"Hyung. Ketemu yuk, aku bisa bikin kue lho sekarang."
["Aku sibuk, mi. Kita tunda dulu yaa."]
"Dari bulan lalu kita belum ketemu, kamu enggak kangen sama aku?"
["Kita sering jumpa di kantor kan? Itu juga bisa dikatakan sebagai ketemu."]
"Iya, tapi kan--"
["Mi, sudah dulu ya. Aku ada rapat. I'll call you later."]
Jimin menatap ponselnya lalu beralih pada kue yang sudah siap makan di atas meja. Hari ini hari sabtu dan Yoongi masih juga tidak memiliki waktu hanya untuk bertemu dengannya. Berbeda dengan waktu ia bekerja sebagai sekretaris Namjoon. Karena naik jabatan, nyaris seluruh waktu yang Yoongi miliki perlahan hilang untuk Jimin. Ia mengisi waktunya untuk mempelajari perusahaan itu dan juga usaha milik Changmin serta Namjoon yang bergerak dibanyak bidang.
"Bosen." keluhnya pada udara. Ia menatap keluar jendela dan sinar terik matahari adalah yang pertama kali menyapanya. Jika biasanya Jimin sudah memiliki kegiatan dengan Yoongi, maka sekarang harinya terasa kosong. Tidak banyak yang Jimin bisa lakukan, ia menghela napas dan mencoret catatannya dengan spidol merah. 1 lagi rencana yang sudah dibatalkan oleh Yoongi secara sepihak.
"Gagal lagi."
The Last Journey
Madly in Love
Hari sudah berganti dan akhir pekan sudah terlewati. Jimin berlari menyusuri lobby kantornya yang sudah ramai dengan banyak karyawan, ini menjadi kali pertamanya terlambat datang ke kantor.
Jimin tidak terlambat bangun. Ia jutsru bangun pagi sekali karena menyiapkan bekal untuk makan siangnya bersama Yoongi. Setelah selesai lalu bersiap dan menunggu kekasihnya untuk menjemput. Tapi setelah 1 setengah jam menunggu ditambah dengan Yoongi yang sulit untuk dihubungi, ia langsung pergi menggunakan bus dan berujung dengan sekarang ia super kesiangan.
Napasnya masih tersendat-sendat ketika Jimin mendengar namanya dipanggil oleh suara yang super familiar. "Jimin? Kenapa berkeringat banget?" tanya Yoongi sambil buru-buru menghampiri, sebuah sapu tangan langsung ia keluarkan dari saku jas dan menyeka keringat Jimin yang terus mengalir. Rona merah menghiasi wajah Jimin dan ia malu sekali, diperhatikan oleh orang banyak. "T-Tadi lari. Makanya berkeringat." Yoongi mengeryit dan bertanya balik kenapa ia harus repot-repot berlari.
"Aku tunggu kamu tadi pagi, tapi kamu enggak dateng-dateng. Jadinya telat terus lari deh dari halte depan." Yoongi langsung melihat jam tangan serta ponselnya. Benar, ada banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Jimin. Ya Tuhan, bagaimana bisa ia melupakan Jimin? Jelas sudah menjadi kebiasaan mereka berangkat bersama. "Maaf, aku telat bangun ... Jadi lupa jemput kamu." Jimin memaksakan diri untuk memaklumi dan Yoongi terlalu bodoh karena tidak menyadari hal itu. Jimin hanya tersenyum dan bergumam tidak apa pada Yoongi yang kini terlihat merasa sangat bersalah.
Lift terbuka dan Yoongi bersama sekretaris serta asistennya masuk ke dalam lift. Ini bukan ranahku, pikir Jimin sembari beringsut mundur agar tidak terlihat oleh kekasihnya. Tapi tangannya sudah terlanjur ditarik dan perlahan lift itu naik menuju lantai yang dituju. "Aku bau keringat." Yoongi hanya terkekeh lalu berbisik, "Aku sudah biasa cium aroma keringat kamu. Enggak usah minder." rona merah perlahan mewarnai pipi dan telinga Jimin. Pukulan super pelan Yoongi rasakan diperutnya karena bisikan nakalnya tadi.
20, 21 dan ting!
Perlahan pintu lift terbuka dan Jimin segera keluar, meninggalkan Yoongi yang senyum-senyum sendiri di dalam lift.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madly In Love
RomanceAda akhir dari semua perjalanan yang sudah dilalui. Taehyung, Hoseok, Jimin, serta Yoongi memutuskannya disini. Kisah akhir dari perjalanan panjang mereka