finally, loved

52 6 0
                                    

"Gimana Paris? Jadi lamarannya?"

"Buruk. Kami putus." Namjoon tertawa dan Hoseok mendengus. 

"Jangan tertawa terus. Mentang-mentang sudah happy sama Seokjin." Namjoon menghentikan tawanya. Panggilan video call itu cukup menemani malam Hoseok yang penuh kesedihan. Seakan merasakan sakit hati yang Hoseok rasakan, langit malam di Paris kini ikut menangisi nasibnya yang begitu malang. "Sudah kubilang, jangan sama wanita itu. Masih saja dijalani." Hoseok menoleh dan mendengus lagi, ya gimana, namanya juga cinta, begitu katanya lagi. Matanya kembali fokus pada jalanan ibu kota.

"Terus sekarang bagaimana? Balik ke Seoul?" Hoseok mengendikkan bahu lalu dengan cepat ia menggeleng, tidak bisa katanya. Hoseok menempuh pendidikan doktoral di London, ia harus segera melanjutkan pendidikannya atau penelitiannya akan semakin tertunda.

"Sibuknya pengacaraku."

"Memang. Baru tau?" Namjoon tertawa, "Susah memang pengacara 1 ini. Sudah paling mahal se-Korea Selatan, sibuknya melebihi pimpinannya pula." Hoseok tertawa dan begitupun Namjoon. Mengintip keluar, hujan rupanya sudah berhenti. Tidak baik bersedih terlalu lama, kata langit. Hoseok harus kembali ceria bersama dinginnya angin malam setelah hujan mengguyur kota. "Reda hujannya?" Hoseok mengangguk dan menekan tombol disamping stir. Perlahan atap mobil itu terlipat dan terbuka. Semilir angin sejuk Hoseok rasakan membasuh mukanya yang sendu.

"Sedih banget kayaknya." Hoseok tertawa sembari mengacungkan jemari tangannya tepat di depan layar ponsel, "Ya udah. Nikmatin sedih-sedihnya deh, enggak mau ganggu." Kurang ajar memang, pikir Hoseok. Tak lama, keduanya mematikan panggilan video itu dan sekarang tinggalah Hoseok sendiri.

Bersama cinta dan kenangannya yang terbawa terbang angin  malam Kota Paris.

Madly in Love

Supaya tidak bingung, mari mengikuti penjelasan berikut yang berjudul "Apa yang terjadi pada Jung Hoseok?"

Malam itu rasanya sungguh sial. Kencan yang sudah direncanakan Hoseok dari jauh-jauh hari harus kandas karena kekasihnya memutuskan untuk berpisah dengannya. Semua yang sudah ia rencanakan seakan tidak ada harga dirinya. Pemain biola yang sudah ia sewa pulang dengan wajah penuh tanya, pelayan dan ahli masak dari hotel bintang 5 juga demikian, menyisakan Hoseok sendiri menangisi nasibnya yang malang di pelataran Menara Eifel. 

Ingat sekali momen disetiap detiknya. Hoseok menunggu wanitanya dengan detak jantung yang tidak karuan. Sesekali ia mengecek jam tangannya, sangat antusias  dengan kegiatan yang akan ia lakukan hari ini bersama kekasih hati. Tapi bukannya kabar gembira yang ia dapat, di malam itu, di mana ia sedang berada di kota paling romantis sedunia, Hoseok harus merasakan hatinya hancur berkeping-keping.

Ponselnya berbunyi dan kalimat pertama itu sukses membuatnya sport jantung.

"Aku enggak bisa datang, kita putus."

Pengakuan yang terlalu menyakitkan di waktu yang sangat tidak tepat. Wanita itu mengaku kalau selama ini ia menjalankan open relationship tanpa sepengetahuan Hoseok dan sekarang ia mengandung dengan entah anak siapa dari sekian banyak pria yang ia tiduri. Lebih gilanya lagi, meminta Hoseok untuk menghidupinya dengan sang bayi sampai ia menemukan siapa pria yang menjadi ayah dari anaknya kelak.

Tidak ada yang bilang kalau Hoseok ini orang jahat. Hoseok terkenal sebagai orang yang dermawan dan rendah hati. Namun jika kondisinya seperti ini, Hoseok tidak bisa mengiyakannya begitu saja. Ia akan menjadi pihak paling dirugikan dan ia benci itu. Tanpa pikir panjang, Hoseok memutus panggilan secara sepihak, menghapus kontak wanita itu, lalu memberikannya  sejumlah uang guna kehidupan wanita itu selama beberapa bulan ini. Sempat bertukar pesan dengan sekretarisnya untuk menutup semua akses yang memungkinkan Hoseok untuk bertemu kembali dengan wanita itu.

Madly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang