Hari itu adalah hari penyambutan bagi siswa baru, lapangan sekolah dipenuhi oleh banyak murid berbaju putih abu-abu dengan ukuran besar. Barisannya yang tertata dengan rapi dan didampingi oleh seorang panitia membuat jalannya upacara penyambutan menjadi khidmat. Namun, selang beberapa detik kemudian suara teriakan siswi dari pojok sebelah kanan membuat upacara khidmat tersebut menjadi riuh.
"WOY BAWA TANDUNYA KEMARI CEPETAN." Dia, siswi yang sedaritadi tidak bisa berhenti menggerakkan kakinya. "CEPET HUAAAA BERAT WOE."
Badannya yang tertimpa murid sekelasnya itu membuatnya tidak berhenti mengeluh, bukan karena bobot dari siswi yang pingsan itu, melainkan karena ia tidak merasakan denyut nadi dari siswi dipangkuannya itu.
Panitia bergerak dengan cekatan mengarahkan anak palang merah untuk membawa siswi tersebut ke UKS. Upacara yang tadinya memang sudah hampir di penghujung, tetap dilanjutkan kembali dan diakhiri dengan cepat. Para murid baru yang sudah resmi diterima itu, tidak mendapatkan jam pelajaran untuk hari ini. Sehingga mereka membuat koridor kelas satu ramai ditengah jam belajar mengajar.
"Hey kamu, sini." tegur seorang senior dengan jarak 2 kelas dari siswi yang tengah menjilat es cream-nya dengan khidmat.
Bukannya menjawab, siswi tersebut masih asik menyandarkan badannya ke tiang dan menggoyangkan kakinya. Hingga ia tersadar saat temannya menggoyangkan lengannya.
"Shashi, kamu dipanggil."
Shashi, remaja dengan rambut sepunggung itu mengerutkan keningnya. Ia mengikuti arah pandang teman sekelasnya itu. "Siapa?"
"Kak Magi." jawab Mulan.
Shashi menunjuk dirinya sendiri tanda bertanya kepada Senior tersebut dan dijawab dengan decakan diikuti kata 'iya'. Mau tidak mau Shashi berjalan menghampiri Magi dengan enggan.
"Ikut gue ke UKS."
Lagi dan lagi, Shashi tidak bergerak dari tempatnya dan hanya mengerutkan kening, membuat Magi kembali berdecak kesal.
"Ngapain saya ke UKS? saya nggak sakit." jawab Shashi malas.
"Nggak gitu, lo dipanggil sama Sean."
"Ngapain?"
"Ikut aja aduh." kesal Magi mulai menarik tangan Shashi.
Malas berdebat, Shashi pun mengikuti langkah Magi. Banyak yang memerhatikan Shashi dengan pandangan bingung karena seperti orang yang diseret dengan terpaksa.
"Bukannya itu Shashi? Adek kelas elo kan Bi?" tanya seorang remaja lelaki kepada perempuan yang sedang duduk mengerjakan tugas biologinya. Bukan mengerjakan, melainkan menyalin jawaban anak lain.
"Apaan sih, ganggu anjir."
"Liat dulu dong Bia, kayaknya dia ngundang macan deh."
Bia mengikuti arah pandang Alan dan mendesah pelan. "Biarin aja."
"Tapi mukanya Shashi anteng aja tuh, kenapa yah?"
Tak!
Satu pukulan mendarat dengan sempurna di kepala Alan. "Nggak bisa yah lo kalau sehari nggak kayak ibu-ibu komplek, ngoceh mulu."
Tidak menghiraukan Bia, Alan malah beranjak meninggalkan Bia dan acting kesakitan menuju ke UKS.
"Dasar Setan." umpat Bia dan masih fokus dengan menulis jawaban biologi di depannya.
Magi membawa Shashi masuk ke dalam UKS yang sudah sepi, menyisakan Sean dengan satu orang antek-anteknya. Sepertinya murid yang tadi pingsan sudah sadar atau di bawah ke rumah sakit? Shashi sedikit penasaran dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's There
Teen FictionKehidupan Shashi bagai Jangkrik di dalam kotak yang hanya ada habitatnya. Namun, kehidupan Sean berada di luar kotak itu. Shashi terbiasa dengan kehidupan dalam kotaknya, tapi kehidupan Sean bagaikan bagian lain yang ingin dia datangi. Entah hanya...