua Ijazahnya sekolah nya hilang dalam satu malam, entah untuk apa para penjahat itu mencuri Ijazahnya. Apakah mereka ingin melamar pekerjaan maka dari itu mencuri Ijazahnya? Rasanya Maura tidak pernah mendengar perampok mencuri Ijazah, terdengar konyol tetapi itulah kenyataan nya.
Maura merasa hidupnya semakin sulit. Pikiran nya sekarang di penuhi dengan perusahan mana yang akan menerima seseorang tanpa Ijazah? Bahkan pelayan saja harus memiliki Ijazah SMA."Argh, apa yang harus aku lakukan."
"Apa aku harus meminta bantuan kepada Zara dan Vela?" gumam nya tetapi Maura merasa tidak enak meminta bantuan mereka berdua kemudian ia bersiap untuk keluar untuk menjernihkan pikiran nya yang sedang kacau saat ini. Maura keluar rumahnya dan berjalan kaki menuju Halte Bus karena ia pikir sekarang ia harus menghemat dan mulai menaiki Bus.
Tak pernah Maura bayangkan akan berdesak-desakan dengan banyak orang saat menaiki Bus bahkan ada aroma aroma yang membuat Maura mual. Maura berdiri seraya berpegangan karena saat ini Bus sangat ramai. Aku harus kuat, batin Maura memberi semangat. Maura tidak tahu akan kemana sampai akhirnya ia melihat tulisan cukup besar di salah satu tempat makan yang sederhana.
Maura segera meminta berhenti kemudian ia langsung turun dan mendekati Restoran tersebut.
"Permisi, apa kalian membutuhkan karyawan? Saya Maura ingin melamar pekerjaan disini." ujar Maura kemudian paruh baya menatap Maura dari ujung kaki sampai ujung rambut membuat nya merasa risih.
"Apa kau yakin akan melamar pekerjaan di sini? Sebagai pelayan?" ujarnya tidak yakin melihat penampilan Maura bahkan ia mengira gadis itu seorang model karena kecantikan gadis itu. Maura menganggukkan kepala nya.
"Sepertinya kau anak orang kaya tetapi kenapa kau melamar pekerjaan disini? Kau tahu disini mungkin kau akan menjadi pelayan." lanjutnya lagi.
"Saya membutuhkan pekerjaan Bu. Saya juga bukan anak orang kaya." tetapi wanita paruh baya itu masih tidak percaya karena ia melihat wajah cantik Maura dan kulit seputih susu nya itu dan ia yakin tangan gadis itu sangat lembut bila di sentuh, oh tidak ketinggalan rambut panjangnya berwarna merah semakin membuat paruh baya itu tidak yakin akan menerima Maura menjadi pelayan disini.
"Baiklah, kau aku terima bekerja disini sebagai pelayan. Besok kau bisa datang untuk bekerja. Namamu Maura bukan. Jam 8 kau harus sudah datang." ujar paruh baya itu membuat Maura terpekik senang. Tak apa apa ia menjadi pelayan untuk sementara waktu.
******
Arka saat ini sedang memimpin rapat yang cukup penting. Hendri yang menghadiri rapat itu sangat bangga kepada Arka yang semakin hari semakin hebat dan Hendri yakin Arka adalah orang yang tepat untuk menggantikan nya menjadi pemimpin di perusahan ini. Setelah rapat Hendri mengajak Arka untuk makan dan Arka pun dengan senang hati menerima ajakan Hendri. Mereka berdua berbincang-bincang sampai akhirnya Hendri menanyakan hubungan Aline dan Arka.
"Hubungan kalian bagaimana? Baik-baik saja?" tanya Hendri. Arka pun memberitahukan bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
"Kalian sudah menjalin hubungan selama satu tahun. Papa berharap kau segera menikahi Aline dan menggantikan Papa di perusahan." lanjutnya kemudian senyum miring terbit dari bibir Arka tanpa Hendri sadar. Inilah yang Arka tunggu selama ini, menjadi pemilik perusahan ini dan membuat Tommy semakin menderita.
"Nanti Arka akan bicara dengan Aline Pa." sahutnya kemudian Hendri pamit pergi. Setelah kepergian Hendri, Arka kembali ke ruang kerja nya dan senyum kemenangan tidak lepas dari bibir tebalnya karena sebentar lagi ia akan mengantikan Hendri menjadi pemilik perusahan ini. Tak berapa lama ketukan membuat Arka mengalihkan perhatian nya. Tiara masuk dan memberikan beberapa dokumen kepada Arka sampai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terdalam
Literatura FemininaNovel Hurt Love & Hate. Arkatama Javierro adalah pria pertama yang membuat Maura Aldavino, primadona sekolah, terpesona hingga tergila-gila. Tak peduli seberapa sering Arka menolaknya, Maura tidak mengenal kata menyerah. Dengan semangat yang mengge...