[3] Another Lie

7 0 0
                                    

Soohyun hanya terdiam menatap Jimin dengan tatapan sinis serta kasihannya. Enggan mengeluarkan sepatah kata untuk memulai percakapan. Lelah menghadapi sahabatnya yang keras kepala itu.

Di seberang meja, Jimin pun hanya memainkan pegangan cangkir berwarna putih itu. Kedua matanya tidak ingin menatap Soohyun. Ia juga tidak tahu harus berkata apa pada Soohyun setelah ribuan curahan hatinya ia utarakan dan setiap nasihat yang diberikan dari sahabatnya itu untuk dirinya, ia tertangkap basah masih saja melakukan hal naif.

"Biar gue aja yang ngomong sama Namjoon."

Jimin langsung mengangkat kepalanya. Menatap Soohyun dengan terkejut.

"Jangan."

"Jangan?" Kening Soohyun mengernyit. "Gila ya lo."

Mendengar cacian Soohyun, Jimin langsung menutup mulutnya. Merasa cacian itu memang pantas untuk dirinya yang seorang pencundang.

Soohyun menghela nafas. Mencoba menahan amarahnya. "Jim, gue nggak mau dengerin curhatan lo lagi kalo lo nggak mau bertindak tegas!" ancamnya. "Namjoon juga temen gue, Jim. Gue nggak mau kalian malah jadi musuhan gara-gara cewek."

"Makanya gue diem," ucap Jimin pelan.

"Diem itu nggak menyelesaikan masalah. Lo diem sekarang, suatu saat nanti Namjoon akan ngambil Inna dari lo. Trus lo sakit hati sendirian dan mulai membenci Namjoon. Mulai ngejauhin Namjoon. Trus kalian nggak bakal temenan lagi. Kita bertiga nggak akan bisa jalan lagi."

"Lalu kalau gue tegur Namjoon sekarang, bukannya hubungan kita bakalan awkward juga?" Jimin melontarkan isi hatinya. "Sama aja, kan?"

Soohyun menatap Jimin dengan tatapan bingung. "Trus lo milih buat sakit sendiri? Gila."

"Lo nggak ngerti." Jimin menekankan kalimatnya. "Coba kalau Jungkook pacaran sama Hyojin. Lo bakal kayak gue juga."

Mendengar perumpamaan Jimin, Soohyun mendengus tak percaya. "Gue suruh Jungkook milih. Kalo dia mau sama Hyojin, yaudah, gue pergi."

Jimin tersenyum tipis. "Gue juga lagi ngasih Inna waktu buat milih. Dia milih gue atau milih Namjoon..."

Soohyun menyerah. Ia berdiri dan mengambil clutch berwarna cokelatnya. "Terserah elo deh." Katanya. Kemudian pergi meninggalkan Jimin yang duduk termangu menatap gelas di tangannya.

Ia sudah menduga reaksi itu sebelumnya. Namun tetap saja Jimin semakin merasa sendirian dan tak ada orang yang berada di sisinya.

***

Setelah menimbang-nimbang, Soohyun memutuskan untuk menghubungi Namjoon. Berharap ia bisa membantu permasalahan di antara kedua sahabatnya itu.

Di seberang sana, Namjoon menatap ponselnya yang berdering. Ia tergelak saat melihat nama Soohyun ada di layar ponselnya.

Sejujurnya ia melihat Jimin bersama Soohyun kemarin saat menjemput Inna di rumahnya. Ia menduga-duga bahwa baik Jimin maupun Soohyun sudah mengetahui ada yang aneh di antara hubungannya dengan Inna.

Bagaimana pun, respon Inna terhadap dirinya membuatnya tak dapat menahan diri untuk merebut Inna dari Jimin. Meskipun ia sangat sadar bahwa Jimin adalah sahabatnya.

"Halo...," jawabnya dengan suara setenang mungkin.

"Halo, Joon. Ketemu yuk!"

"Kenapa?" tanyanya, masih berusaha pura-pura tidak tahu.

Soohyun menghela nafas. "Mau ngobrol aja. Biasanya juga gitu."

"Kapan?"

"Hm... kalau nanti sore gimana?"

LIE (FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang